Forbes 30 Under 30 Cetak 46 Miliarder, Termuda Baru Berusia 22 Tahun

12 hours ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Forbes pertama kali meluncurkan daftar 30 Under 30 pada Januari 2012 untuk menyoroti pendiri dan pemimpin muda yang membangun inovasi masa depan. Sejak itu, daftar bergengsi ini rutin menampilkan talenta terbaik dari 20 industri berbeda yang dianggap mampu membentuk arah baru dunia bisnis dan budaya.

Dalam 15 tahun perjalanannya, banyak nama yang masuk daftar tersebut berhasil mencetak prestasi besar di bidang bisnis, sains, teknologi, hingga hiburan. Namun hanya 46 alumni yang mampu melompat jauh hingga masuk jajaran miliarder dunia.

Lonjakan kekayaan terbesar kali ini datang dari sektor kecerdasan buatan (AI). Demam AI yang mengguncang industri global telah melahirkan miliarder baru dalam waktu sangat singkat. Tidak kurang dari 19 alumni Forbes 30 Under 30 menjadi miliarder sejak awal tahun ini, sebuah rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Di antara bintang terang tersebut, ada delapan alumni yang semuanya baru menjadi miliarder dalam satu tahun terakhir dan masih berusia di bawah 30 tahun. Mereka termasuk empat pendiri AnySphere, perusahaan di balik alat AI untuk kebutuhan coding bernama Cursor, serta para pendiri startup AI lain yang sedang naik daun.

Baru Berusia 22 Tahun

Deretan miliarder baru itu mencakup Sualeh Asif, Aman Sanger, Michael Truell, dan Arvid Lunnemark dari AnySphere; Shayne Coplan dari Polymarket; hingga tiga pendiri startup AI perekrutan Mercor yang baru berusia 22 tahun: Brendan Foody, Adarsh Hiremath, dan Surya Midha. Pendanaan sebesar USD 350 juta dengan valuasi USD 10 miliar membuat mereka tercatat sebagai miliarder termuda di dunia, memecahkan rekor Mark Zuckerberg.

Transaksi besar juga terjadi tahun ini ketika Meta mengucurkan USD 14,3 miliar untuk ScaleAI milik Alexandr Wang. Investasi tersebut mendongkrak kekayaan Wang menjadi USD 3,2 miliar dan menaikkan kekayaan rekannya, Lucy Guo, menjadi USD 1,4 miliar. Guo kini memegang predikat miliarder perempuan termuda yang meraih kekayaan sendiri.

Hanya 3 di Luar Industri Teknologi

Dari total 46 miliarder alumni Forbes 30 Under 30, hanya tiga yang berasal dari industri di luar teknologi. Mereka adalah atlet basket LeBron James, serta dua bintang musik Taylor Swift dan Rihanna. Rihanna menjadi miliarder pada 2021 berkat bisnis kosmetik Fenty Beauty, sementara Taylor Swift menembus angka USD 1,6 miliar dari musik dan tur konsernya.

Sosok terkaya dalam daftar ini adalah Zhang Yiming, pendiri ByteDance yang masuk Forbes Under 30 China pada 2013. Kesuksesan TikTok membuat kekayaannya melesat hingga USD 63,9 miliar, menjadikannya orang terkaya ke-26 di dunia.

Sebanyak 14 miliarder alumni lainnya berasal dari luar AS, termasuk dari China, India, Irlandia, Prancis, hingga Barbados—negara asal Rihanna.

1. Zhang Yiming – Pendiri ByteDance, Sang Raja Teknologi Global

Zhang Yiming menjadi alumni Forbes 30 Under 30 terkaya sepanjang masa. Pria berumur 42 tahun asal Tiongkok ini mendirikan ByteDance pada 2012 dari sebuah apartemen sewaan di Beijing.

