Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan rabu ini. Penguatan rupiah ini dipengaruhi oleh pernyataan pejabat bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed).
Pada Rabu (15/10/2025), kurs rupiah ditutup menguat sebesar 27 poin atau 0,16 persen menjadi Rp 16.576 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.603 per dolar AS.
Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini bergerak datar di level Rp 16.577 per dolar AS, sama seperti hari sebelumnya.
Analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menganggap penguatan nilai tukar rupiah dipengaruhi pernyataan Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang ditafsirkan sebagai dovish.
"Powell mengatakan ekonomi AS mungkin berada pada lintasan yang lebih kuat daripada yang diperkirakan beberapa pihak, tetapi ia memperingatkan bahwa pasar tenaga kerja yang jauh lebih lemah sedang muncul," ucapnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Powell menegaskan bahwa tidak ada jalur bebas risiko untuk kebijakan suku bunga di tengah ketegangan antara target ketenagakerjaan dan inflasi.
Evolusi Prospek Ekonomi
Dalam pertemuan National Association for Business Economics di kota Philadelphia, AS, dia menyampaikan bahwa The Fed akan menetapkan kebijakan berdasarkan evolusi prospek ekonomi dan keseimbangan risiko, alih-alih mengikuti jalur yang telah ditentukan sebelumnya.
Seiring penutupan pemerintahan federal AS dan laporan data ekonomi resmi yang kurang karena tertunda, Powell menyatakan bank sentral memiliki sumber data sendiri untuk memantau kesehatan ekonomi AS. Berdasarkan data yang dimiliki, dapat dikatakan bahwa prospek ketenagakerjaan dan inflasi tak banyak berubah sejak pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan September 2025.
Pangkas Suku Bunga
Saat pertemuan FOMC bulan Oktober, diperkirakan The Fed kembali memangkas suku bunga seperempat poin akhir bulan ini.
"Komentarnya memperkuat ekspektasi pasar terhadap potensi penurunan suku bunga The Fed pada bulan Oktober dan Desember, yang akan menurunkan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan melemahkan dolar," ujar Ibrahim.
Pasar mengindikasikan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis points (bps) pada pertemuan 29 Oktober mendatang dengan peluang mencapai 97 persen, menurut CME Fed Watch.