Jajan Online: Praktis, Cuan, tapi Bikin Boros?

10 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Popularitas aplikasi belanja makanan dan minuman online terus meningkat di tengah gaya hidup masyarakat yang semakin dinamis. Tak hanya memberi kemudahan bagi konsumen, kehadiran platform untuk jajan online ini juga membuka peluang besar bagi para pelaku usaha kuliner, mulai dari usaha rumahan hingga restoran besar.

Namun di balik kemudahan tersebut, ternyata juga berpotensi membuat pengeluaran menjadi tidak terkendali dan konsumtif. Lantas belanja makan dan minuman melalui aplikasi online membuat konsumen jadi lebih boros atau justru lebih hemat?

Terkait hal ini, Perencana Keuangan Andy Nugroho mengatakan belanja atau jajan online berpotensi mendorong sifat konsumtif. Andy menuturkan salah satu faktor utama penyebab perilaku boros ini adalah karena minimnya hambatan dalam proses belanja secara digital.

“Ketika kita belanja online itu kan bisa dibilang tidak ada batasan sama sekali bahkan kita sambil rebahan, bengong, buka HP, langsung disikat,” ujar Andy kepada Liputan6.com, Jumat (16/5/2025).

Disiplin Anggaran

Sebagai upaya untuk mengendalikan pengeluaran dari jajan online ini, Andy menyarankan agar masyarakat disiplin dalam membuat anggaran.

Namun, jika hal tersebut tidak berhasil, ia menyebut opsi ekstrem seperti menghapus aplikasi bisa menjadi solusi terakhir untuk menghindari godaan konsumtif.

“Kalau ternyata justru keburukannya makin banyak, dalam artian kita justru makin boros, ya mau nggak mau, kalau kita tidak bisa mendisiplinkan diri, kita tutup ataupun uninstall aplikasi-aplikasi tersebut,” tegas Andy.

Harga Makanan di Aplikasi Lebih Mahal, Cuan untuk Penjual?

Dari sisi penjual, aplikasi makanan online juga membawa dampak signifikan. Rizal (42), seorang penjual Martabak yang menggunakan layanan aplikasi online mengungkapkan sejak bergabung di platform online, penjualannya meningkat drastis.

“Dulu cuma bisa ngandelin orang datang langsung, sekarang orang dari kecamatan sebelah pun bisa order makanan. Omzet jelas naik,” katanya kepada Liputan6.com ketika diwawancarai, Rabu (14/5/2025).

Menurutnya, keuntungan utama berjualan lewat aplikasi adalah luasnya jangkauan pembeli, dukungan promo dari platform, kemudahan mengatur operasional, hingga branding yang lebih profesional lewat rating dan ulasan pelanggan. 

Namun ia juga mengakui adanya tantangan besar, seperti potongan komisi yang cukup tinggi, persaingan ketat antar-merchant, serta potensi masalah teknis di luar kendali seperti keterlambatan driver.

“Kalau makanan tumpah atau sampai telat, kadang pembeli kasih bintang satu, padahal bukan salah kita. Tapi ya namanya jualan online, resikonya memang beda,” ujarnya.

Kenyamanan untuk Konsumen: Praktis, Cepat, dan Banyak Promo

Bagi banyak konsumen, layanan makanan online kini sudah menjadi bagian dari keseharian. Seorang pengguna aktif, Cici (26) mengungkapkan aplikasi semacam ini sangat memudahkan, terutama saat cuaca buruk, lembur kerja, atau sekadar ingin bersantai di rumah.

“Sekarang tinggal buka HP, scroll menu, klik order, terus tinggal nunggu makanan datang. Simpel dan efisien banget,” ujar Cici kepada Liputan6,com ketika dihubungi melalui Whatsapp, Jumat (16/5/2025).

Sebagai pegawai yang bekerja di Jakarta, Cici mengakui adanya layanan pesan makanan secara online memudahkannya menghemat waktu istirahat. Karena makanan bisa dipesan sebelum waktu istirahat. Sehingga, ketika waktu istirahat dirinya tak perlu repot-repot mencari dan antre membeli makan siang.

Ia menambahkan, kelebihan utama dari layanan ini antara lain banyaknya pilihan menu, seringnya promo dan diskon, kemudahan pembayaran non-tunai, serta fitur pelacakan pesanan secara real-time. 

Namun, layanan ini juga memiliki kekurangan, seperti harga menu yang lebih mahal karena biaya tambahan, serta kualitas makanan yang kadang menurun akibat waktu pengiriman.

“Kadang makanan datang udah gak panas, atau kemasannya rusak. Apalagi kalau hujan atau lagi jam sibuk, driver bisa lama banget,” pungkasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |