Risalah The Fed: Mayoritas Dukung Pemangkasan Suku Bunga

5 days ago 20

Liputan6.com, Jakarta - Pejabat Federal Reserve (The Fed) pada rapat September menunjukkan kecenderungan kuat untuk menurunkan suku bunga acuan, dengan perdebatan utama hanya berkisar pada berapa banyak pemangkasan yang akan dilakukan tahun ini.

Risalah rapat yang dirilis pada Rabu, 8 Oktober 2025 menunjukkan hampir seluruh peserta Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) sepakat suku bunga pinjaman antarbank semalam perlu diturunkan karena melemahnya pasar tenaga kerja. Demikian mengutip CNBC, Kamis (9/10/2025).

Namun, pandangan pejabat the Fed terbelah mengenai seberapa banyak pemangkasan yang dibutuhkan, apakah dua atau tiga kali penurunan sepanjang tahun, termasuk pemangkasan seperempat poin persentase yang sudah disetujui dalam rapat 16–17 September.

"Dalam mempertimbangkan prospek kebijakan moneter, hampir semua peserta mencatat dengan penurunan target suku bunga pada rapat ini, Komite berada dalam posisi yang baik untuk merespons perkembangan ekonomi secara tepat waktu," tulis risalah tersebut.

"Peserta menyampaikan beragam pandangan tentang sejauh mana kebijakan moneter saat ini bersifat restriktif dan tentang arah kebijakan ke depan," lanjut disebutkan dalam dokumen itu.

"Sebagian besar menilai bahwa pelonggaran kebijakan lebih lanjut kemungkinan akan diperlukan selama sisa tahun ini.”

Satu Suara yang Berbeda

Materi proyeksi yang dirilis pada rapat tersebut menunjukkan perpecahan tipis di antara 19 pejabat yang berpartisipasi dalam pertemuan FOMC, di mana 12 di antaranya memiliki hak suara.

Komite FOMC secara keseluruhan memutuskan dengan suara 11-1 untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 0,25 poin persentase, sehingga target suku bunga federal funds kini berada di kisaran 4 persen–4,25 persen.

Mayoritas tipis, yakni 10 dari 19 anggota, mendukung pemangkasan tambahan sebesar 0,25 poin persentase pada dua rapat tersisa tahun ini. Proyeksi The Fed juga menunjukkan kemungkinan satu kali pemangkasan tambahan pada 2026 dan 2027, sebelum suku bunga stabil di kisaran jangka panjang sekitar 3 persen.

Namun, risalah juga mencatat adanya beragam pandangan di antara anggota. Rapat 16–17 September menjadi yang pertama bagi Gubernur baru, Stephen Miran, yang resmi menjabat hanya beberapa jam sebelum rapat dimulai.

Miran menjadi satu-satunya anggota yang berbeda pendapat, menyerukan agar The Fed melakukan pemangkasan lebih agresif sebesar 0,5 poin persentase.

Walau notulen rapat tidak menyebutkan nama individu peserta, pernyataan pascarapat mencatat bahwa Miran adalah satu-satunya suara dissenting (menolak keputusan mayoritas).

Dalam pernyataan publik setelahnya, Miran juga mengonfirmasi bahwa ia merupakan “titik tunggal” dalam grafik proyeksi suku bunga yang menunjukkan jalur pelonggaran lebih cepat dibanding anggota lainnya.

Kekhawatiran Terhadap Pasar Tenaga Kerja

Risalah juga menunjukkan pandangan para pejabat The Fed bervariasi dalam tingkat kehati-hatian terhadap kebijakan pelonggaran.

"Beberapa peserta mencatat bahwa, berdasarkan sejumlah indikator, kondisi keuangan saat ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter mungkin tidak terlalu restriktif, sehingga mereka menilai diperlukan pendekatan yang hati-hati dalam mempertimbangkan perubahan kebijakan di masa mendatang,” tulis risalah.

Para pejabat juga menyatakan kekhawatiran terhadap kondisi pasar tenaga kerja, yang dinilai melemah, meskipun tekanan inflasi masih ada. Namun, sebagian besar tetap memperkirakan inflasi akan kembali ke target 2 persen dalam waktu dekat.

"Peserta umumnya mencatat bahwa keputusan kebijakan pada rapat ini mencerminkan perubahan dalam keseimbangan risiko,” demikian isi risalah.

"Sebagian besar menilai bahwa langkah menuju kebijakan yang lebih netral tepat dilakukan karena risiko terhadap lapangan kerja meningkat, sementara risiko kenaikan inflasi telah menurun atau tidak berubah.”

Dampak Tarif dan Shutdown Pemerintah

Tarif perdagangan juga menjadi poin penting dalam diskusi, dengan sebagian besar peserta menilai kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump, tidak akan menjadi sumber utama inflasi jangka panjang, meskipun telah mendorong kenaikan harga tahun ini.

Sentimen komite terhadap arah suku bunga juga sejalan dengan survei yang dikirim The Fed kepada pelaku pasar keuangan utama.

"Hampir semua responden memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada rapat ini, dan sekitar setengahnya memperkirakan satu penurunan tambahan pada rapat Oktober,” tulis risalah.

"Sebagian besar responden memperkirakan akan ada setidaknya dua kali pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin sebelum akhir tahun, dan sekitar setengahnya memperkirakan tiga kali penurunan dalam periode tersebut.”

Sebagai catatan, satu basis poin setara dengan 0,01 persen, sehingga 25 basis poin berarti seperempat poin persentase.

Selain perbedaan pandangan yang tidak biasa, The Fed kini menghadapi dampak dari shutdown (penutupan sementara operasional) pemerintah. Beberapa lembaga penting seperti Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Perdagangan menutup operasi mereka akibat kebuntuan politik, sehingga tidak lagi mengumpulkan atau merilis data ekonomi.

Jika shutdown belum berakhir sebelum rapat FOMC berikutnya pada 28–29 Oktober, para pembuat kebijakan akan kehilangan akses pada data utama, seperti inflasi, pengangguran, dan belanja konsumen.

Pasar saat ini memperkirakan hampir pasti akan ada dua pemangkasan tambahan, satu pada rapat Oktober dan satu lagi pada Desember. Namun, keputusan tersebut bisa dipengaruhi oleh kurangnya data ekonomi.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |