Liputan6.com, Jakarta - Harga emas jatuh ke level terendah dalam lebih dari seminggu pada Rabu, 9 Juli 2025. Koreksi harga emas didorong dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat. Di sisi lain, investor memantau perkembangan negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan mitra dagangnya.
Mengutip CNBC, Kamis (10/7/2025), harga emas spot turun 0,1% menjadi USD 3.297,19 per ounce setelah mencapai ke level terendah sejak 30 Juni. Harga emas berjangka AS susut 0,3% menjadi USD 3.306,10.
Indeks dolar AS berada di dekat level tertinggi dalam dua minggu membuat emas batangan kurang menarik bagi pembeli luar negeri. Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun tetap mendekati level tertinggi dalam tiga minggu.
“Dalam jangka pendek, saya mencatat dolar AS sedikit memantul dari level terendah baru-baru ini, mengurangi sedikit momentum pasar emas dari perspektif jangka panjang, harga emas yang didukung dengan baik,” ujar Direktur High Ridge Futures, David Meger.
Dari sisi perdagangan, Uni Eropa mengatakan sedang berupaya mencapai kesepakatan dengan AS pada akhir bulan ini. Sementara itu, Trump berjanji akan memberikan pemberitahuan tarif lebih lanjut kepada negara-negara yang tidak disebutkan namanya.
Investor juga fokus pada risalah rapat kebijakan terbaru the Federal Reserve yang dijadwalkan pukul 14.00 ET untuk mendapatkan petunjuk mengenai arah suku bunga bank sentral.
Risalah rapat the Federal Reserve pada 17-18 Juni akan menunjukkan bank sentral yang terpecah dan ragu-ragu untuk berkomitmen pada penurunan suku bunga di tengah ketidakpastian dampak inflasi kenaikan tarif Trump.
“Kami berharap dari risalah rapat hari ini akan kembali menegaskan kemungkinan the Fed tidak akan menurunkan suku bunga pada rapat Juli dan paling cepat pada September,” Meger menambahkan.
Emas biasanya berkinerja baik pada masa yang tidak pasti tetapi cenderung melemah saat suku bunga tinggi, karena tidak menghasilkan bunga.
Di sisi lain, harga perak spot turun 1% menjadi USD 36,40 per ounce, platinum merosot 0,3% menjadi USD 1.355,69 dan paladium melemah 1,5% menjadi USD 1.094,44.
Harga Emas Dunia
Sebelumnya, harga emas, yang biasanya menjadi aset aman (safe haven), turun lebih dari 1% pada hari Selasa akibat adanya optimisme atas kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya. Selain itu, penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS juga menekan harga emas.
Dikutip dari CNBC, Rabu (9/7/2025), harga emas spot turun 0,8% menjadi USD 3.307,16 per ons pada pukul 13:49 EDT (1749 GMT), setelah sebelumnya menyentuh level terendah dalam lebih dari satu minggu. Kontrak berjangka emas AS ditutup turun 0,8% di USD 3.316,9.
Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua minggu, membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik. Sementara itu, indeks dolar (.DXY) naik 0,1%.
Respons Negara Asia terhadap Tarif Baru AS
Jepang dan Korea Selatan, dua kekuatan ekonomi utama di Asia, menyatakan pada hari Selasa bahwa mereka akan mencoba bernegosiasi dengan AS guna mengurangi dampak dari tarif tinggi yang rencananya akan diberlakukan Presiden Donald Trump mulai awal Agustus.
Trump kembali memicu ketegangan perdagangan pada hari Senin dengan memperingatkan 14 negara bahwa mereka akan menghadapi tarif yang lebih tinggi.
Namun, dengan penundaan tanggal mulai penerapan hingga 1 Agustus, negara-negara tersebut kini memanfaatkan jendela waktu tiga minggu untuk menekan AS agar memberikan kelonggaran.
"Fokus saat ini tertuju pada isu perdagangan menjelang tenggat waktu 9 Juli, dengan pemerintahan Trump yang meningkatkan tekanannya. Namun, adanya sedikit optimisme terkait kesepakatan dagang memicu sentimen risiko, yang membuat harga emas tetap tertekan," kata Peter Grant, Wakil Presiden dan Kepala Strategi Logam di Zaner Metals.
Kebijakan The Fed dan Dampaknya terhadap Emas
Pasar saat ini menantikan risalah dari pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve AS yang akan dirilis pada hari Rabu. Beberapa pejabat The Fed juga dijadwalkan untuk memberikan pernyataan minggu ini guna memberikan wawasan lebih lanjut mengenai kondisi ekonomi dan arah kebijakan bank sentral.
"Ancaman inflasi yang terus mengintai akibat tarif kemungkinan akan membuat The Fed menunda pemangkasan suku bunga hingga tahun depan, dan hal ini akan menahan kenaikan harga emas," ujar Hamad Hussain, ekonom iklim dan komoditas di Capital Economics.
Investor saat ini memperkirakan akan ada pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh The Fed sebelum akhir tahun, dengan dimulainya pemangkasan pada Oktober.