Luhut Gunakan AI untuk Rancang Studi Family Office

4 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkap cerita menarik di balik rencana pembentukan Family Office di Indonesia.

Ia mengaku sempat menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI), yakni ChatGPT, untuk mencari referensi awal dan pemetaan masalah terkait kebijakan tersebut.

“Saya iseng akhirnya tanya Chat GPT semua, dalam setengah jam sudah keluar semua,” kata Luhut dalam acara 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran, di Jakarta, Kamis (16/10/2025).

Menurut dia, hasil penelusuran cepat itu dijadikan dasar awal bagi tim DEN untuk menyusun studi yang lebih komprehensif, mencakup aspek hukum, perpajakan, hingga potensi dampaknya terhadap perekonomian nasional.

Setelah mendapatkan hasil awal dari ChatGPT, Luhut kemudian menugaskan tim eksekutif di kantornya untuk menyusun studi mendalam berbasis temuan tersebut. 

“Saya bilang ke direktur eksekutif di kantor saya, sudah kamu dari sini basis studi dia buatlah studi kita lihat masalah legal, masalah pajak dan seterusnya, ada enggak yang merugikan negara, enggak ada,” ujarnya.

Tak Gunakan APBN

Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, inisiatif pembentukan Family Officedi Indonesia sama sekali tidak berkaitan dengan penggunaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Menurut dia, langkah ini murni ditujukan untuk menciptakan ekosistem investasi yang lebih kompetitif dan menarik bagi para investor asing.

“Kita harus friendly ke foregn investment itu harus jalan bagus. Oleh sebabnya saya usulin buatlah family office. Family office tidak ada urusan dengan APBN,” ujarnya.

Meniru Sukses Negara Maju

Luhut mengungkapkan, ide Family Office terinspirasi dari keberhasilan pusat keuangan dunia seperti Singapura, Hong Kong, dan Abu Dhabi yang berhasil menarik dana pribadi miliarder dunia untuk dikelola di negara mereka.

Menurut Luhut, dengan skema ini, investor dapat menempatkan asetnya dengan perlakuan pajak yang lebih bersahabat.

"Orang asing bikin family office banyak sekali di Singapura, di Hongkong, di Abudhabi. Mereka juga pengen mengapa hanya di Singapura aja? proyeknya kurang, di Indonesia proyeknya banyak ya kenapa gak kita tarik kemari, logikanya di situ,” pungkasnya.

Menkeu Purbaya Pastikan Family Office Tak Pakai APBN

Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan bahwa ia tidak memiliki niat untuk mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam rangka mendukung pembangunan family office di Bali.

"Anggaran nggak akan saya alihkan ke sana," tegas Menkeu Purbaya di kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan, dikutip Selasa (14/10/2025). 

Purbaya mengatakan telah mengetahui rencana pembangunan family office yang diinisiasi oleh Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan. Namun, sejauh ini, ia memilih untuk tidak melakukan intervensi apa pun dalam rencana DEN, termasuk memberikan masukan.

Ia menyatakan akan membiarkan DEN menjalankan wewenangnya terkait pengembangan family office tersebut.

"Saya belum terlalu mengerti konsepnya walaupun Pak Ketua DEN sering bicara. Tapi, saya belum pernah lihat konsepnya, jadi saya nggak bisa jawab," tambah Purbaya.

Terkait pengelolaan APBN, Purbaya menegaskan prioritasnya adalah berfokus pada penyaluran anggaran secara tepat, baik dari segi waktu maupun sasaran, serta berupaya keras untuk mencegah adanya kebocoran anggaran.

Meskipun demikian, Purbaya menyampaikan dukungannya terhadap rencana tersebut. "Kalau mau (buat family office), saya doakan," tuturnya.

KEK Pusat Keuangan Bali Tarik Investasi Asing

Sebelumnya, DEN memang merencanakan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pusat Keuangan dan Family Office di Bali. Proyek ini bertujuan strategis untuk menarik arus investasi asing masuk ke dalam negeri.

Kawasan ini diproyeksikan menjadi pintu masuk utama bagi dana investasi dari luar negeri yang akan diinvestasikan ke berbagai sektor riil di Indonesia.

Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan bahwa para investor yang masuk melalui KEK ini juga akan memiliki kesempatan untuk bertindak sebagai co-investor bersama dengan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) Indonesia dan Indonesia Investment Authority (INA).

Luhut menyatakan strategi serupa terbukti berhasil diterapkan di pusat keuangan global seperti Abu Dhabi, Dubai, Hong Kong, dan Singapura.

DEN mempertimbangkan Bali sebagai lokasi yang sangat potensial untuk KEK Pusat Keuangan dan Family Office. Pertimbangannya adalah reputasi Bali yang dikenal sebagai work heaven bagi investor global dan potensi wilayah tersebut untuk menjadi salah satu kandidat Indonesia Financial Centre (IFC).

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |