Liputan6.com, Jakarta - Harga emas batangan yang dijual oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari ini menguat. Pada perdagangan Kamis sebelumnya, harga emas Antam telah mencatat rekor tertinggi.
Mengutip laman logammulia.com, Senin (13/10/2025), harga emas Antam hari ini lebih mahal Rp 6.000 menjadi Rp 2.305.000,00 per gram dari sebelumnya dibanderol Rp 2.299.000,00.
Harga emas Antam hari ini kembali mencetak rekor tertinggi di Rp 2.305.000 per gram. Sebelumnya, harga emas Antam sentuh Rp 2.303.000 per gram pada perdagangan Kamis lalu.
Sementara itu, harga buyback emas Antam bertambah Rp 7.000 menjadi Rp 2.154.000. Harga buyback ini adalah jika Anda ingin menjual emas, Antam akan membelinya di harga Rp 2.154.000 per gram.
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 34/PMK.10/2017, transaksi buyback akan dikenakan potongan pajak. Untuk penjualan kembali emas batangan dengan nominal di atas Rp 10 juta, berlaku Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22.
Daftar Harga Emas Antam
Berikut daftar harga emas Antam hari ini, Senin (13/10/2025):
- Harga emas 0,5 gram: Rp 1.202.500.
- Harga emas 1 gram: Rp 2.305.000.
- Harga emas 2 gram: Rp 4.554.000.
- Harga emas 3 gram: Rp 6.811.000.
- Harga emas 5 gram: Rp 11.329.000.
- Harga emas 10 gram: Rp 22.580.000.
- Harga emas 25 gram: Rp 56.287.500.
- Harga emas 50 gram: Rp 112.455.000.
- Harga emas 100 gram: Rp 224.790.000.
- Harga emas 250 gram: Rp 561.587.500.
- Harga emas 500 gram: Rp 1.122.875.000.
- Harga emas 1.000 gram: Rp 2.245.600.000.
Prediksi Harga Emas Dunia
Sebelumnya, pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai harga emas dunia diprediksi masih akan melanjutkan penguatan pada pekan ini, didorong oleh tingginya ketidakpastian global dan kondisi geopolitik yang belum mereda.
Ia memperkirakan level support emas dunia akan berada di USD 3.987, sementara level resistance-nya mencapai USD 4.059 per troy ons dalam perdagangan di hari Senin (13/10/2025).
"Ada kemungkinan besar bahwa harga emas dunia dalam perdagangan di hari Senin kemungkinan besar support-nya di USD 3.987, resistennya adalah di USD 4.059. Itu di perdagangan di hari Senin,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Senin (13/10/2025).
Ia menambahkan, meskipun sempat terkoreksi di level USD 3.944 akibat genjatan senjata sementara di Jalur Gaza, koreksi tersebut hanya bersifat sesaat karena pelaku pasar besar segera kembali melakukan aksi beli.
"Kita melihat walaupun kemarin sempat mengalami koreksi di level USD 3.944 disebabkan oleh genjatan senjata yang terjadi di jalur Gaza antara Hamas dan Israel,” ujarnya.
Namun, hal itu terjadi hanya sesaat karena fund-fund besar melakukan taking profit untuk mendapatkan keuntungan dari level tertinggi.
"Jadi kemudian pada saat turun di bawah itu terus melakukan pembelian secara besar-besaran dan TP-nya itu adalah, TP itu taking profit. Taking profit-nya itu adalah di USD 4.100 per tray ons,” ujarnya.
Faktor Geopolitik Dorong Harga Emas Dunia
Ibrahim menyebut, masalah geopolitik ini masih jadi momok pembicaraan, karena di Eropa sendiri bahwa perpolitikan di Perancis pun juga masih memanas.
"Ya pas mundurnya Perdana Menteri Perancis, itu yang pertama. Yang kedua, di Eropa pun juga perang Rusia dan Ukraina masih terus menjadi-jadi. Bahkan Rusia mengklaim wilayahnya itu bertambah menjadi 5.000 km dari wilayah yang sudah dikuasai. Terutama adalah Lohan, Donetsk. Ini bertambah 5.000 km dan menempati wilayah-wilayah strategis. Sehingga perang ini kemungkinan besar akan terus berkecamuk,” jelasnya.
Walaupun Donald Trump berulang-ulang menginginkan genjatan senjata di Rusia, Ukraina. Misalnya, Ukraina melakukan penyerangan terhadap kilang-kilang minyak di Rusia tujuannya agar Rusia itu mau melakukan genjatan senjata.
Namun, harus diingat Ukraina berkali-kali kalau seandainya terjadi genjatan senjata, wilayah yang sudah dikuasai oleh Rusia, Crimea, Lohan, Donetsk, itu harus dikembalikan.
Ketidakpastian Fiskal di Amerika Serikat
Menurut Ibrahim, dengan perang dagang yang begitu berkecamuk, ini pun juga berdampak terhadap 50 negara bagian di Amerika, dimana 20 negara bagian ini sudah memasuki krisis ekonomi.
"Harus diingat bahwa di Amerika itu, Amerika Serikat itu terdiri dari 50 negara bagian, 1 distrik federal, 5 teritorial besar dan berbagai kepulauan kecil. Dari 5 teritorial besar pun juga sudah ada yang memasuki kondisi dalam kondisi krisis,” ujarnya.
Hal ini yang membuat perpolitikan ketidakpastian fiskal di Amerika ini terus terjadi apalagi setelah shutdown yakni dihentikan sementara pemerintahan federal di Amerika, sehingga ancamannya adalah terhadap meningkatnya pengangguran tenaga kerja.