Alasan Kuat Tesla Rogoh Rp 16.483 Triliun ke Elon Musk

6 days ago 13

Liputan6.com, Jakarta - Apa hadiah yang bisa diberikan kepada seorang pria yang sudah bisa membeli apa pun? Bagaimana dengan USD 1 triliun atau sekitar Rp 16 kuadriliun? Dewan direksi Tesla pada Jumat, 6 September 2025 mengumumkan paket kompensasi baru untuk Elon Musk.

Jika disetujui pemegang saham, paket ini bisa memberinya hingga 423,7 juta lembar saham tambahan dalam 10 tahun ke depan.

Dengan harga penutupan saham Tesla pada Jumat, potensi saham itu bernilai sekitar USD 148,7 miliar atau Rp 2.451 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.483).

Namun, jika proses valuasi Tesla melonjak sesuai target, nilainya bisa mendekati USD 1 triliun atau Rp 16.483 triliun. Musk hanya akan menerima penuh saham tersebut jika kapitalisasi pasar Tesla mencapai USD 8,5 triliun atau Rp 140.079 triliun,  delapan kali lipat dari posisi sekarang dan dua kali lebih besar dari rekor valuasi perusahaan mana pun di dunia.

Dalam dokumen kepada pemegang saham, dewan Tesla menyatakan paket kompensasi historis ini penting agar tidak kehilangan sosok Elon Musk yang dinilai identik dengan merek Tesla.

Dewan direksi menyatakan selama negosiasi paket gaji, “Selama negosiasi, Musk juga mengangkat kemungkinan untuk mengejar kepentingan lain yang bisa memberinya pengaruh lebih besar jika tidak mendapatkan jaminan ini.”

Kekhawatiran Dewan Direksi

"Kami percaya hanya Tuan Musk yang memiliki karakteristik kepemimpinan unik untuk mentransformasi Tesla dan merealisasikan misi jangka panjang perusahaan di level yang tak tertandingi," demikian disampaikan dewan direksi.

Namun, kekhawatiran muncul karena Musk belakangan dianggap memperlakukan Tesla sebagai pekerjaan paruh waktu. Perhatiannya banyak tersedot ke perusahaan lain, mulai dari SpaceX dan layanan internet satelit Starlink, hingga perusahaan kecerdasan buatan xAI yang kini memiliki platform X (dulu Twitter).

Hal ini setelah Musk membelinya senilai USD 44 miliar atau Rp 725,47 triliun pada 2022. Musk juga makin aktif di dunia politik, termasuk rencana membentuk partai ketiga.

Awal tahun ini, ketika Musk masih memimpin Departemen Government Efficiency (DOGE), dewan Tesla bahkan sempat mencari calon pengganti, menurut laporan Wall Street Journal.

Baik Ketua Dewan Robyn Denholm maupun Musk membantah laporan itu. Tak lama setelah kabar pencarian muncul, Musk mengumumkan mundur dari DOGE dan kembali fokus menjalankan Tesla.

Elon Musk Menuntut Kendali Tesla

"Pesan sederhana dari dewan kepada Elon: ‘Kami ingin perhatianmu pada Tesla,’” tulis Managing Partner Deepwater Asset Management Gene Munster dalam catatan pada Jumat.

"Tersirat dari pesan itu adalah janji bahwa dia akan mendapatkan kendali yang selama ini dia inginkan (saham 25 persen) dan itu akan sepadan dengan waktunya.”

Elon Musk menegaskan, kendali atas Tesla sangat penting baginya. Dalam unggahan di X pada Januari 2024, ia menyatakan butuh setidaknya 25 persen saham Tesla agar merasa aman.

“Saya tidak nyaman mengembangkan Tesla menjadi pemimpin AI dan robotik tanpa memiliki kendali 25 persen hak suara. Cukup untuk berpengaruh, tapi tidak terlalu besar hingga saya tak bisa digulingkan,” tulis Musk. “kecuali jika itu masalahnya, saya lebih memilih membangun produk di luar Tesla.”

Elon Musk Takut Didepak dari Tesla

Menurut CEO Gerber Kawasaki, Ross Gerber, sekaligus investor awal Tesla, kebutuhan akan kendali itu menjadi alasan utama di balik paket gaji baru Musk.

“Semua ini karena Musk takut didepak dari Tesla, sebab ia hanya memiliki 13 persen saham,” kata Gerber, yang kini hampir menjual seluruh kepemilikannya di Tesla.

Gene Munster dan para pendukung Tesla percaya Musk benar soal masa depan yang ditopang kecerdasan buatan (AI), kendaraan otonom, robotaxi, dan robot humanoid. Menurut mereka, hal itu bisa mendorong proses valuasi kenaikan Tesla mencapai target USD 8,5 triliun serta laba operasional hingga USD 400 miliar atau 20 kali rekor laba Tesla sebelumnya.

“Kita baru menggaruk permukaan dari AI fisik. Penggunaannya masih terbatas pada uji coba robotaxi oleh Waymo dan Tesla yang hampir lucu,” tulis Munster pada Jumat.

"Namun pada akhirnya, AI fisik akan memengaruhi apa pun yang bergerak, membuka potensi pasar yang sulit saya bayangkan.”

Target yang Ambisius

Namun, para pengkritik Musk meragukan ambisi besar tersebut. Mereka menilai Musk kerap gagal memenuhi target yang ia tetapkan sendiri, mereka mengatakan, nilai sesungguhnya Musk bagi Tesla adalah kemampuannya untuk meyakinkan Wall Street tentang masa depan cerah yang terbentang di hadapannya, meskipun banyak janji yang diingkari.

"Elon Musk sudah mengatakan sejak 2014 ‘tahun depan kita akan punya mobil sepenuhnya otonom.’ Itu tidak pernah terjadi. Tapi janji itu telah dihargai miliaran dolar oleh Wall Street,” ujar Gordon Johnson, analis yang dikenal kritis terhadap Tesla.

"Musk adalah manipulator ulung. Ia berhasil menjaga saham tetap tinggi. Alasan dewan membayarnya mahal adalah karena ia berani mengatakan hal-hal yang CEO lain tidak berani, atau tidak bisa lolos darinya.”

Peluang Besar Investor Menyetujui

Meski rekam jejaknya penuh janji yang meleset, peluang besar investor menyetujui paket gaji fantastis itu tetap tinggi. Pemegang saham Tesla sebelumnya berulang kali mendukung kompensasi Musk, bahkan mengonfirmasi kembali paket yang sempat dibatalkan hakim Delaware pada 2024 karena dianggap tidak adil bagi perusahaan dan pemegang saham.

Dalam paket baru ini, Musk tidak akan mendapat apa pun kecuali Tesla benar-benar naik valuasinya. Target awal yang harus dicapai sebelum Musk menerima saham adalah kapitalisasi USD 2 triliun, hampir dua kali lipat nilai Tesla saat ini.

"Mereka akan berpikir, ‘Saya tidak rugi apa-apa," kata Gerber.

"Pikirannya seperti ini: targetnya begitu tinggi, jika Musk mencapainya, saya juga akan mendapat banyak uang. Jadi, siapa peduli kalau dia dapat USD 1 triliun.”

“Tapi kalau dipikirkan lagi, itu sungguh  tidak masuk akal,” tambahnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |