PENDIDIKAN bahasa Inggris di Indonesia terus menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah Indonesia telah berusaha meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris di kalangan pelajar dan masyarakat. Namun, strategi yang diterapkan masih mendapat berbagai kritik. Banyak yang merasa pendekatan yang ada belum cukup efektif untuk menghasilkan siswa yang benar-benar fasih berbahasa Inggris.
Tantangan utama adalah kurangnya guru berkualitas. Meski ada program pelatihan, banyak guru belum menguasai metode pengajaran yang sesuai. Hal ini memengaruhi kualitas pengajaran yang diterima siswa. Selain itu, kurangnya sarana dan prasarana menghambat pembelajaran interaktif.
Pengajaran bahasa Inggris sering fokus pada teori dan tata bahasa, padahal keterampilan berbicara dan mendengarkan lebih dibutuhkan. Sekolah perlu menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dunia nyata. Pembelajaran berbasis konteks sehari-hari akan lebih efektif.
Meskipun pemerintah telah berupaya mengintegrasikan bahasa Inggris dalam kurikulum sekolah sejak dini, kenyataannya masih ada kesenjangan dalam pemahaman dan penerimaan bahasa Inggris sebagai keterampilan utama. Hal ini tercermin dalam hasil laporan terbaru EF English Proficiency Index (EF EPI) 2024, yang menyoroti tantangan dalam pendidikan bahasa Inggris di Indonesia.
Hasil laporan menunjukkan bahwa posisi Indonesia dalam indeks global menurun, dengan peringkat ke-80 dari 116 negara dan skor 468, lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Penurunan ini menggambarkan tantangan serius dalam mempersiapkan generasi muda untuk bersaing secara global di tengah persaingan ketat dengan negara-negara Asia lainnya.
Laporan EF EPI 2024 menunjukkan bahwa kelompok usia 26-30 tahun di Indonesia memiliki skor kemahiran bahasa Inggris tertinggi, yakni 494. Ini menandakan dampak positif dari pendidikan bahasa Inggris yang dimulai lebih awal.
Sementara itu, kelompok usia di atas 30 tahun harus terus meningkatkan kemahiran untuk tetap relevan di era digital.
Secara global, 60% negara mengalami penurunan skor, dengan Asia mencatatkan penurunan terbesar dalam lima tahun terakhir. Meski Indonesia tidak setajam negara Asia lainnya, tren ini tetap menjadi peringatan untuk memperbaiki pendidikan bahasa Inggris.
EF Education First, perusahaan pendidikan global asal Swedia yang berdiri sejak 1965, terus memfokuskan diri pada peningkatan pembelajaran bahasa Inggris.
“Laporan ini merupakan inisiatif EF untuk menyediakan tolok ukur yang berguna bagi para pembuat kebijakan, penyelenggara kerja, pendidik, dan pihak-pihak terkait lainnya dalam mendorong pemerataan serta peningkatan kemampuan bahasa Inggris di negara mereka,” ungkap Direktur Operasional EF EFEKTA English for Adults Fanno Hendriawan.
EF Education First, melalui program EF EFEKTA English for Adults dan EF Homestay Abroad, berkomitmen membantu masyarakat Indonesia meningkatkan kemampuan bahasa Inggris. EF EFEKTA menawarkan kelas privat dan grup 24 jam, baik online maupun tatap muka, memberikan fleksibilitas untuk siswa dewasa dan profesional.
Direktur Marketing EF EFEKTA Stefany Yacop mengatakan, “Dengan EF EFEKTA dan EF Homestay Abroad, kami berharap semakin banyak orang Indonesia meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka. Program homestay memberi pengalaman belajar imersif, sementara EF EFEKTA menawarkan solusi fleksibel di dalam negeri.”
Tantangan dalam pendidikan bahasa Inggris di Indonesia harus direspons dengan peningkatan akses dan kualitas pendidikan. Dukungan terhadap kebijakan yang mempermudah pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris sangat dibutuhkan. Dengan demikian, diharapkan generasi mendatang dapat lebih kompetitif dalam menghadapi era global yang terus berkembang pesat. (Z-1)