Zulhas Tutup Sementara Dapur MBG Usai Kasus Keracunan Massal

4 weeks ago 33

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menegaskan penutupan sementara sejumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) pengelola dapur Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dinilai bermasalah, menyusul kasus keracunan di berbagai daerah.

“SPPG yang bermasalah ditutup untuk sementara dilakukan evaluasi dan investigasi,” ujar Zulhas dalam Konferensi Pers Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Program Prioritas MBG di Kantor Kementerian Kesehatan, dikutip dari Antara, Minggu (28/9/2025).

Ia menjelaskan, evaluasi yang dilakukan meliputi kedisiplinan, kualitas, hingga kemampuan juru masak. “(Evaluasi) tidak hanya di tempat yang terjadi, tetapi di seluruh SPPG,” tegas Zulhas.

Selain itu, ia juga menginstruksikan agar seluruh SPPG mensterilisasi peralatan makan serta memperbaiki proses sanitasi, terutama terkait kualitas air dan alur limbah. “Semua dievaluasi dan diinvestigasi,” tambahnya.

70 Insiden Keamanan Pangan

Sebelumnya, Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat sepanjang Januari–September 2025 terdapat 70 insiden keamanan pangan, termasuk kasus keracunan, yang memengaruhi 5.914 penerima MBG.

Dari total kasus tersebut, sembilan kasus dengan 1.307 korban terjadi di wilayah I (Sumatera), termasuk Kabupaten Lebong, Bengkulu, dan Kota Bandar Lampung. Di wilayah II (Jawa), terdapat 41 kasus dengan 3.610 korban, sedangkan di wilayah III (Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, dan Nusa Tenggara) tercatat 20 kasus dengan 997 korban.

Penyebab utama keracunan berasal dari berbagai bakteri berbahaya. E-coli ditemukan pada air, nasi, tahu, dan ayam; staphylococcus aureus pada tempe dan bakso; salmonella pada ayam, telur, dan sayur; bacillus cereus pada menu mi; serta coliform, klebsiella, proteus, dan PB pada air yang terkontaminasi.

Surat Terbuka IDAI untuk BGN: Keamanan Pangan MBG Harus Diutamakan

Maraknya kasus keracunan hidangan Makan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai daerah membuat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) prihatin.

Organisasi yang diketuai dokter anak Piprim Basarah Yanuarso menilai, program MBG sejatinya bertujuan mulia untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan anak Indonesia. Namun, kejadian keracunan ini terus berulang yang justru menimbulkan risiko serius bagi keselamatan anak.

Dalam surat terbuka untuk Badan Gizi Nasional (BGN), IDAI menegaskan bahwa:

  1. Keselamatan anak dan kelompok rentan adalah prioritas utama. Anak, balita, dan ibu hamil merupakan kelompok rentan yang harus dilindungi dari risiko keracunan makanan.
  2. Keamanan pangan harus diutamakan. Proses penyediaan, pengolahan, penyimpanan, hingga distribusi makanan wajib mengikuti standar keamanan pangan (food safety) untuk mencegah kontaminasi.
  3. Kualitas gizi dan keseimbangan menu perlu dijamin. Menu MBG seyogyanya disusun oleh ahli gizi anak dengan memerhatikan kebutuhan nutrisi anak untuk mendukung tumbuh kembang optimal.
  4. Pengawasan harus diperketat. Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) beserta seluruh kelengkapannya harus tersertifikasi dan senantiasa dimonitor serta dievaluasi oleh Badan Gizi Nasional.
  5. Prosedur mitigasi dan layanan aduan kasus keracunan harus disiapkan dalam program MBG. Perlu disiapkan prosedur mitigasi kasus keracunan melibatkan pemerintah, sekolah, dokter spesialis anak, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Pemberdayaan layanan aduan masyarakat sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang ada.

Perlu Evaluasi Menyeluruh

Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, Piprim Basarah Yanuarso, mengatakan bahwa satu anak keracunan saja sudah menjadi masalah. Apalagi ini terjadi pada ribuan anak di Indonesia.

“Diperlukan evaluasi secara menyeluruh atas program ini dan memastikan program yang sedang berjalan itu tepat sasaran terutama di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) di Indonesia,” kata Piprim dalam keterangan pers, Minggu (28/9/2025).

Sedangkan, sekretaris Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, Hikari Ambara Sjakti, menyampaikan, IDAI siap bekerja sama dan berkolaborasi dengan pemerintah.

Pihaknya juga menyatakan siap bekerja sama dengan sekolah, dan masyarakat untuk memastikan program MBG benar-benar memberikan manfaat kesehatan, gizi, dan masa depan yang lebih baik bagi anak Indonesia.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |