Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia melemah, membalikkan kondisi sebelumnya. Koreksi harga emas ini seiring dunia menanti respons Iran setelah Amerika Serikat (AS) bergabung dengan Israel dalam menyerang Iran selama akhir pekan lalu.
Mengutip Yahoo Finance, Senin (23/6/2025), harga emas diperdagangkan mendekati posisi USD 3.360 per ounce setelah naik 0,8% sebelumnya.
Harga emas spot turun 0,2% menjadi USD 3.361 per ounce pada pukul 11.03 waktu Singapura. Indeks Bloomberg Dolar Spot naik 0,2%. Harga perak stabil, sedangkan platinum dan paladium merosot.
“Kekuatan ganda dari ketidakpastian dan kebijakan moneter yang akomodatif kemungkinan akan membuat harga emas mendekati rekor tertinggi dalam waktu dekat,” ujar Chief Executive Officer DHF Capital SA, Bas Kooijman.
Serangan AS terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran mendorong dolar AS. Sedangkan harga minyak tajam melonjak tajam karena kekhawatiran Teheran dapat menyerang infrastruktur energi Timur Tengah atau pengiriman di Selat Hormuz.
Konflik di Timur Tengah telah memberikan dorongan baru pada reli yang telah mendorong harga emas naik hampir 30% sepanjang 2025.
Sementara itu, peluang konflik yang meluas, secara teoritis mendukung harga emas batanga, kenaikan harga eneri yang berkelanjutan akan memacu inflasi dan membuat potensi penurunan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) menjadi berkurang. Hal ini menjadi sentimen negatif bagi logam yang tidak menawarkan bunga apapun.
"Pasar masih belum yakin kalau serangan AS terhadap Iran pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan signifikan dalam ketegangan geopolitik,”ujar Senior Strategist ANZ Banking Group Ltd, Daniel Hynes seperti dikutip dari Yahoo Finance.
Ia menambahkan, hal itu membuat pihaknya melihat kalau investor belum berbondong-bondong ke aset safe haven. “Setiap permintaan safe haven dapat diimbangi oleh kekhawatiran investor bahwa setiap kenaikan harga minyak berpotensi membuat the Fed mempertahankan suku bunga tinggi di tengah kekhawatiran inflasi,” ujar dia.
Mempertimbangkan China
Teheran, sejauh ini belum melancarkan serangan balasan besar, dan hanya akan menerima dukungan retorika dari Rusia dan China. Sementara kelompok milisi yang telah dipersenjatai dan didanainya selama bertahun-tahun menolak atau tidak dapat memasuki medan pertempuran.
Iran mungkin juga tidak ingin membuat China marah dengan mengambil tindakan apapun yang akan menyebabkan lonjakan besar dalam harga minyak.
Hal itu bersama dengan emas batangan hanya sekitar USD 140 per ounce dari rekor tertingginya yang dicapai pada April, mungkin menahan kenaikan pada titik ini.
Prediksi Harga Emas Dunia
Sebelumnya, harga emas mengalami penurunan sepanjang pekan ini, dipengaruhi oleh sikap hawkish The Fed serta meredanya ketegangan di Timur Tengah. Kedua faktor ini mendorong investor untuk melakukan aksi jual secara konsisten.
Melansir Kitco News, Senin (23/6/2025), harga emas dunia di pasar spot dibuka awal pekan ketiga Juni 2025 dengan harga USD 3.450 per ons, yang kemudian menjadi level tertinggi minggu ini. Namun, harga terus melemah hingga mencapai USD 3.411 per ons, bahkan sempat turun di bawah USD 3.400 saat pembukaan pasar Amerika Utara.
Setelah penurunan awal yang tajam, emas tidak mengalami aksi jual yang besar di hari-hari berikutnya. Namun, harga juga gagal menunjukkan pemulihan berarti.
Sepanjang pertengahan pekan, pergerakan harga emas terjebak di kisaran USD 3.375 hingga USD 3.400, sebelum akhirnya menyentuh level terendah mingguan di USD 3.365 saat penutupan pasar Rabu malam.
Lantas bagaimana prediksi harga emas pekan ini di tengah sentimen tekanan geopolitik dengan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Israel melawan Iran, naik atau turun?
Prediksi Analis
Dalam survei mingguan terbaru Kitco News, pandangan para analis Wall Street terbagi rata mengenai arah pergerakan emas jangka pendek. Sementara itu, pelaku pasar ritel (Main Street) masih mempertahankan sikap optimistis (bias bullish) terhadap emas.
Presiden dan COO Asset Strategies International, Rich Checkan mengatakan emas akan naik pekan depan.
“Karena meningkatnya ketegangan sebagai akibat dari meningkatnya permusuhan di Timur Tengah, dan karena koreksi emas saat ini berlebihan,” kata Checkan.
Peluang Harga Emas
Kemudian Kepala Strategi Pasar di SIA Wealth Management, Colin Cieszynski berpandangan netral terhadap harga emas sepekan ke depan.
Cieszynski mengatakan emas masih berpeluang naik dan turun pekan depan karena sulit diprediksi di tengah kondisi saat ini.
“Emas naik turun akhir-akhir ini, di seputar perkembangan perang. Bergantung pada apa yang terjadi, emas bisa mengalami pergerakan signifikan ke salah satu arah atau tidak; sulit untuk diprediksi saat ini, jadi saya bersikap netral,” ujarnya.
Darin Newsom, Analis Pasar Senior di Barchart.com menyebut emas akan naik. Ia tidak melihat ada perubahan jangka panjang untuk emas sebagai pasar safe haven. Emas bisa mengalami aksi jual jangka pendek, tetapi minat beli akan terus muncul karena situasi global, baik politik maupun ekonomi, semakin kacau.
Sedangkan Adrian Day, Presiden Adrian Day Asset Management menuturkan harga emas tidak akan berubah.
“Perlambatan pembelian non-resmi Tiongkok telah diimbangi oleh peningkatan pembelian Barat. Dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, kami tidak akan menjual, tetapi memperkirakan perdagangan datar-turun pada minggu depan, tanpa adanya dorongan baru yang tidak terduga,” tuturnya.
Hasil Survei Kitco
Pada pekan ketiga Juni 2025, 16 analis berpartisipasi dalam Survei Emas Kitco News, dengan Wall Street kembali ke posisi netral secara keseluruhan setelah perkembangan geopolitik gagal meningkatkan harga emas batangan.
Sebanyak 6 pakar, atau 38%, memperkirakan harga emas akan naik selama minggu depan, sementara lima analis, atau 31%, memperkirakan penurunan harga logam kuning tersebut, dan lima analis lainnya, mewakili 31% sisanya, memperkirakan perdagangan emas akan bergerak menyamping minggu depan.
Sementara itu, 258 suara diberikan dalam jajak pendapat daring Kitco, dengan Main Street mempertahankan mayoritas bullish-nya dari minggu lalu. 138 pedagang eceran, atau 54%, memperkirakan harga emas akan naik minggu depan, sementara 55, atau 21%, memperkirakan logam kuning akan turun. 65 investor sisanya, atau 25%, memperkirakan harga akan berkonsolidasi selama minggu depan.
Sentimen ke Depan
Setelah keputusan suku bunga bank sentral mendominasi lanskap berita ekonomi minggu ini, fokus minggu depan akan tertuju pada kesehatan konsumen AS, dengan data perumahan, inflasi, dan keyakinan yang akan dirilis.
Senin akan dirilis S&P flash PMI untuk bulan Juni, sedangkan Selasa akan merilis indeks Keyakinan Konsumen terbaru beserta testimoni Ketua Fed Powell di hadapan Komite Layanan Keuangan DPR. Kemudian pada Rabu, pasar akan menerima Penjualan Rumah Baru untuk bulan Mei, sementara Powell memberikan testimoni di hadapan Komite Perbankan Senat.
Kamis akan merilis klaim pengangguran mingguan, pesanan barang tahan lama, dan penjualan rumah tertunda untuk bulan Mei, serta PDB Q1 AS final. Minggu ini akan ditutup dengan rilis Inflasi Inti PCE untuk bulan Mei pada Jumat pagi.