Dolar AS Melemah, Rupiah Dibuka Perkasa ke Level Segini

8 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah menguat pada pembukaan perdagangan hari ini Jumat 14 Maret 2025 pagi. Kurs rupiah menguat sebesar 37 poin atau 0,23 persen menjadi 16.391 per dolar AS dari sebelumnya 16.428 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan bahwa penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi capaian data Producer Price Index (PPI) Amerika Serikat (AS).

Tercatat, PPI AS pada Februari 2025 mengalami penurunan menjadi 0,0 persen atau di bawah estimasi 0,3 persen, sedangkan PPI inti memburuk jadi 0,1 persen.

"Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.350-Rp16.475 per dolar AS," ucapnya dikutip dari Antara, Jumat (14/3/2025).

Penguatan kurs rupiah pada hari ini melanjutkan hari sebelumnya, yang mana mata uang Indonesia meningkat seiring ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve yang lebih agresif.

Inflasi AS pada Februari 2025 sudah diprediksi akan melambat, sehingga diperkirakan sentimen terkait pemotongan suku bunga The Fed meningkat dan mendorong pelemahan dolar AS secara luas.

Kenaikan harapan tersebut didukung perlambatan inflasi AS jadi 2,8 persen year on year (yoy) dari sebelumnya 3,0 persen yoy, sementara inflasi inti melambat ke level 3,1 persen yoy dari 3,3 persen yoy.

Promosi 1

Rupiah Sulit Balik ke 15.000 per Dolar AS Jelang Lebaran, Ini Gara-garanya

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi menilai bahwa Rupiah masih sulit untuk kembali ke level 15.000 per dolar AS di tengah bulan Suci Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 2025.

Ibrahim mencatat, pelemahan Rupiah masih didorong oleh situasi perang dagang AS-China yang mencakup serangkaian tarif impor baru, serta tarif uang diperluas ke negara-negara Eropa, Kanada, hingga Meksiko.

“(Selama) Ramadhan dan Lebaran, sepertinya untuk Rupiah di bawah Rp16.000 berat ya. Karena ada masalah perang dagang, walaupun tadi malam rilis data CPI melambat sehingga inflasi AS turun,” kata Ibrahim kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (13/3/2025).

Ibrahim melihat, turunnya inflasi AS menandai bahwa persng dagang belum memberikan implikasi yang berat pada perekonomian AS, dan ada kemungkinan Federal Reserve yntuk memangkas suku bunga hingga tiga kali tahun ini.

“Tetapi saya melihat bahwa data CPI yang tadi malam rilis itu belum mencerminkan kondisi ekonomi di Amerika. Karena banyak orang beranggapan bahwa Amerika kemungkinan besar akan masuk resesi apabila terus melakukan perang dagang dengan negara-negara mitra bisnisnya seperti Tiongkok, Eropa, Meksiko, Kanada,” paparnya.

“Kondisi ini yang sebenarnya membuat dolar ini berfluktuasi,” sambung Ibrahim.

Pelemahan Rupiah

Meski ada beberapa koreksi, Ibrahim mengamati bahwa pelemahan Rupiah masih terbatas.

Juga pada Kamis (13/3), Kementerian Keuangan merilis data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mencatat defisit 0,10%.

Defisit saat ini masih wajar karena terbilang kecil di 0,10%. Namun, Ibrahim mengingatkan, ada kekhawatiran dari pemeringkat internasional bahwa ada kemungkinan defisit anggaran ini akan terus melebar.

“Tetapi di sisi lain tadi untuk APBN, ini pun juga defisit tidak terlalu besar. Ini yang sebenarnya membuat para investor sedikit senang dan Rupiah kembali lagi mengalami penguatan. Tetapi saya masih pesimis juga kalau untuk penguatan,” imbuhnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |