China Tantang Balik Donald Trump: Kami Tidak Takut!

8 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - China menyatakan bahwa “kami tidak takut” menghadapi perang dagang yang sudah dilancarkan Amerika Serikat (AS), menyusul ancaman Presiden Donald Trump yang akan mengenakan tarif balasan 100 persen terhadap impor dari Negeri Tirai Bambu.

Juru bicara Kementerian Perdagangan China menuding AS menerapkan standar ganda setelah Trump pada Jumat berjanji akan memberlakukan tarif tambahan 100 persen pada impor. Kebijakan itu muncul sebagai respons atas langkah Beijing yang lebih dulu menerapkan kontrol ekspor terhadap mineral tanah jarang (rare earths).

Ancaman Trump lewat unggahan media sosial langsung mengguncang pasar saham AS pada hari Jumat (10/10/2025). Dalam sehari, nilai ekuitas anjlok dan menghapus sekitar USD 2 triliun dari pasar.

Juru bicara Kementerian Perdagangan China menilai ancaman tarif tinggi bukan cara yang tepat untuk menjalin hubungan baik.

“Posisi China terkait perang dagang konsisten: kami tidak menginginkannya, tapi kami tidak takut akan hal tersebut,” tegasnya dikutip dari CNBC, Senin (13/10/2025).

Ia juga menuding bahwa AS  “selama ini ... telah melebih-lebihkan konsep keamanan nasional, menyalahgunakan kendali ekspor, mengambil tindakan diskriminatif terhadap China, dan memaksakan yurisdiksi lengan panjang sepihak pada berbagai produk, termasuk peralatan semikonduktor dan chip.”

Juru bicara China menyoroti bahwa Daftar Kontrol Perdagangan (Commerce Control List) AS mencakup lebih dari 3.000 item, lebih tiga kali lipat dari sekitar 900 produk dalam daftar kontrol ekspor China untuk barang-barang penggunaan ganda.

Terkait kontrol ekspor tanah jarang, China menyebut kebijakan itu sebagai langkah “sah” berdasarkan hukum internasional, sekaligus menepis tudingan AS mengenai pemaksaan ekonomi.

Awal Muncul Konflik AS-China

Juru bicara China menyoroti bahwa Daftar Kontrol Perdagangan (Commerce Control List) AS mencakup lebih dari 3.000 item, lebih tiga kali lipat dari sekitar 900 produk dalam daftar kontrol ekspor China untuk barang-barang penggunaan ganda.

Terkait kontrol ekspor tanah jarang, China menyebut kebijakan itu sebagai langkah “sah” berdasarkan hukum internasional, sekaligus menepis tudingan AS mengenai pemaksaan ekonomi.

Kementerian Perdagangan China menjelaskan, kebijakan yang diterbitkan Kamis lalu merupakan bagian dari penguatan sistem kontrol ekspor nasional untuk “menjaga perdamaian dunia dan stabilitas regional dengan baik” di tengah situasi keamanan global yang dinilai bergejolak.

Langkah ini kini mencakup bukan hanya material tanah jarang, tetapi juga kekayaan intelektual dan teknologi terkait. Kebijakan tersebut diumumkan hanya beberapa pekan menjelang kemungkinan pertemuan antara Trump dan Presiden China, Xi Jinping.

“Kontrol ini bukan merupakan larangan ekspor. Permohonan yang memenuhi syarat akan disetujui,” ujar juru bicara kementerian perdagangan.

China juga mengklaim telah menilai secara penuh dampaknya terhadap rantai pasok global dan meyakini pengaruhnya “sangat terbatas.”

Dalam aturan baru, entitas asing wajib memperoleh lisensi untuk mengekspor produk yang mengandung lebih dari 0,1 persen tanah jarang asal China, atau yang diproduksi menggunakan teknologi ekstraksi, pemurnian, pembuatan magnet, atau daur ulang China.

Aplikasi yang berpotensi dipakai dalam senjata atau kepentingan militer lainnya akan ditolak.

Pasokan Tanah Jarang China

Perwakilan Dagang AS, Jamison Greer, mengatakan pada Minggu (12/10/2025) bahwa Washington tidak diberitahu lebih dulu terkait kontrol ekspor terbaru China. “Begitu kami mengetahuinya dari sumber publik, kami menghubungi pihak China untuk mengadakan panggilan, namun mereka menundanya,” ujarnya di acara “Sunday Briefing” Fox News. Ia menyebut langkah Beijing itu sebagai “aksi perebutan kekuasaan.”

Tak lama setelah kontrol ekspor diperketat, Kamar Dagang Eropa di China melaporkan adanya penumpukan aplikasi lisensi ekspor yang menunggu persetujuan, dan menyebut pembatasan baru ini “menambah kompleksitas rantai pasok global elemen tanah jarang.”

Sebagai respons, Trump pada Jumat mengumumkan tarif baru sebesar 100 persen terhadap impor dari China “di atas tarif yang telah mereka bayarkan saat ini” mulai 1 November. Pada tanggal yang sama, AS juga akan memberlakukan kontrol ekspor terhadap “seluruh perangkat lunak penting.”

Pasar saham langsung anjlok sesaat setelah Trump menulis di Truth Social bahwa “tidak ada alasan China dibiarkan menyandera dunia” dengan kebijakan tanah jarangnya.

China saat ini menyumbang sekitar 70 persen pasokan tanah jarang global dan berulang kali memakai mineral strategis tersebut sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi perdagangan.

Tensi Konflik Meningkat Tajam

Beberapa jam setelah memperketat kontrol ekspor tanah jarang, Beijing juga mengumumkan akan mulai mengenakan biaya pada kapal-kapal AS yang bersandar di pelabuhan China mulai 14 Oktober. Kebijakan ini meniru biaya baru AS terhadap kapal China yang akan berlaku pada hari yang sama.

Menurut Center for Strategic and International Studies, AS hanya menguasai 0,1 persen industri pembangunan kapal global, sementara China mendominasi 53,3 persen.

Kementerian Perdagangan China menyebut kebijakan balasan itu sebagai “tindakan defensif pasif yang diperlukan,” dan menilai langkah AS telah “secara serius merusak atmosfer pembicaraan ekonomi dan dagang kedua belah pihak negara.”

Sejauh ini, sejumlah pertemuan tingkat tinggi telah digelar. Pertemuan pertama berlangsung di Jenewa pada Mei, disusul London pada Juni yang menghasilkan sebuah “kerangka kerja” perdagangan. Putaran ketiga di Stockholm sebulan kemudian menunjukkan sinyal kemajuan.

Pertemuan terbaru di Madrid pada September menghasilkan “konsensus kerangka dasar” terkait divestasi TikTok milik China, menjelang tenggat penjualan bisnisnya di AS atau penutupan aplikasi tersebut.

Kesepakatan Final

Pada 19 September, Trump dan Xi mengadakan pembicaraan via telepon namun belum mencapai kesepakatan final mengenai TikTok. Usai panggilan itu, Trump mengumumkan bahwa ia dan Xi sepakat bertemu di sela-sela forum APEC pada akhir Oktober di Gyeongju, Korea Selatan.

Meski pihak China belum bersuara soal pertemuan tersebut, Trump juga menyebut ia akan berkunjung ke China awal tahun depan dan Xi akan datang ke AS di kemudian hari.

Namun pada Jumat, Trump mengancam lewat unggahan media sosial akan membatalkan pertemuannya dengan Xi setelah keputusan terbaru Beijing memperketat kontrol ekspor tanah jarang.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |