Ekspor Minyak Sawit Indonesia Berisiko Menyusut Imbas Tarif Impor 32%

7 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Ekspor minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat diperkirakan akan menyusut akibat pengenaan tarif impor 32 persen terhadap produk-produk Indonesia. Hal itu diungkapkan oleh Hadi Sugeng, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia.

Mengutip Channel News Asia, Kamis (10/7/2025) Hadi mengatakan bahwa, jika tarif baru berlaku, pengiriman minyak sawit Indonesia ke AS dapat turun sebesar 15-20 persen

"Daya saing minyak sawit akan menurun dibandingkan minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai dan minyak rapeseed, terutama jika negara-negara pengekspor minyak nabati ini menerima tarif yang lebih rendah," katanya.

Secara keseluruhan, Hadi merinci, Indonesia mengekspor 29,5 juta ton produk minyak sawit pada tahun 2024. Ekspor ke AS rata-rata mencapai 2,25 juta metrik ton per tahun selama tiga tahun terakhir.

Dilaporkan, negosiator Indonesia akan menuju Washington pekan depan untuk bertemu dengan perwakilan perdagangan Amerika Serikat, kata seorang pejabat Kementerian Perekonomian.

Hadi memperkirakan, menurunnya ekspor dari Indonesia memungkinkan pesaing di Malaysia untuk mengambil peluang pangsa pasar.

Seperti diketahui, Malaysia dan Indonesia dikenal sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, tetapi Indonesia sejauh ini merupakan pemasok terbesar ke Amerika Serikat, dengan pangsa pasar mencapai 85 persen dari total impornya tahun lalu.

Sementara itu, minyak sawit Malaysia menghadapi tarif yang lebih rendah, yaitu 25 persen, yang memberikan keuntungan bagi produsen dibandingkan pesaing mereka di Indonesia.

Biaya Tambahan 

Sebelumnya, pada Selasa (8/7/2025), Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia, Johari Abdul Ghani, mengatakan bahwa importir AS harus menanggung biaya tarif tambahan untuk minyak sawit.

Ia mengatakan tidak ada alternatif selain minyak sawit di AS karena kedelai tidak dapat diubah menjadi oleokimia, produk nabati yang digunakan dalam pasta gigi dan deterjen.

"Saya pikir ini bukan persaingan. Jika mereka mengenakan tarif 25 persen kepada kami, pada akhirnya orang yang akan membayarnya adalah Amerika," ucapnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |