Liputan6.com, Jakarta Bandara Komodo Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, resmi ditutup sementara akibat dampak sebaran abu vulkanik dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.
Penutupan ini dilakukan setelah hasil paper test pada Senin (7/7) malam menunjukkan hasil positif terpapar abu vulkanik.
“Hasil paper test positif,” ujar Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Komodo Labuan Bajo, Ceppy Triono, dikutip dari ANTARA, Senin (7/7/2025).
Ia menyebutkan bahwa pihaknya telah mengeluarkan pemberitahuan resmi atau Notice to Airmen (NOTAM) mengenai penutupan bandara internasional tersebut.
Jadwal Penutupan dan Dampaknya pada Penerbangan
Bandara Komodo ditutup mulai Senin, 7 Juli pukul 18.00 WITA hingga Selasa, 8 Juli pukul 07.00 WITA. Penutupan ini berdampak langsung pada operasional penerbangan, dengan total 15 penerbangan terdampak.
Terdiri dari tujuh penerbangan kedatangan dan delapan keberangkatan yang harus ditunda (postpone) atau dibatalkan (cancel).
Ceppy menjelaskan bahwa penutupan akan terus dievaluasi, dan bandara hanya akan dibuka kembali jika hasil paper test berikutnya menunjukkan kondisi aman dari abu vulkanik.
Sebaran Abu Vulkanik Capai Wilayah Manggarai Barat
Kepala Stasiun Meteorologi Komodo, Maria Seran, menyampaikan bahwa sebaran abu vulkanik dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki telah memasuki ruang udara Manggarai Barat dan bahkan mencapai permukaan tanah.
Ia mengimbau masyarakat untuk tetap tenang namun waspada, menggunakan masker jika terjadi hujan abu, dan terus memantau informasi dari BMKG serta otoritas bandara.
Kondisi ini dapat mengganggu jarak pandang dan aktivitas sehari-hari masyarakat.
Gunung Lewotobi Erupsi dengan Kolom Abu Setinggi 18 Ribu Meter
Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur mengalami erupsi pada Senin (7/7) pukul 11.05 WITA. Erupsi tersebut menghasilkan kolom abu setinggi 18.000 meter dari puncak gunung.
Secara visual, kolom abu tampak berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal dan arah condong ke Utara, Timur Laut, dan Barat Laut.
Letusan ini juga terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 47,3 milimeter dan durasi sekitar enam menit 26 detik. Otoritas terus memantau perkembangan aktivitas vulkanik sebagai bagian dari kewaspadaan lanjutan.