Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa bakal mengalihkan penempatan dana pemerintah sebesar Rp 15 triliun dari Bank Tabungan Negara (BTN). Lantaran bank tersebut hanya mampu menyerap Rp 10 triliun dari total dana Rp 25 triliun.
"Dengan penyaluran dana Rp 25 T, kita perkirakan dengan keadaan sekarang hanya (bisa terserap) Rp 10 triliun. Mungkin Rp 15 T saya akan distribusi ke tempat lain kalau mereka enggak bisa nyerap," ujar Menkeu Purbaya lewat sambungan video dalam sesi Media Gathering APBN 2026 di Bogor, Jumat (10/10/2025).
Menkeu Purbaya menyayangkan BTN tidak mampu menyalurkan jatah yang dialokasikan kepada mereka. Padahal, ia menyebut BTN sebagai bank yang paling optimistis mampu menyerap seluruh dana tersebut.
"Seingat saya mereka yang paling optimis tadinya, bahwa dari Rp 25 triliun itu kurang, dan akan habis," ungkap dia.
Untuk itu, dirinya bakal menanyakan langsung kepada Bos BTN terkait hal tersebut. Lantaran, nominal Rp 10 triliun dianggap tidak terlalu sulit untuk disalurkan dalam bentuk kredit produktif.
"Tapi saya akan tanya ke mereka, bisa enggak mereka nyerap yang sisanya. Kalau cuma Rp 10 (triliun) terlalu kecil. Saya tunggu pertemuan saya dengan Dirut BTN nanti, seperti apa kondisinya," tuturnya.
Update Realisasi Dana Rp 200 Triliun
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, penempatan dana milik pemerintah sebesar Rp 200 triliun kepada 5 bank milik negara (Himbara) telah terealisasi ke berbagai sektor produktif.
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan, realisasi penyaluran Rp 200 triliun per 9 Oktober 2025 cukup menggembirakan. Lantaran pihak perbankan tidak hanya mendapat tambahan likuiditas dengan bunga lebih kompetitif.
"Jadi kita berikan bunganya adalah sama dengan remunerasi kita yang ada di Bank Indonesia, itu adalah 80 persen dari suku bunga kebijakan. Kalau dengan suku bunga kebijakan terakhir itu jadinya sekitar 3,8 pereen, itu tentunya lebih murah dibandingkan cost of fund perbankan yang kita tempatkan cash kita," ujarnya pada 9 Oktober 2025.
Hasilnya, empat bank Himbara yakni Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BSI sudah menyalurkan 50 persen atau lebih dari porsi yang diterimanya. Hanya BTN yang proses penyalurannya belum terlalu besar.
"Rata-rata sudah cukup tinggi. Bank Mandiri sudah menggunakan 74 persen, BRI sudah 62 persen, BNI 50 persen, BTN 19 persen, BSI 55 persen," kata Febrio.
"Jadi ini kita harapkan akan terus berlanjut. Karena bukan hanya kita pindahkan cash-nya, tetapi bunganya lebih murah. Sehingga mereka tentu akan memprioritaskan menggunakan uang ini untuk disalurkan ke sektor riil," dia menekankan.
Tersalurkan Rp 112,5 Triliun
Mengacu data Kementerian Keuangan hingga 9 Oktober 2025, Bank Mandiri telah memanfaatkan sekitar 74 persen atau sekitar Rp 40,7 triliun dari total penempatan dana sebesar Rp 55 triliun.
Diikuti oleh BRI, dengan realisasi sekitar 62 persen atau Rp 34,1 triliun dari total penempatan dana sebesar Rp 55 triliun. Lalu BNI sebesar 50 persen atau Rp 27,5 triliun dari penempatan dana Rp55 triliun.
Selanjutnya, Bank BTN sudah menyalurkan pembiayaan 19 persen atau sekitar Rp 4,75 triliun, dan BSI sebesar 55 persen atau sekitar Rp 5,5 triliun dari penempatan dana Rp 10 triliun. Dengan demikian, total dana yang telah disalurkan ke sektor riil diperkirakan mencapai sekitar Rp 112,5 triliun.
Dorong Pertumbuhan Kredit
Berdasarkan realisasi tersebut, Febrio optimistis itu bakal turut mengerek pertumbuhan kredit. Apalagi, beberapa bank lain juga sudah menyatakan minatnya untuk bisa ikut memperoleh dana sisa anggaran pemerintah yang tersimpan di Bank Indonesia.
"Kita harapkan kalau di Agustus kita masih 7 persen pertumbuhan kredit, nah ini kita berharap di akhir tahun ini bisa menuju ke 10 persen," kata dia.
"Sehingga itu akan cukup real nanti di kredit modal kerja, kredit konsumsi, kredit investasi, dan sebagian akan langsung berdampak pada performance dari PDB kita di Q4 (2025)," pungkasnya.