Dibuka Menguat, Simak Prediksi Harga Emas Dunia Hari Ini 10 Juli 2025

9 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia melanjutkan kenaikan pada awal perdagangan hari Kamis (10/7/2025). Harga emas dunia diperdagangkan di kisaran USD 3.324 per troy ounce, setelah sebelumnya juga bergerak positif pada hari Rabu.

Kenaikan ini terjadi setelah risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menunjukkan dukungan yang cukup luas dari para pejabat Federal Reserve (The Fed) terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga pada tahun 2025. Meski belum ada kepastian waktu, sinyal ini cukup mendorong sentimen positif di pasar logam mulia.

Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, tren penguatan harga emas saat ini didukung oleh kombinasi faktor teknikal dan fundamental. Dari sisi teknikal, Andy menilai bahwa formasi candlestick dan indikator Moving Average menunjukkan penguatan tren naik (bullish).

“Kondisi teknikal saat ini cukup mendukung penguatan lebih lanjut. Jika tekanan beli berlanjut, maka harga emas berpotensi menguji resistance terdekat di USD 3.343, yang menjadi area target penting hari ini,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (10/7/2025).

Meski demikian, Andy juga menekankan perlunya kewaspadaan jika terjadi tekanan balik dari pasar.

“Jika harga gagal mempertahankan kenaikan dan mengalami reversal, maka support terdekat berada di level USD 3.293,” tambahnya. Level ini menjadi titik penting untuk mengukur kekuatan tren saat ini.

The Fed dan Tensi Geopolitik

Risalah FOMC yang dirilis pada Kamis dini hari tadi, menjadi salah satu pemicu utama pergerakan emas. Sebagian besar pejabat The Fed menyatakan dukungan terhadap minimal satu kali pemangkasan suku bunga pada tahun depan, mengingat risiko stagflasi yang mulai berkurang.

Namun, terdapat juga pandangan berbeda, di mana sejumlah pejabat menilai suku bunga sebaiknya tetap tinggi karena inflasi belum cukup mereda dan perekonomian AS masih menunjukkan ketahanan.

Di sisi lain, tensi geopolitik dan perdagangan global ikut memberikan dorongan bagi emas sebagai aset safe haven. Gedung Putih mengumumkan tarif baru terhadap beberapa negara seperti Filipina, Brasil, Aljazair, hingga Sri Lanka, dengan besaran antara 20% hingga 50%.

Selain itu, mantan Presiden Donald Trump juga kembali mengkritik kebijakan Ketua The Fed Jerome Powell, sambil mengancam tarif tambahan terhadap negara-negara yang berpihak pada BRICS dan logam tembaga hingga 50%. Ketegangan ini mendorong pelaku pasar untuk mencari perlindungan pada aset seperti emas.

Masih di Jalur Penguatan

Tak hanya itu, data terbaru dari World Gold Council (WGC) menunjukkan adanya arus masuk besar-besaran ke dalam ETF emas sepanjang paruh pertama 2025. Nilainya mencapai USD 38 miliar, tertinggi dalam lima tahun terakhir. Total kepemilikan emas oleh ETF kini meningkat menjadi 3.615,9 ton, yang merupakan level tertinggi sejak Agustus 2022.

Sementara itu, Bank Sentral China (PBoC) juga mencatatkan penambahan cadangan emas sebanyak 70.000 ons, yang menandakan konsistensi pembelian sejak akhir tahun lalu.

Dengan semua faktor tersebut, Andy Nugraha menyimpulkan bahwa arah pergerakan emas dalam jangka pendek masih dalam jalur penguatan. Namun, pasar masih akan menunggu kejelasan sikap lanjutan The Fed dan respons pasar terhadap ketegangan geopolitik serta perkembangan makroekonomi global.

“Selama tekanan jual tidak dominan dan fundamental tetap mendukung, harga emas punya peluang untuk menembus resistance USD 3.343 dalam waktu dekat,” tutupnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |