Bahan Bakar SAF Jadi Rencana Jangka Panjang Pertamina di Industri Penerbangan

3 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta Pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF) telah menjadi bagian dari strategi jangka panjang Pertamina untuk memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mendukung dekarbonisasi sektor aviasi. 

Ini diungkapkan SVP Business Development PT Pertamina (Persero), Wisnu Medan Santoso. “Kami memandang SAF bukan sekadar inovasi teknologi, tetapi solusi strategis untuk menggerakkan ekonomi sirkular. Indonesia memiliki potensi besar dari limbah minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO), dan Pertamina berkomitmen untuk memanfaatkannya menjadi energi bersih bernilai tinggi,” ujar Wisnu pada acara Pertamina Sustainable Aviation Fuel Forum 2025 di Jakarta.

Dikatakan jika Pertamina telah melakukan penelitian dan pengembangan SAF selama lebih dari satu dekade, mulai dari konversi bahan baku, proses penyulingan, hingga sertifikasi kualitas produk. SAF Pertamina telah memenuhi standar internasional yang menjadi acuan dalam industri penerbangan global. 

“Produk kami telah melewati fase uji coba penerbangan bersama Pelita Air dengan hasil yang sangat positif. Tanpa perlu modifikasi signifikan pada mesin pesawat, SAF kami menunjukkan performa yang stabil, aman, dan efisien,” tambahnya.

Airbus Indonesia mengakui upaya Pertamina dalam mempercepat pengembangan SAF di Tanah Air akan mendukung sektor penerbangan. Ridlo Akbar, Senior Manager Business Growth Airbus Indonesia, menegaskan bahwa, saat ini, SAF merupakan solusi paling realistis untuk mendukung dekarbonisasi industri aviasi.

“Sebagai drop-in fuel, SAF dapat digunakan langsung tanpa perlu modifikasi pesawat atau infrastruktur bandara. Secara teknis, SAF mampu menurunkan emisi karbon hingga 80% dibandingkan bahan bakar fosil, menjadikannya langkah signifikan menuju penerbangan rendah emisi,” jelas Ridlo.

Ridlo juga menambahkan bahwa seluruh pesawat Airbus mampu terbang dengan penggunaan SAF hingga 50% campuran dan menargetkan mampu terbang menggunakan 100% SAF pada tahun 2030. “Kami percaya dengan kolaborasi erat antara produsen bahan bakar, produsen pesawat, regulator & pembuat kebijakan, serta operator maskapai, SAF dapat menjadi standar baru penerbangan global,” ujarnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |