Harga Minyak Dunia Melemah, Siap-siap Jatuh ke USD 50 per Barel

1 month ago 28

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia ditutup sedikit lebih rendah pada perdagangan hari Senin. Kekhawatiran akan kelebihan pasokan di pasar global tampaknya mengalahkan ketegangan geopolitik yang sedang terjadi di Rusia dan Timur Tengah.

Mengutip CNBC, Selasa (23/9/2025), harga minyak mentah berjangka Brent turun 11 sen, atau 0,2%, menjadi USD 66,57 per barel. Sementara itu, kontrak minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Oktober juga turun 4 sen, atau 0,1%, menjadi USD 62,64 per barel.

Wakil Presiden Senior BOK Financial Dennis Kissler mengatakan, fokus para pedagang kembali beralih ke potensi kelebihan pasokan minyak. Kecuali ada kesepakatan sanksi yang lebih ketat terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia dari AS dan Uni Eropa, pasar bisa dibanjiri pasokan.

Sedangkan analis SEB memperkirakan permintaan minyak global akan menurun dari kuartal ketiga tahun ini hingga kuartal pertama tahun 2026, sementara produksi OPEC+ justru meningkat.

"Pertanyaan besarnya adalah apakah China akan menimbun surplus yang terus meningkat atau apakah harga minyak akan terdorong turun ke kisaran USD 50-an. Kami yakin yang terakhir," kata analis tersebut.

Penyebab Kekhawatiran Pelaku Pasar

Kekhawatiran ini diperkuat oleh beberapa laporan:

Ekspor Irak Naik: Irak, produsen terbesar kedua di OPEC, telah meningkatkan ekspor minyaknya. Menurut SOMO (perusahaan pemasaran minyak negara), ekspor Irak pada September diperkirakan mencapai 3,4 juta hingga 3,45 juta barel per hari.

Produksi Kuwait Melonjak: Menteri Perminyakan Kuwait, Tariq Al-Roumi, melaporkan bahwa kapasitas produksi minyak mentah negaranya mencapai 3,2 juta barel per hari, yang merupakan perkiraan tertinggi dalam lebih dari 10 tahun.

Faktor Lain yang Memengaruhi Pasar

Beberapa faktor lain juga turut berperan dalam menekan harga minyak:

Suku Bunga AS: Harga minyak seringkali berkorelasi dengan pergerakan ekuitas AS. Pejabat Federal Reserve (The Fed) saat ini meragukan perlunya penurunan suku bunga lebih lanjut karena inflasi masih di atas target 2% dan pasar tenaga kerja yang kuat.

Suku bunga yang lebih tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan terhadap minyak.

Ketegangan Geopolitik: Meskipun terjadi peningkatan ketegangan di Timur Tengah (setelah beberapa negara Barat mengakui negara Palestina) dan di Eropa Timur (jet tempur Rusia memasuki wilayah udara Estonia), tidak ada dari peristiwa tersebut yang menyebabkan gangguan langsung pada pasokan minyak.

Akibatnya, sentimen pasar tidak terlalu terpengaruh.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |