Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Diana Kusumastuti menyoroti siklus banjir 5 tahunan yang kembali terjadi pada 2025. Tak hanya di Jabodetabek dan wilayah pesisir lain, banjir kali ini bahkan menerjang sisi hulu di Cisarua, Kabupaten Bogor.
Dari hasil pantauannya di Cisarua, Diana menceritakan, fenomena banjir kembali terjadi akibat masalah penggunaan lahan. Khususnya pemukiman penduduk yang benar-benar berada di atas sungai.
"Dulunya sungainya itu besar, terus sekarang menjadi kecil. Karena apa? Karena banyaknya rumah-rumah yang berdiri di sebenarnya itu sempadan sungai, tapi dia tambahkan rumah-rumahnya," ujar Diana di kantornya, Jakarta, Rabu (12/5/2025)?
Pemukiman warga di atas sempadan sungai lantas membuat penyempitan alur sungai, membuat laju air tertahan dan merembet ke daratan saat curah hujan tinggi. Diana menekankan, kasus ini jadi penyebab utama musibah banjir terus berulang.
"Saya sampaikan memang inilah penyebab banjirnya. Karena air yang harusnya mengalir secara deras karena hujan yang cukup tinggi, akhirnya air itu enggak bisa terbendung. Akhirnya ya menimpa rumah-rumah menjadi banjir bandang," tegas dia.
Tak hanya di Cisarua, Wamen PU Diana menemukan penyempitan sungai pun terjadi di wilayah Sukabumi. Dalam sebuah kunjungan bersama Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ke Sukabumi beberapa waktu lalu, ia menyarankan agar area di pinggiran sungai bisa dikembalikan ke kondisi alaminya.
"Saya usul kepada Pak Gibran kemarin juga kepada Bupati Sukabumi, agar sempadan sungai itu kalau bisa jangan ada rumah-rumah. Kalau sempadan sungai itu harusnya kosong. Sehingga nanti kalau airnya melampias dan sebagainya, ya masih di sempadan sungai tersebut," ungkapnya.
Mendata Lahan
Menurut dia, Kementerian PU melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) juga telah mendata lahan di sempadan sungai yang telah terokupansi oleh pemukiman warga. Sayangnya, Diana belum bisa merinci lebih detil data tersebut.
Selain di sisi hilir, Diana juga menaruh perhatian terhadap banjir Bekasi akibat meluapnya Kali Bekasi, hingga tanggul tak mampu menahan volume air yang melonjak tajam.
Itu terjadi akibat adanya sertifikat hak milik (SHM) di atas tanggul. Sehingga kawasan pemukiman yang berdiri di atasnya punya bukti legal.
"Besok itu kami dengan Pak Gubernur DKI dan ATR (Nusron Wahid), itu akan duduk bareng lagi untuk tanggul-tanggul yang di Bekasi. Tadi saya juga telponan juga sama Pak Pramono Anung juga, beliau nanti juga akan rapat setelah nanti saya rapat dengan Pak Dedi (Mulyadi, Gubernur Jawa Barat)," tuturnya.
Hasil Inspeksi di Cisarua
Berdasarkan tinjauan lapangan di Desa Tugu, Cisarua, Kabupaten Bogor beberapa waktu lalu, Diana memaparkan penyebab bencana banjir di sisi hulu tersebut.
Intensitas hujan yang tinggi di wilayah Puncak Bogor pada Minggu (2/3/2025) mengakibatkan debit air di wilayah hulu Sungai Ciliwung terus meningkat. Sehingga sungai tidak mampu menampung air, hingga menggenangi permukiman warga dan merusak beberapa jembatan.
Ia lantas mengimbau kepada warga untuk tidak tinggal di bantaran sungai, karena akan mempersempit badan sungai.
"Saya melihat bahwa sungai yang dulunya lebar, sekarang menjadi sempit karena banyak sekali rumah-rumah di bantaran sungai. Air itu tentunya mencari jalannya sendiri, sehingga harapan saya jangan dihuni," kata Diana beberapa waktu lalu.
Menurut dia, langkah-langkah penanganan pasca banjir Sungai Ciliwung di wilayah Cisarua ini harus segera dilakukan. Dengan berkoordinasi lintas sektoral bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Kabupaten Bogor, termasuk upaya relokasi warga yang tinggal di badan sungai.
Bikin Jembatan Putus
Selain banjir, salah satu jembatan di sana yakni Jembatan Hankam juga putus akibat banjir di Cisarua. Jembatan Hankam berada di jalan kabupaten yang menjadi akses utama penghubung Desa Lewimalang dan Jogjogan.
"Terdapat 6 jembatan yang putus. Saya juga mengimbau dalam membangun jembatan yang menyeberangi aliran air/sungai, harus terlebih dahulu mendapat rekomendasi teknis dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU. Saya lihat sungai-sungai ini terhalang oleh konstruksi jembatan," singgung Diana.
Tak jauh dari lokasi banjir, terdapat Bendungan kering (dry dam) Ciawi yang berada di hilir lokasi banjir. Bendungan Ciawi didesain memiliki volume tampung 6.05 juta m3 dan luas genangan 39.40 hektar.
Mampu mengurangi debit banjir sekitar 111,75 m3 per detik yang masuk ke Jakarta, dengan menahan aliran air dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango sebelum sampai ke Bendung Katulampa yang kemudian mengalir ke Sungai Ciliwung.