Liputan6.com, Jakarta Harga emas naik 1% pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta) di tengah melemahnya dolar Amerika Serikat dan kekhawatiran perlambatan ekonomi akibat perang tarif. Sementara investor menanti data inflasi yang dapat menjelaskan arah suku bunga AS di masa mendatang.
Harga emas dunia di oasar spot menguat 1% menjadi USD 2.917,79 per ons. Harga emas berjangka AS ditutup naik 0,7% menjadi USD 2.920,90.
Kurs dolar AS mencapai level terendah sejak pertengahan Oktober. Dolar yang melemah membuat emas batangan yang dihargakan dalam dolar AS lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.
“Emas kemungkinan akan tetap didukung di tengah ketidakpastian pasar yang sedang berlangsung, sehingga meningkatkan permintaan untuk aset safe haven. Namun, setiap perkembangan positif dalam negosiasi Rusia-Ukraina dapat mengurangi premi risiko,” kata Analis Pasar MarketPulse by OANDA, Zain Vawda.
Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap mitra dagang utama telah menyebabkan volatilitas yang signifikan di pasar global dan meningkatkan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi.
Emas batangan dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian dan cenderung berkembang dalam lingkungan suku bunga rendah karena merupakan aset yang tidak memberikan imbal hasil.
Perhatian pasar akan tertuju pada Indeks Harga Konsumen AS hari Rabu dan Indeks Harga Produsen hari Kamis. Menurut jajak pendapat Reuters, CPI bulan Februari diperkirakan naik 0,3%.
Para pedagang saat ini memperkirakan bank sentral AS, Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada bulan Juni.
“Harga emas sudah diperdagangkan pada level yang sangat tinggi karena kenaikan tajam sejak awal tahun, yang membatasi potensi kenaikan,” kata Commerzbank dalam sebuah catatan.
Harga Emas Tertekan Aksi Ambil Untung
Sebelumnya, harga emas turun pada perdagangan hari Senin karena aksi ambil untung mengimbangi dukungan dari permintaan aset safe haven yang dipicu oleh ketidakpastian geopolitik. Sementara investor emas saat ini tengah fokus pada data inflasi Amerika Serikat (AS).
Mengutip CNBC, Selasa (11/3/2025), harga emas di pasar spot turun 0,2% menjadi USD 2.904,50 per ons setelah naik 2% pada minggu sebelumnya. Harga emas berjangka AS turun 0,1% menjadi USD 2.910,90.
“Ada sedikit penurunan harga emas karena aksi ambil untung yang ringan dan pasar saham yang melemah. Namun, kita mungkin akan melihat beberapa dorongan dari permintaan safe haven nanti,” kata analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff.
Harga indeks saham berjangka AS turun karena kekhawatiran terus berlanjut bahwa tarif balasan dari sejumlah negara dapat memengaruhi pertumbuhan di negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Presiden AS Donald Trump menolak untuk memprediksi apakah AS dapat menghadapi resesi di tengah kekhawatiran pasar saham atas kebijakan tarif impor yang dijalankan sejak menjabat menjadi presiden usai dilantik.
Sejak selasa lalu, Donald Trump memberlakukan tarif baru sebesar 25% pada impor dari Meksiko dan Kanada, bersama dengan bea masuk baru pada barang-barang China. Namun dua hari kemudian, ia membebaskan banyak impor dari Meksiko dan beberapa dari Kanada dari tarif tersebut selama sebulan.
“Ketidakpastian mengenai perang dagang dan resesi ekonomi global semuanya menguntungkan emas, rekor tertinggi mungkin terjadi lagi. Data yang lebih lemah dari perkiraan akan menguntungkan emas,” kata Wyckoff.
Data Inflasi AS
Investor juga mencermati data Indeks Harga Konsumen AS yang akan dirilis pada hari Rabu dan data Indeks Harga Produsen pada hari Kamis. Saat ini, para pelaku pasar sepenuhnya memperkirakan penurunan suku bunga AS untuk bulan Juni.
Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell mengatakan pada hari Jumat bahwa masih harus dilihat apakah rencana tarif pemerintahan Trump akan terbukti bersifat inflasi.
Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.