Harga Minyak Menguat Setelah Stok AS Catat Kenaikan

11 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak stabil pada Rabu, 9 Juli 2025. Harga minyak yang menguat ini seiring investor mempertimbangkan peningkatan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang mengejutkan pekan lalu, di tengah serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan proyeksi penurunan produksi minyak AS.

Mengutip CNBC, Kamis (10/7/2025), harga minyak mentah berjangka Brent naik 4 sen menjadi USD 70,19 per barel, sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 5 sen menjadi USD 68,38 per barel.

Stok minyak mentah AS naik sementara persediaan bensin dan sulingan turun pekan lalu, menurut Badan Informasi Energi (EIA) pada Rabu.

Persediaan minyak mentah naik 7,1 juta barel menjadi 426 juta barel dalam pekan yang berakhir 4 Juli, menurut EIA, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 2,1 juta barel.

Mengurangi penurunan harga, setelah berbulan-bulan tenang di Laut Merah, serangan di jalur pelayaran global utama tersebut kembali terjadi dalam sepekan terakhir, yang menurut sumber-sumber dikaitkan dengan milisi Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran.

Sebuah misi penyelamatan sedang berlangsung pada hari Rabu untuk menyelamatkan awak kapal kargo yang tenggelam di Laut Merah setelah serangan yang menewaskan sedikitnya empat awak kapal. Houthi telah mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Harga minyak juga didukung oleh perkiraan EIA pada Selasa AS akan mem-produksi lebih sedikit minyak pada 2025 daripada yang diperkirakan sebelumnya, karena penurunan harga telah mendorong produsen AS untuk memperlambat aktivitas.

Pada Selasa, Presiden AS Donald Trump mengatakan akan mengumumkan tarif 50% untuk tembaga, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi AS atas logam yang penting bagi kendaraan listrik, perangkat keras militer, jaringan listrik, dan banyak barang konsumsi.

Bersiap untuk Kenaikan Produksi

Trump membuat pengumuman tersebut saat ia menunda batas waktu untuk beberapa tarif hingga 1 Agustus, memicu harapan di antara mitra dagang utama kesepakatan untuk melonggarkan bea masuk masih dapat dicapai, meskipun banyak perusahaan masih belum yakin mengenai langkah selanjutnya.

Di tempat lain, produsen minyak OPEC+ bersiap untuk peningkatan produksi besar lainnya pada September seiring dengan selesainya pencabutan pemotongan produksi sukarela oleh delapan anggota, dan langkah Uni Emirat Arab untuk meningkatkan kuota, menurut lima sumber.

Kelompok tersebut mengumumkan pada Sabtu mereka telah menyetujui peningkatan pasokan sebesar 548.000 barel per hari untuk Agustus.

"Harga minyak secara mengejutkan tetap tangguh dalam menghadapi percepatan penambahan pasokan OPEC+,” kata Energy Sector Team Lead DBS Bank, Suvro Sarkar.

Menteri Energi UEA Suhail al-Mazrouei mengatakan pada Rabu kalau pasar minyak menyerap peningkatan produksi OPEC+ tanpa menambah persediaan, yang berarti mereka haus akan lebih banyak minyak.

"Anda dapat melihat bahwa meskipun terjadi peningkatan selama beberapa bulan, kami belum melihat peningkatan persediaan yang signifikan, yang berarti pasar membutuhkan barel-barel tersebut,” ujarnya.

Harga Minyak Dunia Naik, Dekati Level Tertinggi Dua Minggu

Sebelumnya, harga minyak bertahan mendekati level tertinggi dalam dua minggu pada hari Selasa, seiring investor mengevaluasi perkembangan terbaru terkait tarif AS dan peningkatan produksi OPEC+ yang lebih tinggi dari perkiraan untuk bulan Agustus.

Dikutip dari CNBC, Rabu (9/7/2025), kontrak berjangka minyak mentah Brent naik 57 sen, atau 0,82%, menjadi ditutup pada USD 70,15 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 40 sen, atau 0,59%, menjadi USD 68,33 per barel.

Kedua acuan harga minyak ini mencatat penutupan tertinggi sejak 23 Juni, untuk hari kedua berturut-turut.

Ketegangan Tarif AS Pengaruhi Pasar Global

Ekonomi besar Asia seperti Jepang dan Korea Selatan menyatakan pada Selasa bahwa mereka akan berupaya bernegosiasi dengan Amerika Serikat untuk mengurangi dampak tarif tinggi yang akan diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump, mulai awal Agustus.

Trump kembali meningkatkan tensi perang dagang pada hari Senin, dengan memberi tahu 14 negara bahwa mereka akan dikenakan tarif, mulai dari 25% bagi negara seperti Jepang dan Korea Selatan, hingga 40% untuk Laos dan Myanmar.

Tarif yang dikenakan Trump menimbulkan ketidakpastian di pasar dan kekhawatiran terhadap potensi dampaknya pada ekonomi global dan permintaan minyak.

Di Jerman, sebagai ekonomi terbesar di Eropa, ekspor turun lebih besar dari perkiraan pada bulan Mei, menurut data hari Selasa, karena permintaan dari AS menurun untuk bulan kedua berturut-turut akibat dampak tarif.

Produksi OPEC+ Naik, Pasar Waspadai Risiko Kelebihan Pasokan

Meskipun pasar tertekan oleh keputusan OPEC+ untuk mengakhiri pemotongan produksi secara sukarela, keketatan pasokan produk distilat menengah dan serangan Houthi terhadap kapal kargo turut menopang harga, kata analis Janiv Shah dari Rystad Energy.

Pada hari Sabtu, kelompok OPEC+ yang mencakup Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya seperti Rusia, sepakat untuk meningkatkan produksi sebesar 548.000 barel per hari (bph) pada bulan Agustus — lebih tinggi dari kenaikan 411.000 bph dalam tiga bulan sebelumnya.

Analis HSBC memperingatkan bahwa ketika permintaan minyak secara musiman menurun, peningkatan ekspor OPEC+ bisa memberikan tekanan turun terhadap harga.

Analis Commerzbank memperkirakan harga Brent bisa turun ke $65 per barel pada musim gugur mendatang karena potensi kelebihan pasokan.

Keputusan OPEC+ tersebut hampir sepenuhnya menghapus pemotongan sukarela sebesar 2,2 juta bph yang diberlakukan sejak 2023.

Menurut sumber Reuters, kelompok produsen ini diperkirakan akan menyetujui peningkatan sekitar 550.000 bph lagi untuk September dalam pertemuan pada 3 Agustus, yang berarti seluruh pemotongan akan dibatalkan.

Data Stok Minyak AS Jadi Sorotan Pasar

Kelompok dagang American Petroleum Institute (API) dan Badan Informasi Energi AS (EIA) dijadwalkan merilis data persediaan minyak AS masing-masing pada hari Selasa dan Rabu.

Para analis memperkirakan perusahaan energi menarik sekitar 2,6 juta barel minyak dari persediaan selama pekan yang berakhir 4 Juli.

Jika perkiraan ini benar, maka ini akan menjadi kali keenam dalam tujuh minggu terakhir perusahaan energi mengurangi stok minyak mereka. Sebagai perbandingan, pada minggu yang sama tahun lalu terjadi penurunan sebesar 3,4 juta barel, sementara rata-rata lima tahun terakhir (2020–2024) menunjukkan kenaikan sebesar 1,9 juta barel.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |