RI Siap Jadi Pelopor Plastik Ramah Lingkungan, Kemenperin Siapkan Standar Baru Mulai 2025

9 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus mendorong transformasi menuju industri hijau dengan memperkenalkan teknologi baru yang lebih ramah lingkungan. Salah satu langkah pentingnya adalah penerapan teknologi biotransformation untuk menciptakan plastik biodegradable.

Hal ini disampaikan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita usai menerima kunjungan Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (9/7/2025). Pertemuan tersebut membahas pengenalan teknologi terobosan asal Inggris yang mampu menghasilkan plastik sekali pakai yang mudah terurai secara alami.

“Teknologi ini menawarkan solusi konkret dalam menghadapi tantangan sampah plastik, khususnya untuk plastik sekali pakai. Dengan pendekatan yang ramah lingkungan, Indonesia berpotensi menjadi pelopor di kawasan regional,” ujar Agus Gumiwang dalam keterangan tertulis, Kamis (10/7/2025).

Untuk diketahui, menurut Bank Dunia, Indonesia menghasilkan sekitar 7,8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Diperkirakan 1,29 juta ton plastik dari limbah tersebut masuk ke lautan setiap tahun.

Indonesia adalah salah satu penyumbang plastik terbesar ke lautan, dengan posisi kedua setelah China.

Plastik Mudah Terurai, Tanpa Mikroplastik

Teknologi biotransformation memungkinkan plastik terurai dalam waktu yang jauh lebih cepat dibanding plastik konvensional, tanpa meninggalkan mikroplastik atau bahan kimia berbahaya. Keunggulan lain dari teknologi ini adalah sifatnya yang dapat didaur ulang dan waktu biodegradasinya bisa disesuaikan dengan kebutuhan industri.

Menperin menegaskan bahwa Kemenperin akan segera menindaklanjuti potensi kerja sama ini dengan menyusun roadmap dan rencana aksi nasional. Langkah awalnya adalah membentuk Rancangan Standar Nasional Industri (RSNI) untuk produk plastik yang ramah lingkungan.

“Kita perlu memastikan seluruh produk plastik dalam negeri ke depan memenuhi standar lingkungan yang ketat. Ini penting untuk keberlanjutan dan juga membuka peluang ekspor ke negara-negara yang semakin peduli terhadap isu lingkungan,” tegasnya.

Tidak Ganggu Ketahanan Pangan

Kemenperin juga tengah menyusun kebijakan untuk memetakan sumber bahan baku nabati yang bisa digunakan untuk produksi plastik biodegradable. Tujuannya adalah memastikan penggunaan bahan industri tidak mengganggu pasokan pangan nasional.

“Riset terpadu antara bahan nabati untuk pangan dan industri sangat krusial. Kita tidak ingin terjadi benturan antara ketahanan pangan dan keberlanjutan industri,” jelas Agus.

Sebagai bagian dari strategi jangka panjang menuju transformasi industri hijau, Kemenperin juga membuka kemungkinan pemberian insentif bagi industri yang mulai mengadopsi teknologi plastik ramah lingkungan.

Dengan kolaborasi lintas kementerian, dukungan teknologi modern, dan keterlibatan pelaku industri, Indonesia diharapkan mampu menurunkan dampak negatif limbah plastik secara signifikan, sekaligus memperkuat daya saing industri nasional di era ekonomi hijau.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |