China Perketat Ekspor Tanah Jarang, Batasi untuk Militer dan Chip Canggih

5 days ago 16

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah China kembali memperketat aturan ekspor tanah jarang pada Kamis (9/10/2025). Kebijakan baru ini menargetkan teknologi yang digunakan dalam produksi mineral penting tersebut, serta penggunaannya di luar negeri — terutama untuk keperluan militer dan semikonduktor.

Dikutip dari CNN, Kamis (9/10/2025), China saat ini menguasai sebagian besar proses pengolahan tanah jarang dunia, yang menjadi bahan utama dalam pembuatan berbagai produk, mulai dari perangkat elektronik hingga jet tempur.

Langkah terbaru ini diumumkan di tengah negosiasi perdagangan antara Beijing dan Washington, menjelang rencana pertemuan antara Presiden Xi Jinping dan Presiden Donald Trump di sela KTT APEC di Korea Selatan akhir bulan ini.

Menurut aturan baru, setiap ekspor teknologi terkait penambangan, peleburan, dan pemrosesan tanah jarang, serta pembuatan magnet, kini wajib memiliki izin khusus. Perusahaan asing yang menggunakan tanah jarang hasil produksi atau teknologi asal Tiongkok juga harus mengantongi lisensi ekspor dari Kementerian Perdagangan setempat.

Pemerintah menegaskan, kebijakan ini bertujuan menjaga keamanan dan kepentingan nasional dengan mencegah bahan-bahan tersebut digunakan, baik langsung maupun tidak langsung, untuk keperluan militer dan sektor sensitif lainnya.

Dilarang Bantu Aktivitas Penambangan

Kementerian Perdagangan China menyatakan akan menolak izin ekspor untuk proyek atau entitas yang berkaitan dengan pertahanan. Sementara itu, permohonan yang melibatkan pengembangan teknologi komputasi canggih, chip memori, atau kecerdasan buatan (AI) dengan potensi aplikasi militer akan ditinjau secara ketat, kasus per kasus.

Selain itu, warga dan perusahaan China juga dilarang membantu aktivitas penambangan, pemrosesan, atau pembuatan magnet tanah jarang di luar negeri tanpa izin pemerintah. Sebagian besar aturan baru ini berlaku efektif mulai Kamis.

Langkah ini datang di tengah hubungan China–Amerika Serikat yang sempat menunjukkan perbaikan, namun masih dibayangi ketegangan. Baru pekan lalu, Washington memperluas pembatasan terhadap perusahaan teknologi Tiongkok, termasuk anak usahanya, yang memicu reaksi keras dari Beijing.

Dalam pengumuman terpisah, Kementerian Perdagangan China juga menambahkan 14 entitas asing — termasuk perusahaan militer dan teknologi dari AS dan negara lain — ke dalam daftar hitam “entitas tidak dapat diandalkan.” Artinya, mereka dilarang beroperasi, berdagang, atau berinvestasi di Tiongkok.

TechInsights Masuk Daftar

Salah satu nama yang ikut masuk daftar adalah TechInsights, perusahaan riset asal Kanada yang fokus pada analisis chip semikonduktor. TechInsights dikenal karena mengungkap bahwa prosesor AI buatan Huawei menggunakan chip dari TSMC, yang berpotensi melanggar kontrol ekspor AS — dan kini sedang diselidiki oleh otoritas Amerika.

Tanah jarang telah lama menjadi sumber ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. Pada April lalu, Beijing sempat membatasi ekspor tujuh jenis mineral tanah jarang sebagai respons terhadap tarif baru yang diberlakukan pemerintahan Trump terhadap barang-barang Tiongkok. Langkah tersebut sempat mengguncang rantai pasok global dan berdampak pada industri otomotif hingga pertahanan.

Meski kedua negara menandatangani kesepakatan ekspor tanah jarang pada Juni, sebagian industri masih kesulitan menstabilkan pasokan bahan penting ini.

Kerugian Serius

Kementerian Perdagangan China menyebut, pihaknya menemukan sejumlah organisasi dan individu asing yang menyalurkan kembali teknologi atau bahan tanah jarang asal China untuk keperluan militer.

“Tindakan seperti ini telah menyebabkan kerugian serius dan mengancam keamanan nasional China, sekaligus mengganggu stabilitas internasional serta upaya non-proliferasi global,” ujar juru bicara kementerian tersebut.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |