Masyarakat Bisa Tukar Sampah jadi Emas, Begini Caranya

1 day ago 29

Liputan6.com, Jakarta Program The Gade Clean and Gold menjadi bentuk komitmen PT Pegadaian dalam mendukung gerakan pelestarian lingkungan yang berkelanjutan. Hal tersebut diungkapkan Direktur Jaringan, Operasi dan Penjualan PT Pegadaian Eka pebriansyah dalam acara Climate Talk Liputan6.com bertema Menambang Emas dari Timbulan Sampah Plastik.

Eka menjelaskan, tujuan utama program The Gade Clean and Gold adalah mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap pengelolaan sampah, khususnya sampah plastik, dengan cara yang inovatif dan bernilai ekonomis, yaitu menukar sampah terpilah menjadi tabungan emas.

"Lewat program ini, kami ingin menunjukkan bahwa keberlanjutan dan kesejahteraan bisa berjalan berdampingan," kata dia dikutip Selasa (3/6/2025).

Program yang telah berjalan sejak 2018 ini terbilang sukses membantu kelestarian lingkungan sekaligus mengajak masyarakat untuk berinvestasi emas.

Buktinya, hingga 2025, Pegadaian telah berhasil mengumpulkan lebih dari 3.030.013 kg sampah plastik dari berbagai titik lokasi bank sampah. Ini adalah hasil dari kolaborasi dengan 56.204 nasabah dan 425 bank sampah di seluruh Indonesia.

"Angka ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan perluasan jangkauan program kami. Total sampah yang terkonversi ke Tabungan Emas senilai 15kg (include buyback)," lanjut dia.

Mekanisme Penukaran Sampah

Lantas bagaimana mekanisme penukaran sampah menjadi tabungan emas?

Eka mengatakan, masyarakat cukup membawa sampah plastik yang sudah terpilah ke titik pengumpulan bank sampah binaan Pegadaian. Sampah tersebut ditimbang, kemudian nilai ekonominya dikonversi menjadi saldo tabungan emas.

Nilai konversi ini mengikuti harga jual sampah plastik dan harga emas yang berlaku. Nasabah bisa langsung membuka rekening Tabungan Emas di tempat jika belum memilikinya, dan dari situ mereka mulai menabung dari sampah.

Menurut Eka, program ini terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat, tidak terbatas pada nasabah Pegadaian. Syaratnya pun sangat mudah, cukup membawa sampah plastik yang bersih dan terpilah, serta bersedia membuka rekening Tabungan Emas jika belum punya. Justru, ini adalah cara kami untuk memperluas inklusi keuangan dan memperkenalkan investasi emas kepada masyarakat secara lebih luas.

Keberlanjutan Lingkungan dan Pariwisata, Benarkah Bisa Berjalan Selaras?

Sebelumnya, kawasan Puncak Bogor, Jawa Barat merupakan salah satu wisata favorit khususnya warga Jakarta dan sekitarnya di akhir pekan. Namun, keberadaannya dinilai mengusik ketenangan masyarakat. Bencana banjir jadi buktinya hingga kemudian salah satu tempat wisata di Puncak, yaitu Hibisc Fantasi, harus dibongkar seluruhnya? 

Lalu, apakah sebenarnya pariwisata bisa benar selaras dengan keberlanjutan lingkungan? Menjawab hal tersebut dua nara sumber dari Kementerian Pariwisata dan Pemprov Jawa Barat hadir di acara Climate Talk bertajuk 'Investasi, Sustainability, dan Liburan: Bisa Klop Gak Sih?' yang diselenggarakan daring oleh Liputan6.com, Rabu, 30 April 2025. 

"Dikaitkan dengan fungsi lingkungan hidup, Puncak itu hulunya. Dia alirannya bisa sampai Jakarta, jadi ketika kita kurang cermat memanage kawasan Puncak, dampaknya akan sangat berat di hilir," ungkap Amnu Fuadi, Asisten Deputi Manajemen Usaha Pariwisata Keberlanjutan Kementerian Pariwisata, saat acara 

Kementerian Pariwisata, menurut Amnu, memiliki empat pilar untuk rancang biru pengelolaan pariwisata, yaitu pengelolaan berkelanjutan (bisnis pariwisata), ekonomi berkelanjutan (sosio ekonomi jangka panjang), keberlanjutan budaya (sustainable culture), dan aspek lingkungan (environment sustainability).

Pengelolaan ini juga harus sinergis dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, instansi, dan stakeholder agar tidak parsial atau sporadis. Manajemen yang memerhatikan sisi sustainability atau keberlanjutkan dimaksudkan agar tempat wisata memberikan manfaat yang besar, tidak hanya dari sisi pariwisata tapi juga lingkungan hidup dan ekonomi. 

Pariwisata Berkelanjutan Ikut Memberdayakan Warga Lokal

Kedua, menurut Amnu, dari sisi sosial budaya, karena masing-masing kawasan memiliki local wisdom yang harus dijaga. "Jangan sampai karena kita ingin mengembangkan kawasan wisata lalu mengabaikan aspek sosial budaya ini," imbuhnya. 

Masyarakat setempat harus tetap menjadi bagian integral untuk kawasan wisata. Lalu dari sisi sosial ekonomi, keterlibatan masyarakat sebagai rantai pasoknya, khususnya UMKM seperti pembuatan suvenir dan oleh-oleh, akan memutar ekonomi lokal setempat. 

"Itu harus sustain juga, jangan sampai memikirkan pariwisatanya saja, kita bikin indah semua tapi dalam jangka panjang atau menengah panjang menimbulkan kerusakan," sambungnya lagi.

Pariwisata dengan isu lingkungan yang sedang marak saat ini, menurut Amnu, tidak boleh berbenturan. Empat pilar tersebut merupakan tanggung jawab bersama dan prinsip keberlanjutkan diterapkan di seluruh wilayah Indonesia. 

Sinergi ini menjadi tantangan utama dalam menerapkan pariwisata berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. "Pariwisata ini mendapat amanat dari RPJMN menumbuhkan ekonomi masyarakat sebanyak delapan persen," paparnya lagi. 

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |