Prediksi Harga Emas Terbaru dari Bank of America

7 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dan perak masih betah terus menguat. Bank of America prediksi harga emas akan mencapai USD 5.000 dan harga perak sentuh USD 65 per ounce pada 2026.

Mengutip Kitco, Rabu (15/10/2025), Bank of America prediksi harga emas akan berada di kisaran USD 4.438 per ounce pada 2025. Sedangkan harga perak di kisaran USD 56,25 per ounce.

Sementara itu, Bank of America merupakan salah satu lembaga pertama yang menyoroti jalur emas menuju USD 4.000, dan setelah target ini tercapai, analis telah menetapkan target lebih tinggi.

"Kerangka kebijakan Gedung Putih yang tidak ortodoks seharusnya tetap mendukung emas, mengingat defisit fiskal, peningkatan utang, niat untuk mengurangi defisit neraca berjalan dan arus masuk modal serta dorongan untuk menurunkan suku bunga dengan dengan inflasi sekitar 3%,” kata analis.

Tim riset yang dipimpin Michael Widmer memperkirkaan, peningkatan permintaan investasi sebesar 14% akan mendorong harga emas ke level USD 5.000 per ounce. Bank of America juga melihat potensi kenaikan ke level USD 6.000.

“Untuk reli ke level $6.000/ons, investor perlu meningkatkan pembelian mereka sebesar 28% — bukan hal yang mustahil, tetapi merupakan target yang tinggi,” kata para analis.

BofA tetap optimistis terhadap emas dan perak. Analis mencatat risiko konsolidasi yang tinggi.

“Pembelian ETF meningkat 880% year-on-year pada bulan September ke level tertinggi sepanjang masa sebesar USD 14 miliar; demikian pula, total investasi emas fisik dan kertas hampir dua kali lipat menjadi di atas 5% dari pasar ekuitas dan pendapatan tetap global,” kata analis.

"Dengan demikian, kami yakin pasar dapat berkonsolidasi dalam waktu dekat.”

Potensi Perak

Selain emas, para analis komoditas melihat potensi yang solid untuk perak, meskipun permintaan secara keseluruhan terus melemah.

"Meskipun kami memperkirakan penurunan permintaan perak sebesar 11% tahun depan, kami masih mengantisipasi defisit lainnya, yang seharusnya menopang logam mulia ini," ujar para analis.

Mereka menambahkan risiko utama bagi perak terletak pada pergeseran permintaan di sektor tenaga surya. BofA memperkirakan konsumsi perak untuk panel surya fotovoltaik akan mencapai puncaknya tahun depan.

Reli Harga Emas

Harga emas dunia kembali mencetak rekor baru dengan menembus level USD 4.100 per ons pada perdagangan Selasa (15/10/2025).

Kenaikan harga emas ini dipicu oleh meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga bulan ini, serta meningkatnya minat terhadap aset aman (safe haven) di tengah memanasnya hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Dikutip dari CNBC, Rabu (15/10/2025), harga emas di spot naik 0,4% menjadi USD 4.126,47 per ons, setelah sempat menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah di USD 4.179,48 per ons pada awal sesi perdagangan. Sementara itu, harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember naik 0,2% menjadi USD 4.142,60 per ons.

Sejak awal tahun, harga emas telah melonjak 57%, dan baru pada Senin lalu berhasil menembus level psikologis USD 4.100. Reli ini didorong oleh sejumlah faktor seperti ketidakpastian geopolitik, rencana pemangkasan suku bunga The Fed, pembelian emas oleh bank sentral, serta masuknya dana besar ke ETF emas.

Dua lembaga keuangan besar, Bank of America dan Societe Generale, kini memperkirakan harga emas bisa mencapai USD 5.000 per ons pada 2026.

Ketegangan AS-China

“Meningkatnya ketegangan perdagangan AS–China, penutupan pemerintah yang masih berlangsung, dan ekspektasi pelonggaran kebijakan The Fed lebih lanjut, semuanya mendukung harga emas,” ujar Wakil Presiden sekaligus analis logam senior Zaner Metals Peter Grant.

Grant menambahkan, ancaman Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif 100% terhadap produk asal China, disertai dengan aksi balasan tarif oleh Beijing serta tren de-dolarisasi global, bisa mendorong harga emas menembus USD 5.000 per ons pada pertengahan tahun depan.

Ketegangan ini semakin terasa setelah Tiongkok membatasi ekspor logam tanah jarang, sementara Trump mengancam tarif tiga digit terhadap barang impor asal Negeri Tirai Bambu. Menurut Menteri Keuangan Scott Bessent, Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden Xi Jinping di Korea Selatan akhir bulan ini untuk membahas isu perdagangan tersebut.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |