Produsen Baterai China Mulai Produksi di Indonesia Paling Lambat Maret 2026

8 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan perusahaan asal China, Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) bisa segera berproduksi di Indonesia, paling telat Maret 2026.

Komitmen ini muncul setelah CATL membahas kelanjutan rencana investasi ekosistem terintegrasi baterai kendaraan listrik di Indonesia, bersama dengan Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, hingga COO Danantara Dony Oskaria beberapa waktu lalu.

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menjamin kelanjutan investasi CATL di Indonesia. Dalam hal ini, Indonesia Battery Corporation (IBC) akan turut masuk ke dalam ekosistem penyediaan baterai kendaraan listrik.

"Jadi mereka mengharapkan itu nanti paling lambat Maret 2026 mereka sudah berproduksi di Indonesia," ujar Yuliot saat dijumpai di kantornya, Jakarta, Jumat (16/5/2025).

Lebih lanjut, ia turut menerangkan soal kabar menyusutnya nilai investasi CATL di Indonesia. Itu terjadi lantaran perusahaan bersangkutan harus meminta izin terlebih dulu kepada Pemerintah China.

"Jadi gini, ini kan ada dua mekanisme investasi di CATL. Yang pertama mereka itu kan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pemerintah China," jelasnya.

Investasi 7,5 GWh di Awal

Secara proyeksi, total CATL bakal investasi untuk mengembangkan produksi baterai sel berkapasitas 15 Gigawatt Hour (GWh). Namun, Pemerintah China baru memberi persetujuan separuhnya.

"Dari 15 GWh ini kan pertama yang sudah mendapatkan persetujuan kan 7,5 (gWh), tetapi mekanisme investasi yang mereka lakukan ini tidak saja yang berasal dari pendanaan," terangnya.

Adapun sisa investasi separuhnya lagi bakal didapat dari pencatatan perdana saham alia IPO CATL. "Tetapi mereka juga mendapatkan pendanaan dari IPO. Sehingga untuk kapasitas 15 GWh itu bisa dilakukan," kata Yuliot.

Bawa Offtaker

Selain bersama IBC, CATL juga bakal turut melibatkan pihak offtaker yang dibawanya, yang merupakan perusahaan vendor kendaraan listrik.

Perusahaan-perusahaan itu tidak hanya berasal dari China, tapi juga dari kawasan lain semisal Eropa dan Amerika.

"Mereka kan juga sudah menyampaikan NDA, tapi mereka sudah memiliki offtaker beberapa vendor kendaraan. Ada yang dari Eropa ada yang dari Amerika, tapi mereka itu belum bisa menyampaikan ini offtaker dari siapa," tutur Yuliot.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |