Iran Ancam Blokade Selat Hormuz, Aspebindo: Alarm Buat Indonesia

5 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batubara Indonesia (Aspebindo) melirik dampak dari ancaman Iran memblokade Selat Hormuz. Untuk itu, Indonesia diminta segera memastikan pasokan energinya.

Ketua Umum Aspebindo, Anggawira mewanti-wanti pasokan liquified petroleum gas (LPG) dan minyak mentah RI yang masih cukup banyak dipenuhi dari impor. Maka, pemenuhan dari dalam negeri dipandang perlu segera dilakukan.

"Dari perspektif Aspebindo, konflik ini merupakan alarm bagi Indonesia untuk mempercepat agenda kemandirian energi. Ketahanan energi nasional harus menjadi prioritas strategis, bukan hanya teknis," kata Anggawira saat dihubungi Liputan6.com, Senin (13/6/2025).

Pada sisi hulu, percepatan realisasi proyek gas nasional, penyederhanaan perizinan tambang, dan insentif investasi eksplorasi menurutnya jadi sangat krusial. Di sisi hilir, pelaku usaha harus didorong untuk melakukan efisiensi energi dan mencari alternatif bahan bakar.

"Kami juga menekankan pentingnya pemerintah memperkuat cadangan strategis energi nasional, serta memperluas pasar ekspor bagi komoditas energi dan mineral ke wilayah non-tradisional seperti Asia Selatan, Afrika, dan Asia Timur," ungkap Anggawira.

Dia mencatat, penyempitan jalur logistik ketika Selat Hormuz ditutup akan berpengaruh pada belanja subsidi energi nasional. Belum lagi kenaikan biaya atas distribusi logistik dari luar negeri.

Langkah Antisipasi

Anggawira menyampaikan, pada konteks ketahanan energi nasional, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, meningkatkan stok nasional untuk BBM dan LPG minimal untuk jangka 60–90 hari.

Kedua, percepat pembangunan infrastruktur gas nasional, termasuk terminal LNG mini, pipa transmisi, serta integrasi niaga gas antar wilayah.

"(Ketiga) dorong penggunaan energi dalam negeri seperti DME, bioenergi, dan pemanfaatan gas bumi domestik yang masih underutilized," tegasnya.

Harga Minyak Dunia Bisa Melambung

Diberitakan sebelumnya, ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memanas. Penutupan Selat Hormuz yang direncanakan Iran sebagai respons atas serangan Israel dan Amerika Serikat (AS) berpotensi memicu lonjakan tajam harga minyak dunia.

Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi CELIOS (Center of Economic and Law Studies), Nailul Huda, mengatakan penutupan Selat Hormuz jalur vital yang dilalui hampir seperempat perdagangan minyak global akan memberikan tekanan besar terhadap pasar energi dunia.

"Ketika Selat Hormuz ditutup, dimana hampir seperempat perdagangan minyak global melewati selat tersebut. Akibatnya, harga minyak global bisa menyentuh mendekati atau bahkan lebih dari USD100 per barel," kata Nailul Huda kepada Liputan6.com, Senin (23/6/2025).

Bahkan kata Nailul, kenaikan harga minyak dunia sudah mulai terlihat dalam beberapa hari terakhir pasca Israel menyerang Iran ditambah saat ini Iran menutup Selat Hormuz.

Harga BBM Bisa Naik

Dia menuturkan, Indonesia sebagai negara net importir minyak akan langsung terkena dampak dari lonjakan harga tersebut. Menurut Huda, impor minyak yang lebih mahal akan membuat ongkos produksi BBM dalam negeri ikut melonjak.

"Harga minyak yang meningkat akan berpengaruh kepada harga produksi bahan bakar minyak dalam negeri," ujarnya.

Maka ketika tidak ada kenaikan harga, maka subsidi akan semakin meningkat. Dana di APBN akan semakin terkuras. Fiskal Indonesia akan semakin menurun.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |