Pemerintah membuka pintu lebar-lebar bagi pengusaha Tiongkok untuk berinvestasi di Indonesia. Itu berkaitan dengan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) yang dianggap akan memberatkan sisi perdagangan dari Negeri Tirai Bambu.
"Nanti kita lihat langkah-langkah yang dilakukan. Tapi kebijakan China+1 kan memang sudah lama. Jadi tinggal plus one-nya itu bersaing antara Indonesia, Vietnam, dan Thailand," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto kepada pewarta di kantornya, Selasa (3/12).
Sebelumnya, Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengungkapkan Indonesia saat ini berada dalam posisi yang menguntungkan pascaterpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Sebab saat ini mulai banyak pengusaha asal Tiongkok yang berniat berinvestasi dan merelokasi pabriknya ke Indonesia.
"Ada banyak sekali permintaan pengusaha Tiongkok untuk bertemu dengan pihak perindustrian, kami berplkir mereka menilai lebih baik memindahkan industri ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, agar ekspor ke AS tidak rugi," ungkapnya dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia bertajuk Estafet Kepemimpinan Baru Menuju Akselerasi Ekonomi, Jakarta, Selasa (3/12).
Kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% dan penaikan Upah Minimum Provinsi rerata 6,5% disebut Airlangga juga tak akan berpengaruh pada investasi di dalam negeri. Pasalnya investor perlu mematuhi ketentuan yang ada, termasuk mengenai hukum ketenagakerjaan.
"Kalau investasi harus comply terhadap regulasi termasuk labor law. Jadi mereka ingin mendukung kebijakan yang betul mensejahterakan kepada labour," kata Airlangga. (Z-11)