AI Ancam Dunia Kerja, Pengangguran Diprediksi Melonjak 20% dalam 5 Tahun

2 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - CEO Anthropic, Dario Amodei, kembali mengingatkan bahwa kecerdasan buatan (AI) berpotensi menimbulkan pengangguran massal dalam waktu dekat. Menurutnya, meskipun kemampuan teknologi ini masih belum sepenuhnya memenuhi berbagai prediksi, perkembangannya yang sangat cepat sudah mulai menggantikan peran manusia di sejumlah bidang.

Dikutip dari CNBC, Kamis (18/9/2025), pernyataan ini ia sampaikan dalam forum AI+ DC Summit yang digelar Axios pada Rabu lalu.

“Ini sudah mulai terjadi,” ujar Amodei.

Pernyataan tersebut muncul saat data terbaru menunjukkan lapangan kerja Amerika Serikat kian melemah dan penciptaan lapangan kerja baru melambat tajam dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tingkat pengangguran bulan lalu bahkan menyentuh level tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Belum ada bukti yang jelas terkait apakah perlambatan tersebut ada kaitannya langsung dengan perkembangan AI. Namun, makin berkurangnya lapangan pekerjaan membuat kekhawatiran Amodei tidak bisa dipandang sebelah mata.

Dalam praktiknya, penerapan AI saat ini masih banyak menghadapi keterbatasan. Apple misalnya, menemukan bahwa Siri berbasis AI belum sesuai dengan standar kualitas perusahaan. Bahkan, tak jarang interaksi berlebihan dengan chatbot AI dikaitkan dengan masalah kesehatan mental.

Pemerintah Harus Terlibat

Ini bukan kali pertama Amodei memperingatkan bahaya AI terhadap lapangan kerja. Pada Mei lalu, ia mengatakan bahwa dalam 1 hingga 5 tahun mendatang, teknologi AI yang tengah dikembangkan Anthropic maupun perusahaan lain bisa menghapus setengah bidang pekerjaan tingkat pemula di perkantoran. Diperkirakan dampaknya akan meningkatkan potensi pengangguran hingga 20%.

“Ketika sebuah teknologi berkembang pesat dengan laju yang terus meningkat, hasil akhirnya sulit diprediksi. Bisa saja terjadi lebih cepat dari perkiraan saya, bisa juga lebih lambat, atau bahkan berbeda sama sekali,” ujar Amodei.

“Tetapi menurut saya, kemungkinan terjadinya cukup besar sehingga kami merasa perlu memperingatkan dunia,” imbuhnya.

Amodei juga menilai pemerintah sebaiknya terlibat untuk membantu masyarakat beradaptasi dengan revolusi AI. Salah satunya, dengan mempertimbangkan kebijakan pajak atas keuntungan perusahaan AI guna mendukung pekerja yang terdampak.

Kesenjangan Pemahaman

Beberapa orang menilai peringatan Amodei tidak semata-mata demi kepentingan publik, melainkan untuk membangun reputasinya dan memperkokoh posisi Anthropic di industri AI.

Namun, Amodei menegaskan banyak orang masih meremehkan perkembangan AI.

“Ada semacam kesenjangan pemahaman. Orang sering berkata, ‘AI tidak bisa melakukan ini, AI tidak bisa melakukan itu.’ Ya, itu memang AI yang ada sekarang. Tapi teknologi ini berevolusi dengan sangat cepat,” pungkasnya

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |