Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah peristiwa penting baru-baru ini mengguncang Korea Selatan (Korsel), negara maju di Asia Timur yang dikenal dengan budaya pop dan ekonomi kuatnya. Di awal Maret 2025, dua jet tempur Korsel secara tak sengaja menjatuhkan delapan bom di pemukiman warga sipil, mengakibatkan beberapa cedera, bahkan ada yang kritis.
Insiden ini terjadi di tengah dinamika politik dalam negeri yang memanas, dengan penangkapan Presiden Yoon Suk Yeol terkait polemik darurat militer.
"Delapan bom serba guna MK-82 dilepaskan secara tidak normal dari pesawat Angkatan Udara KF-16, mendarat di luar jarak tembak yang ditentukan," kata Angkatan Udara Korsel, dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (8/3/2025).
Insiden itu terjadi sekitar 25 km selatan perbatasan yang dijaga ketat dengan Korea Utara yang bersenjata nuklir.
"Kami sangat menyesalkan pelepasan bom yang tidak disengaja, yang mengakibatkan korban sipil, dan berharap mereka yang terluka segera pulih," kata Angkatan Udara dalam sebuah pernyataan.
Dikatakan bahwa mereka telah membentuk komite tanggap kecelakaan untuk menyelidiki insiden tersebut dan mengatakan bahwa pihaknya akan "mengambil semua tindakan yang diperlukan, termasuk kompensasi atas kerusakan".
Angkatan Udara Korsel juga mengatakan, jet militer itu telah "berpartisipasi dalam latihan tembak langsung gabungan yang melibatkan Angkatan Udara dan Angkatan Darat".
Korea Selatan menggelar latihan gabungan tembak-menembak dengan Amerika Serikat pada hari Kamis di Pocheon, kantor berita Yonhap melaporkan.
Bom Meledak di Pemukiman Sipil
Insiden jatuhnya delapan bom dari jet tempur Korsel di pemukiman warga sipil pada awal Maret 2025 telah menyebabkan beberapa orang terluka, bahkan ada yang kritis. Pihak berwenang Korsel langsung melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab pasti kejadian ini dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah terulangnya insiden serupa.
"Kami sangat menyesalkan kejadian ini dan akan melakukan penyelidikan menyeluruh," kata seorang pejabat pemerintah Korsel, meskipun pernyataan lengkapnya belum dipublikasikan.
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan tentang standar keselamatan dan prosedur operasional militer Korsel. Publik menuntut transparansi dan akuntabilitas dari pemerintah terkait insiden ini.
Bagaimana Korsel akan memperbaiki sistem keamanan militernya untuk mencegah kejadian serupa di masa depan menjadi fokus perhatian.
Selain itu, dampak insiden ini terhadap kepercayaan publik terhadap militer Korsel juga perlu diperhatikan. Kepercayaan publik yang rendah dapat berdampak negatif terhadap stabilitas keamanan nasional Korsel.
Fakta-Fakta KF-16
KF-16 adalah varian dari jet tempur F-16 Fighting Falcon yang diproduksi di Korea Selatan oleh Korean Aerospace Industries (KAI) melalui lisensi dari Lockheed Martin. Pesawat ini telah menjadi tulang punggung Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF) selama beberapa dekade.
Fakta-fakta tentang KF-16:
- Produksi Lokal: KF-16 diproduksi di Korea Selatan oleh KAI, memungkinkan transfer teknologi dan pengembangan industri dirgantara domestik.
- Varian dan Peningkatan: KF-16 telah mengalami berbagai peningkatan, termasuk modernisasi avionik dan sistem senjata untuk mempertahankan relevansinya dalam operasi militer modern.
- Peran Multi-fungsi: Seperti F-16 lainnya, KF-16 dirancang untuk menjalankan berbagai misi, termasuk superioritas udara, serangan darat, dan pengintaian.
Harga di Pasaran Saat Ini
Harga jet tempur seperti KF-16 bervariasi tergantung pada spesifikasi, paket persenjataan, dan perjanjian antara produsen dan pembeli.
Sebagai referensi, harga F-16 Block 70/72 terbaru diperkirakan sekitar USD 64 juta per unit.
Dengan kurs dolar AS saat ini, harga tersebut mendekati Rp 1 triliun. Namun, harga KF-16 mungkin berbeda tergantung pada konfigurasi spesifik dan negosiasi kontrak.
Perlu dicatat bahwa harga tersebut mencerminkan biaya per unit tanpa memperhitungkan biaya tambahan seperti pelatihan pilot, dukungan logistik, dan infrastruktur pendukung lainnya yang biasanya termasuk dalam paket pembelian jet tempur.