Krisis Dana, PBB Siap-siap PHK Massal 6.900 Karyawan

2 days ago 19

Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari 60 kantor, badan, dan operasi United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah diperintahkan untuk mengajukan proposal paling lambat pertengahan Juni untuk memangkas 20% staf mereka. Langkah Pemutusah Hubungan Kerja (PHK) staf PBB ini sebagai bagian dari upaya reformasi besar untuk mengonsolidasikan operasi dalam menghadapi krisis dana yang kritis.

Dalam pemangkasan karyawan ini setidaknya akan bisa menghemat anggaran USD 3,7 miliar atau kurang lebih 20%  dari total pengeluaran yang ada. Dari hitung-hitungan PBB, 20% staf ini kurang lebih 6.900 pekerja. Dalam memo internal arahan ini meminta staf untuk merinci pemotongan paling lambat tanggal 13 Juni.

Dikutip dari apnews.com, Senin (2/6/2025), Juru Bicara PBB Stephane Dujarric menjelaskan, pemangkasan karyawan ini termasuk staf di kantor politik dan kemanusiaan PBB, dan badan-badannya yang membantu pengungsi, mempromosikan kesetaraan gender, dan menangani perdagangan internasional, lingkungan, dan kota. Badan PBB yang mendukung pengungsi Palestina, UNRWA, juga ada dalam daftar tersebut.

Pengawas PBB Chandramouli Ramanathan mengatakan dalam sebuah memo kepada badan-badan yang terdampak bahwa pemotongan staf merupakan bagian dari tujuan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres untuk mencapai pengurangan antara 15% dan 20% dari anggaran PBB.

Pemotongan tersebut merupakan bagian dari inisiatif reformasi UN80 yang diluncurkan oleh Guterres pada bulan Maret saat badan dunia tersebut mendekati ulang tahunnya yang ke-80 akhir tahun ini.

Pimpinan PBB tersebut telah menepis segala hubungan dengan pemotongan bantuan luar negeri dan program-program lain oleh Presiden AS Donald Trump. Sebaliknya, ia telah menunjuk pada penyusutan sumber daya PBB selama setidaknya tujuh tahun terakhir karena tidak semua negara anggota membayar iuran tahunan mereka dan banyak yang tidak membayar tepat waktu.

PBB Sebut Target Batasi Pemanasan Global Mustahil Tercapai

Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan, ada kemungkinan sebesar 70 persen bahwa rata-rata suhu global pada periode 2025 hingga 2029 akan melampaui ambang batas 1,5 derajat Celsius - batas yang ditetapkan dalam perjanjian iklim internasional.

Menurut laporan iklim tahunan dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), suhu Bumi diperkirakan akan tetap berkutat di level ekstrem setelah dua tahun terpanas dalam sejarah pada tahun 2023 dan 2024.

"Kita baru saja mengalami 10 tahun terpanas dalam sejarah pencatatan cuaca,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal WMO, Ko Barrett, dikutip dari DW Indonesia, Kamis (29/5/2025).

"Sayangnya, laporan ini tidak menunjukkan tanda-tanda adanya jeda dalam beberapa tahun ke depan. Dampaknya akan semakin besar terhadap ekonomi, kehidupan sehari-hari, ekosistem, dan planet kita.”

Perjanjian Iklim Paris 2015 ingin membatasi peningkatan rata-rata suhu permukaan Bumi jauh di bawah 2 derajat Celcius dibanding era pra-industri. Batas ideal terletak pada angka 1,5 derajat Celcius. Target ini dihitung dari suhu rata-rata global pada 1850–1900, sebelum manusia mulai membakar batu bara, minyak, dan gas secara masif yang menghasilkan karbon dioksida (CO₂), gas rumah kaca utama penyebab perubahan iklim.

Namun, target ambisius 1,5 derajat Celcius ini kini dianggap makin mustahil tercapai karena masih tingginya laju peningkatan emisi CO2.

Panas Ekstrem Hantui Kota dan Pesisir

Proyeksi terbaru WMO, yang disusun oleh Layanan Cuaca Nasional Inggris, Met Office, bersama sejumlah pusat prakiraan iklim global lainnya, memperkirakan bahwa suhu rata-rata global tiap tahun antara 2025 hingga 2029 akan berada di kisaran 1,2 hingga 1,9 derajat Celcius di atas suhu rata-rata pra-industri. Peluangnya berkisar sebesar 70 persen bahwa suhu rata-rata lima tahunan dalam periode ini akan melewati batas 1,5 derajat Celcius.

"Temuan ini sangat sejalan dengan prediksi bahwa dunia akan melampaui ambang 1,5 derajat secara jangka panjang pada akhir dekade 2020-an atau awal 2030-an,” ujar Peter Thorne, direktur kelompok riset iklim di Universitas Maynooth, Irlandia. "Saya perkirakan dalam dua atau tiga tahun ke depan, probabilitas ini akan mencapai 100 persen,” tambahnya.

WMO juga mencatat kemungkinan 80 persen bahwa setidaknya satu tahun antara 2025 dan 2029 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, mengalahkan rekor 2024.

Untuk mengurangi dampak variabilitas alami iklim, WMO menggabungkan data observasi 10 tahun terakhir dengan proyeksi 10 tahun ke depan. Hasilnya, suhu rata-rata global untuk periode 2015–2034 diperkirakan mencapai 1,44 Celcius di atas rata-rata pra-industri.

Suhu Global Capai 1,39 Derajat

Meski belum ada konsensus tentang metode terbaik untuk mengukur pemanasan jangka panjang, pemantau iklim Uni Eropa, Copernicus, memperkirakan pemanasan saat ini sudah mencapai 1,39 derajat dan bisa mencapai 1,5 derajat Celcius pada pertengahan 2029 atau lebih cepat.

Yang lebih mengejutkan, ada kemungkinan kecil bahwa dalam lima tahun ke depan akan ada setidaknya satu tahun yang melewati batas 2 derajat Celcius. "Ini pertama kalinya kami melihat kemungkinan seperti itu dalam model prakiraan kami,” kata Adam Scaife dari Met Office. "Hal ini mengejutkan, dan probabilitasnya akan terus meningkat.”

Dia mengingatkan bahwa satu dekade lalu, prakiraan menunjukkan kemungkinan sangat kecil bahwa suhu rata-rata sebesar selama satu tahun kalender bisa melampaui ambang batas 1,5 derajat Celcius. Namun hal itu terjadi pada 2024.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |