Liputan6.com, Jakarta - Tinggal di pusat kota Jakarta menjadi idaman banyak orang. Namun, harga properti di titik-titik ini tak jarang membuat sebagian orang turut menghela napas panjang. Ternyata, kondisi ini bisa dijawab oleh penghuni Rumah Flat Menteng yang mampu menghemat biaya bulanan hingga 90 persen.
Anggota Koperasi Serba Usaha Rumah Flat Menteng, Andi Pratama Hardiansyah menjelaskan penghematannya. Faktor terbesar memang ada di pengeluaran untuk transportasi, dimana tinggal di pusat kota dimudahkan oleh akses transportasi publik.
Istri Andi yang menetap lebih dahulu di sisi utara Jakarta setidaknya butuh biaya hingga Rp 2 juta per bulan hanya untuk mobilitas. Setelah pindah ke Rumah Flat Menteng, pengeluaran transportasinya hanya butuh Rp 200-300 ribu sebulan.
"Dia sebulan itu anggaran untuk taksi, ojek dan sebagainya itu bisa sampai Rp 2 juta. Nah sekarang cuma 200.000-300.000 rupiah maksimal. Biaya angkutan umum, kami karena di sini juga, paling kami butuh itu hampir sebulan per orangnya Rp 100.000-an gitu, Rp 100.000-200.000-an," ungkap Andi saat berbincang dengan Liputan6.com, di Rumah Flat Menteng, Jakarta, Kamis (10/7/2025).
Biaya lainnya seperti untuk berkumpul dengan teman sejawat pun ikut turun. Jika sebelumnya harus mencari titik tengah, kini sebagian rekannya tak masalah untuk datang ke kawasan sekitar Rumah Flat Menteng.
"Jadi memang biaya nongkrong juga akhirnya agak berkurang sih, yang dulunya kita harus mungkin kayak harus pergi kemana jauh tuh. Terus kalau malam transportasi umum udah gak ada ya, kita terpaksa harus pakai ojek online gitu misalkan atau pakai taksi itu akhirnya sekarang gak perlu itu. Nah hal kayak gitu juga hal sederhana tapi ternyata bisa ini ya kerasa gitu," tuturnya.
Batal Beli Sepeda Motor
Andi mengaku awalnya ingin membeli sepeda motor ketika pindah menetap di DKI Jakarta untuk memudahkan mobilitas. Namun, hal itu urung dilakukan karena akses transportasi yang mudah tadi.
"Saya memikirkan itu kan kayak takut gitu, istilahnya takut ya (untuk menetap di Jakarta). Tapi ternyata pas ke sini pun waktu itu juga saya punya rencana beli motor di sini. Nah akhirnya sampai sekarang udah 6-7 bulan itu saya gak ada kepikiran untuk akhirnya beli motor lagi," ujarnya.
"Saya merasa ternyata tinggal di sini enak sekali gitu. Secara anggutan umum semuanya ada stasiun MRT, transjakarta. Itu enak semua. Itu mungkin sesekali lah saya pakai ojek online. Kalau memang kayak kondisi-kondisi tertentu itu pun sangat sedikit sekali," sambung Andi.
Menurut pantuaan Liputan6.com, jarak dari Rumah Flat Menteng ke halte Transjakarta Flyover Kuningan, misalnya hanya butuh berjalan kaki sekitar 5 menit. MRT Dukuh Atas BNI bisa dicapai 10 menit, dan menuju Stasiun KRL Sudirman sekitar 6 menit.
Solusi Rumah Terjangkau di Pusat Kota
Sebelumnya diberitakan, harga tanah dan rumah di kawasan pusat DKI Jakarta kerap membuat seseorang menghela napas. Pasalnya, harga rumah bisa tembus puluhan miliaran rupiah, tergantung luas tanah dan bangunannya. Namun, rumah flat muncul menjadi salah satu solusi untuk mendapatkan hunian jantung Kota Jakarta dengan harga yang jauh lebih murah, bahkan di bawah Rp 1 miliar.
Perhatian publik mengarah ke Rumah Flat Menteng. Bangunan 4 lantai yang diisi 6 keluarga itu membawa kesan 'hemat' di tengah kawasan elit DKI Jakarta. Konsep rumah flat yang dikenalkan aktivis, arsitek dan pakar tata kota, Marco Kusumawijaya ini dibangun dengan konsep koperasi.
Salah satu anggota Koperasi Serba Usaha Rumah Flat Menteng, Andi Pratama Hardiansyah menceritakan kisahnya. Dia yang menempati unit seluas 40 meter persegi itu mengungkap hematnya punya rumah flat.
"Dengan 4 lantai ini banyak biaya yang akhirnya kita pangkas. Mungkin lift kami enggak pakai lift, kami pakai tangga, walaupun ada lift barang ya, khusus memang buat keadaan darurat juga kayak gitu," ungkap Andi saat berbincang dengan Liputan6.com di Rumah Flat Menteng, Jakarta, Kamis (10/7/2025).
Biaya Punya Rumah Flat
Dia mengisahkan, biaya untuk memiliki rumah flat berkisar Rp 300 juta hingga Rp 1 miliar. Biaya ini dihitung secara proporsional tergantung dari luas unit yang akan dimilikinya. Adapun luasan unit rumah flat mulai dari 40 m2, 60 m2, hingga 90 m2.
Penentuan harga yang harus dibayar pemilik unit dihitung sejak awal pembangunannya. Biaya konstruksi total akan dibagi ke setiap anggota penghinu yang juga bagian dalam koperasi. Kemudian, dibagi secara proporsional, disesuaikan dengan luas unit yang akan dihuni.
"Hal kayak gitu kan akhirnya juga bisa bikin solusi, oh ternyata bisa nih kayak gitu, enggak harus rumah tapak, enggak harus kita bikin gedung yang tinggi, tapi kita dengan segini aja cukup, dan itu akhirnya cukup memangkas biaya dengan kita gotong-royong bareng-bareng," tuturnya.