Forbes memasukkannya dalam daftar Under 30 China pada 2013 setelah meluncurkan aplikasi berita Toutiao. Empat tahun kemudian, ByteDance merilis TikTok dan langsung mendunia.

Kesuksesan luar biasa itu kini membawa meningkatnya valuasi ByteDance hingga USD 480 miliar, sekitar hampir Rp 8.000 triliun (kurs USD 1 = 16.665). Kekayaan Zhang per 2025 mencapai USD 63,9 miliar, sekitar Rp 1.064 triliun, menempatkannya sebagai orang terkaya ke-26 di dunia.

Meski telah mundur dari jabatan CEO sejak 2021, pengaruhnya pada lanskap media sosial global tetap mendalam.

2. Patrick Collison – Otak di Balik Stripe

Patrick Collison, 37, pendiri Stripe bersama saudaranya John, muncul dalam daftar Under 30 pada 2016. Setelah menjual perusahaan pertama mereka saat masih remaja, kedua bersaudara ini membangun Stripe pada 2010 untuk menyederhanakan pembayaran digital bagi bisnis di seluruh dunia.

Visi Collison adalah meningkatkan PDB internet dengan mempercepat ekonomi digital "untuk mempercepat ekonomi internet secara keseluruhan, untuk meningkatkan PDB internet."

Kini Stripe memiliki valuasi USD 91,5 miliar, sekitar Rp 1.524 triliun. Kekayaan Patrick telah mencapai USD 10,1 miliar, sekitar Rp 168 triliun, menjadikannya salah satu tokoh fintech paling sukses di dunia.

3. Daniel Ek – Visioner di Balik Spotify

Daniel Ek, 42, menjadi salah satu alumni Under 30 paling berpengaruh berkat Spotify. Saat masuk daftar pada 2012, Spotify telah menjadi raksasa streaming musik global.

Ek sebelumnya menjual perusahaan pertamanya, Advertigo, dan memanfaatkan modal itu untuk memecahkan persoalan besar industri musik, seperti pembajakan dan perubahan perilaku konsumsi.

Spotify terus tumbuh hingga melantai di bursa pada 2018. Pendapatannya mencapai USD 18 miliar, sekitar hampir Rp 300 triliun pada 2024, membawa kekayaan Ek naik menjadi USD 8,6 miliar, Rp 143 triliun . Ia mundur sebagai CEO pada 2025, tetapi warisannya sudah mengubah wajah industri musik selamanya.

4. Melanie Perkins – Pendiri Canva

Melanie Perkins, 38, masuk daftar Forbes 30 Under 30 pada 2016 setelah membangun Canva menjadi platform desain paling populer di dunia. Ia melihat celah besar bahwa perangkat desain terlalu rumit dan tidak ramah pengguna.

Melalui Canva, siapa pun kini bisa membuat desain profesional dengan mudah—mulai dari poster, presentasi, konten media sosial, hingga website. Valuasi Canva kini mencapai USD 40 miliar, sekitar Rp 666 miliar.

Perkins yang pernah memulai perjalanannya dengan modal terbatas, kini memiliki kekayaan USD 7,6 miliar, sekitar Rp 126 triliun dan menjadi salah satu pendiri platform kreatif paling sukses abad ini.

5. Vlad Tenev – Pendiri Robinhood

Vlad Tenev masuk dalam daftar Under 30 tahun 2016 setelah mendirikan Robinhood bersama Baiju Bhatt. Aplikasi ini mendemokratisasi investasi dengan model perdagangan tanpa komisi. Meski sempat menghadapi badai regulasi pada masa perdagangan saham meme, Robinhood berhasil bertahan.

Tenev kembali mengembangkan bisnisnya dengan mengadopsi fitur berbasis AI dan tokenisasi saham. Kekayaannya kini mencapai USD 6,2 miliar, sekitar Rp 103 triliun. Robinhood sedang menyiapkan platform sosial baru bertema keuangan yang akan dirilis pada 2026.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |