Patriot Bond: Ajang Urunan Konglomerat, Kejar Dana Mengendap di Luar Negeri

2 weeks ago 16

Liputan6.com, Jakarta - Danantara Indonesia tengah menyiapkan penerbitan Patriot Bond, instrumen pembiayaan yang membuka ruang kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha dalam agenda pembangunan jangka panjang.

“Danantara Indonesia berkomitmen menjalankan mandat sebagai pengelola investasi negara dengan penuh kehati-hatian, transparansi, dan tata kelola yang baik. Setiap inisiatif pembiayaan diarahkan untuk mendukung transformasi ekonomi jangka panjang serta memperkuat peran dunia usaha dalam pembangunan,” ujar Chief Investment Officer Danantara Indonesia, Pandu Sjahrir.

Instrumen ini lazim digunakan di negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat untuk memperkuat kemandirian pembiayaan. Melalui Patriot Bonds, negara mendapat sumber pendanaan jangka menengah hingga panjang, sementara pelaku usaha memperoleh instrumen investasi yang aman sekaligus bermanfaat bagi perekonomian.

Pandu menegaskan, Patriot Bonds dibangun atas partisipasi sukarela dan semangat gotong royong.

“Ini adalah panggilan gotong royong bagi dunia usaha Indonesia. Sebuah ajakan untuk menukar sebagian keuntungan jangka pendek dengan warisan jangka panjang berupa kemandirian, keberlanjutan, dan kesejahteraan bangsa,” kata dia.

Patriot Bond akan akan diterbitkan dengan tenor 5 dan 7 tahun serta imbal hasil (yield) sebesar 2 persen.

Pengusaha Mendukung

Patriot Bond ini mendapat dukungan dari sejumlah pelaku usaha terkemuka Indonesia. Salah satu konglomerat bisnis Prayogo Pangestu menegaskan pembangunan Indonesia merupakan tanggung semua pihak, termasuk pengusaha.

"Inisiatif Danantara Indonesia melalui Patriot Bonds memberi kesempatan bagi dunia usaha untuk berkontribusi dalam transformasi ekonomi nasional dengan tata kelola yang baik dan berkelanjutan,” tuturnya.

Hal senada disampaikan oleh pengusaha Franky Widjaja, yang menilai bahwa Patriot Bonds menghadirkan manfaat ganda.

“Patriot Bond yang digagas Danantara Indonesia memperkuat kolaborasi pemerintah dan dunia usaha. Instrumen ini memberi kepastian investasi sekaligus mempercepat pertumbuhan yang inklusif bagi masyarakat luas,” ujarnya.

Dukungan juga datang dari Boy Thohir, yang menekankan aspek gotong royong sekaligus dampak nyata proyek yang akan didanai.

“Patriot Bonds mencerminkan semangat gotong royong yang telah menjadi kekuatan bangsa ini. Melalui instrumen ini, dunia usaha dapat ikut memastikan pembiayaan pembangunan nasional lebih mandiri dan berkelanjutan. Kami mendukung program ini, apalagi Patriot Bond ini akan mendanai proyek-proyek waste to energy yang sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi rakyat Indonesia,” terang dia.

Investasi Aman dan Ramah Lingkungan

Ekonom Universitas Indonesia, Ahmad Mikail Zaini, menilai dana besar milik pengusaha nasional sebaiknya tidak mengendap di luar negeri, melainkan dialihkan ke instrumen produktif seperti Patriot Bond.

“Daripada dana triliunan rupiah tersimpan di luar negeri, lebih baik ditempatkan di instrumen yang memberi manfaat ganda,” ujarnya, Rabu (27/8/2025).

Menurutnya, Patriot Bond tak hanya menawarkan imbal hasil yang aman, tetapi juga mendukung energi terbarukan, industri ramah lingkungan, hingga penciptaan lapangan kerja. Instrumen ini diarahkan untuk pendanaan proyek strategis, mulai dari pengelolaan sampah menjadi energi hingga teknologi hijau yang mendukung transisi energi nasional.

Zaini menambahkan, Patriot Bond bisa menjadi bentuk CSR pengusaha sekaligus peluang investasi yang aman dengan jaminan pengembalian modal. Dengan porsi obligasi korporasi di Indonesia yang baru sekitar 2,5% dari PDB, peluang ekspansi instrumen ini dinilai sangat besar.

Imbal Hasil Rendah, Patriot Bond Dinilai Perlu Insentif Jelas

Namun, Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira menilai yield tersebut terlalu rendah dibandingkan sukuk ritel SR023 yang menawarkan 5,8–5,95 persen.

“Yang harus dipertanyakan balik adalah, apa insentif orang beli surat utang dengan bunga 2 persen? Jauh di bawah SBN atau bahkan mirip dengan deposito bank,” ujarnya, Rabu (27/8/2025).

Bhima meminta Danantara menjelaskan proteksi bagi investor, mengingat dana Rp 50 triliun dari obligasi ini akan dipakai untuk proyek waste to energy.

Ia juga mengingatkan potensi crowding out effect akibat pergeseran dana dari deposito bank ke Patriot Bond, yang bisa mengurangi penyaluran kredit ke sektor UMKM.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |