Utang AS Membengkak, Miliarder Ini Sarankan Simpan Harta di Emas dan Kripto

1 month ago 31

Liputan6.com, Jakarta - Pendiri Bridgewater Associates, Ray Dalio, menilai emas dan mata uang non-fiat seperti kripto, akan menjadi pilihan yang lebih aman sebagai sarana investasi di tengah meningkatnya tekanan utang global.

Miliarder ini menyebut, mata uang utama dunia berisiko melemah karena pemerintah di banyak negara, termasuk Amerika Serikat (AS), masih menggelontorkan belanja besar secara terus menerus.

Dalio memperingatkan bahwa pengeluaran berlebihan dan utang yang menumpuk di AS sudah mencapai titik yang tidak lagi berkelanjutan.

Menurutnya, negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu berisiko mengalami kondisi krisis fiskal serius yang berpotensi mengguncang tatanan moneternya. Dikutip dari CNBC, Kamis (25/9/2025), hal itu diungkapkan Dalio saat meghadiri acara Future China Global Forum 2025.

Dalio menegaskan, ketika pemerintah enggan menekan jumlah pengeluaran dan utang, seluruh mata uang berisiko kehilangan fungsinya sebagai penyimpan kekayaan.

Dalam situasi seperti ini, emas dan mata uang non-fiat seperti kripto, dipandang sebagai alternatif yang lebih aman. Ia pun menyarankan para investor untuk melakukan diversifikasi aset, salah satunya dengan menempatkan sekitar 10% aset dalam bentuk emas. 

Titik Kritis Utang AS

Pandangan serupa juga disampaikan oleh Ng Kok Song, pendiri sekaligus ketua Avanda Investment Management. Ia menilai kondisi utang AS sudah berada di titik kritis.

“Kita tidak tahu kapan krisis ini akan benar-benar terjadi,” ujarnya.

Ng Kok Song menambahkan, risiko fiskal serupa juga muncul di negara lain seperti Prancis, Jepang, dan Tiongkok.

Dalio turut menyoroti pergerakan dolar AS yang tahun ini kian melemah terhadap beberapa mata uang besar dunia. Indeks dolar bahkan turun lebih dari 10%.

Dmenekankan pelemahan dolar AS lebih jelas terlihat ketika dibandingkan dengan emas, yang kini menempati posisi kedua sebagai cadangan devisa terbesar di dunia.

Ketidakseimbangan antara Pasokan dan Permintaan

Dalio juga mengingatkan soal ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan dalam penerbitan utang AS. Ia menilai, setelah bertahun-tahun belanja secara berlebihan, utang pemerintah AS kini sudah enam kali lipat lebih besar dari pemasukan yang diterima.

Ia memperkirakan pemerintah perlu menerbitkan surat utang baru senilai USD 12 triliun untuk menutup defisit sebesar USD 2 triliun, membayar bunga sebesar USD 1 triliun, serta melunasi utang jatuh tempo sebesar USD 9 triliun.

“Pasar global tidak memiliki permintaan dalam skala sebesar itu, dan hal ini menciptakan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan,” ujar Dalio. 

Dalio menyebut telah mengusulkan kepada legislator di Washington agar defisit ditekan menjadi 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, usulan itu masih sulit diterapkan karena para legislator, baik dari Partai Demokrat maupun Partai Republik, dinilai masih enggan mengambil langkah serius.

Peran Yuan

RUU pajak dan belanja besar-besaran yang diajukan Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan menambah defisit federal sebesar USD 3,4 triliun dalam 10 tahun ke depan.

Meski menghadapai banyak risiko, Dalio menilai dolar AS masih akan bertahan sebagai alat tukar dominan di tingkat global. Namun, pengaruhnya bisa berkurang seiring meningkatnya peran yuan Tiongkok dalam perdagangan internasional.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |