Eramet Indonesia Bidik Produksi Nikel Sentuh 42 Juta Ton hingga Akhir 2025

3 weeks ago 27

Liputan6.com, Jakarta - Eramet Indonesia menargetkan produksi bijih nikel mencapai 42 juta ton pada 2025, setelah mendapatkan tambahan kuota dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Target yang sama juga diproyeksikan untuk tahun depan.

CEO Eramet Indonesia, Jérôme Baudelet menuturkan, pada awalnya perusahaan hanya mendapatkan izin produksi sebesar 32 juta ton. Namun, ESDM memberikan perpanjangan kuota tambahan sebanyak 10 juta ton, sehingga total target produksi tahun ini naik menjadi 42 juta ton.

"Awalnya kami memiliki RKAB sebesar 32 juta ton, tetapi baru-baru ini kami mendapat perpanjangan dari ESDM sebesar 10 juta ton lagi. Jadi, perkiraan produksi tahun ini sekitar 42 juta ton,” ujar Jérôme kepada wartawan usai acara Eramet Journalist Class: Memahami Industri Nikel Indonesia – Perspektif Terkini dan Praktik Berkelanjutan, Senin (25/8/2025).

Dia menuturkan, produksi pada 2026 diperkirakan tetap berada di level yang sama di sekitar 42 juta ton. 

Jérôme mengungkapkan, cadangan nikel di tambang Weda Bay masih cukup besar untuk menopang kegiatan penambangan hingga lebih dari dua dekade mendatang. Namun, rencana peningkatan kapasitas produksi hingga 60 juta ton per tahun masih menunggu persetujuan pemerintah.

Perkembangan Kerja Sama dengan Danantara

Adapun komposisi produksi Eramet Indonesia dalam target tersebut mencakup 30 juta ton saprolite yang sebagian besar dipasok ke Morowali Industrial Park (MPI), sekitar 3 juta ton untuk kebutuhan internal pabrik Eramet, serta 12 juta ton limonite yang dialokasikan untuk mendukung kebutuhan industri High Pressure Acid Leach (H-PAL) di Weda Bay.

CEO Eramet Indonesia Ungkap Perkembangan Kerja Sama dengan Danantara

Sebelumnya, Eramet Indonesia menuturkan kolaborasi dengan BPI Danantara serta Indonesia Investment Authority (INA) dalam membangun ekosistem bahan baku baterai kendaraan listrik (EV) masih terus berlangsung.

CEO Eramet Indonesia, Jerome Baudelet menyebut belum dapat menguraikan secara rinci perkembangan memorandum of understanding (MoU) tersebut karena tahapannya masih dalam pembahasan.

Meski begitu, Jerome memastikan Eramet tetap melanjutkan diskusi terkait sejumlah proyek yang berpotensi digarap bersama lembaga investasi nasional. Dalam proses tersebut, PT Weda Bay Nickel (WBN) juga ikut ambil bagian.

Masih Tahap Awal Pembicaraan

"Kami sedang berdiskusi dengan Danantara dan INA untuk bekerja sama. Jelas, Weda Bay Nickel terlibat dalam diskusi ini,” kata Jerome acara Eramet Journalist Class: Memahami Industri Nikel Indonesia – Perspektif Terkini dan Praktik Berkelanjutan, Senin (25/8/2025).

Jerome menjelaskan, karena MoU ini masih berada pada tahap awal, dirinya belum bisa membocorkan detail lebih jauh mengenai rencana yang tengah digodok. Ia juga menambahkan ada sejumlah informasi yang sifatnya belum bisa diumumkan ke publik mengingat diskusi masih berjalan.

“Ini masih tahap awal pembicaraan. Jelas, ada tingkat kerahasiaan juga, tetapi setidaknya pembicaraan ini berjalan. INA dan Danantara adalah mitra yang sangat baik,” pungkas dia.

Eramet: Indonesia Jadi Produsen Nikel Terbesar Dunia 10 Tahun Lagi

Sebelumnya, Eramet Indonesia, bagian dari Eramet yang merupakan perusahaan pertambangan dan metalurgi multinasional Prancis, meyakini bahwa Indonesia akan menjadi produsen nikel terbesar di dunia. Hal ini didasari dengan cadangan yang dimiliki oleh Indonesia saat ini. 

CEO Eramet Indonesia Jérôme Baudelet menjelaskan, Indonesia akan menjadi produsen nikel terbesar di dunia dalam sepuluh tahun ke depan. Pandangan ini setelah melihat peningkatan produksi yang signifikan dalam tiga hingga lima tahun terakhir.

Pada 2023, Indonesia memasok 55 persen dari total produksi nikel dunia, sehingga meningkatkan ketergantungan dunia terhadap pasokan nikel Indonesia.

“Kami sangat percaya bahwa Indonesia akan terus menjadi pusat produksi nikel global dalam 10 tahun ke depan. Sebanyak 70 persen dari produksi nikel global nantinya akan berasal dari Indonesia pada periode tersebut,” kata Jérôme dikutip Kamis (7/11/2024).

Jérôme juga mengungkapkan bahwa produksi Weda Bay Nickel, perusahaan patungan Eramet dengan Tsingshan, juga menunjukkan pertumbuhan yang pesat. Pada 2024, produksi nikel Weda Bay Nickel akan mencapai 32 juta ton sesuai dengan kuota produksi yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |