Harga Minyak Naik Usai Serangan Drone Ukraina

1 hour ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia kembali menguat pada penutupan perdagangan Senin, didorong ketegangan geopolitik serta keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memilih mempertahankan level produksi pada kuartal I 2026.

Kenaikan harga minyak juga dipicu pernyataan Amerika Serikat (AS) yang menutup wilayah udara Venezuela, salah satu produsen minyak penting dunia.

Mengutip CNBC, Selasa (2/12/2025), harga minyak Brent sebagai patokan harga minyak dunia naik 79 sen atau 1,27 persen menjadi USD 63,17 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) menguat 77 sen atau 1,32 persen dan ditutup di level USD 59,32 per barel.

Analis Price Futures Group, Phil Flynn, mengatakan pasar merespons positif kombinasi antara serangan drone Ukraina terhadap armada minyak Rusia serta komitmen OPEC menjaga stabilitas pasokan.

“Kondisi ini datang ketika permintaan minyak global terus menunjukkan peningkatan, meski sentimen negatif masih terdengar dari sisi permintaan,” ujarnya.

Selain itu, pasar juga bereaksi terhadap laporan kerusakan salah satu titik tambat Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) di terminal Novorossiysk, yang turut memicu kekhawatiran soal distribusi minyak global.

Produksi OPEC

Lonjakan harga minyak dunia juga dipengaruhi insiden serangan Ukraina di Laut Hitam. Serangan tersebut menghantam dua kapal tanker yang menuju Novorossiysk, salah satu jalur penting ekspor minyak Rusia. Kondisi ini meningkatkan kecemasan akan terganggunya pasokan, sehingga mendorong harga minyak lebih tinggi.

Konsorsium Pipa Kaspia (CPC), yang mengalirkan sekitar 1 persen pasokan minyak global, melaporkan kerusakan pada satu dari tiga titik tambat. Meski demikian, Chevron sebagai pemegang saham CPC menegaskan proses pengiriman tetap berjalan menggunakan dua titik tambat utama.

Dari sisi kebijakan, OPEC+ sebelumnya menegaskan akan mempertahankan target produksi. Keputusan ini dinilai sebagai sinyal stabilitas pasokan, terutama setelah pasar beberapa bulan terakhir dibayangi kekhawatiran kelebihan suplai global. Analis LSEG, Anh Pham, menyebut keputusan OPEC memberi “angin segar” bagi pasar minyak yang sempat tertekan.

Penutupan Wilayah Udara Venezuela

Selain ketegangan di Laut Hitam dan kebijakan OPEC, pasar minyak dunia juga diguncang pernyataan Presiden AS Donald Trump terkait penutupan wilayah udara Venezuela. Pernyataan tersebut menimbulkan spekulasi baru karena Venezuela merupakan produsen minyak yang cukup besar di Amerika Selatan.

Trump menyebut wilayah udara “di atas dan sekitar Venezuela” ditutup dan mengonfirmasi bahwa dirinya telah berbicara dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro, meski tidak memberikan rincian lebih lanjut. Ketidakpastian ini menambah tekanan pada sentimen pasar, terutama terkait potensi gangguan distribusi dalam beberapa bulan ke depan.

Sementara itu, harga minyak Brent dan WTI sempat melemah selama empat bulan berturut-turut hingga pekan lalu — penurunan terpanjang sejak 2023 — akibat tingginya ekspektasi suplai global. Namun rangkaian ketegangan geopolitik terbaru membuat harga minyak kembali bergerak naik.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |