Liputan6.com, Jakarta - Miliarder dan juga investor kawakan, George Soros, selama bertahun-tahun kerap jadi sasaran kritik kelompok kanan karena donasinya yang cenderung berhaluan kiri. Sosok pria berusaha 95 tahun ini kerap dicap sebagai dalang dan manipulator sayap kiri ekstrem.
Sebagian besar teori konspirasi yang menyeret nama Soros juga menargetkan organisasinya, Open Society Foundations, lembaga nirlaba yang ia dirikan puluhan tahun lalu dan kini dipimpin putranya, Alex Soros.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, bahkan menuduh organisasi tersebut mendanai aksi protes yang berujung kerusuhan.
Serangan terhadap Soros kembali mencuat di Gedung Putih, pekan lalu ketika Trump menyebut Soros sebagai “kandidat yang mungkin” untuk diselidiki.
Komentar itu muncul hanya beberapa hari setelah ia memerintahkan Jaksa Agung, Pam Bondi, mencari tuntutan pidana terhadap mantan Direktur FBI, James Comey, Senator California, Adam Schiff, dan Jaksa Agung New York, Leticia James.
“Kalau lihat Soros, dia ada di puncak semua cerita. Dia ada di setiap berita yang saya baca, jadi saya kira dia kandidat yang mungkin,” ujar Trump dikutip dari CNN, Senin (29/9/2025).
Sebelumnya, pada Agustus, Trump juga sempat menyatakan George dan Alex Soros seharusnya dikenai dakwaan pemerasan ( racketeering ).
“George Soros, dan putranya yang luar biasa Radikal Kiri, harus didakwa melanggar UU Pemerasan (RICO) karena mendukung protes kekerasan, dan banyak lagi, di seluruh Amerika Serikat,” tulis Trump di laman Truth Social.
Departemen Kehakiman Trump merujuk laporan kelompok konservatif Capital Research Center berjudul “Exclusive: Soros’ Open Society gave USD 80 million to pro-terror groups.”
Menanggapi hal itu, Open Society Foundations menegaskan, “Kami dengan tegas mengutuk terorisme dan tidak mendanai terorisme. Kegiatan kami damai dan sah, serta penerima dana kami wajib mematuhi prinsip HAM dan hukum.”
OSF menyebut tuduhan tersebut sebagai serangan bermotif politik terhadap masyarakat sipil.
Lembaga Donasi "Open Society Foundations" Soros
Open Society Foundations dikenal sebagai lembaga nirlaba berhaluan kiri. Hingga kini, lembaga tersebut telah menggelontorkan lebih dari USD 24 miliar, dengan USD 1,2 miliar di antaranya pada 2024.
Sebagian besar dananya difokuskan pada pendidikan, layanan kesehatan, keadilan rasial, reformasi kebijakan narkoba, perluasan hak asasi manusia, serta isu perubahan iklim dan melawan otoritarianisme.
Jaringan OSF telah beroperasi di lebih dari 100 negara. Donasi pertamanya tercatat pada 1979 berupa beasiswa untuk warga kulit hitam Afrika Selatan di era apartheid. Pada 1980-an, Soros juga mendanai perjalanan akademisi Eropa Timur ke Barat untuk melawan komunisme.
Soros, yang lama mendukung Partai Demokrat, tercatat menyumbang USD 125 juta ke salah satu super PAC liberal pada 2021, menurut OpenSecrets. Namun, kontribusi politik dari orang kaya bukan hal baru. Partai Republik sendiri punya penyandang dana besar seperti Charles Koch, Miriam Adelson, dan Timothy Mellon.
“Meski saya kerap digambarkan sebagai representasi sayap kiri ekstrem — dan saya tentu tidak bebas dari bias politik — saya menyadari pihak lain benar ketika mengatakan pemerintah boros dan tidak efisien serta seharusnya bekerja lebih baik,” kata Soros dalam pidato di Cato Institute pada 2011, lembaga pemikir libertarian yang didirikan bersama dengan Koch.
Pada 2020, Yayasan Soros untuk mempromosikan Open Society , memberi hibah USD 150 ribu kepada Cato Institute untuk mendorong konsensus nasional mengakhiri qualified immunity dan kebijakan lain yang melemahkan akuntabilitas polisi.
Kasus Menarik Scott Bessent
Trump pernah menyebut Menteri Keuangan, Scott Bessent, sebagai “salah satu pria paling brilian di Wall Street.”
Namun sebelum jadi pejabat tinggi di pemerintahan Trump dan penggalang dana kampanye, Bessent merupakan mitra manajer "Soros Fund Management" di London dari 1991 hingga 2000. Ia kembali ke perusahaan Soros sebagai Chief Investment Officer pada 2011–2015.
Bessent hengkang pada 2015 dan mendapatkan investasi USD 2 miliar dari Soros untuk mendirikan dana lindung nilai miliknya, Key Square Group.
“(Bessent) membandingkan Trump dengan mantan bosnya, George Soros, dengan mengatakan keduanya punya karakteristik dan perilaku serupa,” kata jurnalis Bloomberg Ed Ludlow, mengutip sumber yang mendengar sesi tanya jawab Bessent di konferensi tahunan Allen & Company Sun Valley di Idaho, Juli lalu.
Kata Sekutu soal Soros
Pada Mei 2023, seorang pengguna X (dulu Twitter) membela Soros dengan menyebut niatnya baik namun kerap dikritik karena perbedaan politik. Elon Musk menjawab: “Anda menganggap itu niat baik. Tidak. Dia ingin merusak fondasi peradaban. Soros membenci umat manusia.”
Musk, yang berkampanye untuk Trump pada 2024, bukan satu-satunya kritikus Soros.
“Tidak ada orang lain yang lebih merusak demokrasi kita dibanding George Soros,” tulis anggota DPR dari Georgia, Marjorie Taylor Greene, pada 19 Maret 2023. “Mengapa dia masih diizinkan mempertahankan kewarganegaraannya?”
Soros kerap dicap sebagai “globalis” yang diam-diam mengendalikan keuangan dunia, stigma yang dianggap banyak pihak sebagai bentuk antisemitisme. Bahkan program “Tucker Carlson Originals” di Fox News pada 2022 menayangkan episode berjudul “Hungary vs. Soros: The Fight for Civilization.”
“Berbeda dengan ancaman dari Soviet atau Kekaisaran Ottoman, ancaman dari George Soros dan organisasinya jauh lebih halus dan sulit dideteksi,” ujar Carlson dalam episode itu.
Soros Raup Keuntungan di Wall Street
George Soros lahir di Hungaria pada 1930 dan selamat dari pendudukan Nazi. Ia pindah ke London, lalu lulus dari London School of Economics pada 1952. Pada 1956, Soros hijrah ke AS untuk memulai karier di dunia keuangan.
Pada 1970, ia meluncurkandana lindung nilai miliknya, Soros Fund Management, yang menjadi sumber utama kekayaannya. Tiga tahun kemudian, ia bermitra dengan Jim Rogers membentuk Quantum Fund , yang sukses besar dari spekulasi mata uang.
Soros mencuri perhatian dunia pada 1992 lewat “Black Wednesday,” ketika ia meraup USD 1 miliar dari aksi jual pound sterling.
Dalam wawancara dengan Charlie Rose pada 1994, Soros mengaku memiliki sekitar USD 100 juta saat mulai jadi filantrop pada 1979.
Kini, Soros memiliki kekayaan bersih USD 7,5 miliar menurut Bloomberg Billionaires Index. Pada 2017, ia menyumbangkan USD 18 miliar ke Open Society Foundations, menjadikan total donasinya sejak 1984 mencapai USD 32 miliar.
“Saya menempati posisi yang unik. Keberhasilan saya di pasar keuangan memberi kebebasan lebih dibanding orang lain. Hal ini mewajibkan saya mengambil sikap atas isu kontroversial ketika orang lain tidak bisa, dan itu sendiri menjadi sumber kepuasan,” tulis Soros dalam esai di "The New York Review of Books" pada 2011.

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5391446/original/034224800_1761320575-1000135105.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4611757/original/082738000_1697423888-view-unrecognizable-businessman-leaving-office-after-losing-his-job.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5382035/original/080562400_1760525876-Menteri_Keuangan__Menkeu__Purbaya_Yudhi_Sadewa-2.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5383000/original/098357600_1760612392-4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5288820/original/060254800_1752996312-WhatsApp_Image_2025-07-20_at_12.05.41__1_.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5392327/original/069728700_1761445983-Penanganan_KA_Purwojaya-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4943099/original/079227300_1726137608-20240912-Harga_Emas-ANg_1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5392320/original/093198700_1761445634-5e7130ba-b04e-46f2-a5b4-f36bd1d96200.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5392317/original/087658000_1761445088-af1256e1-1148-44f7-b282-29826079315c__1_.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5390135/original/035434000_1761231817-AP25293020409105__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4378349/original/036378800_1680237745-5568.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4928386/original/099219200_1724670818-Ilustrasi_mencari_pekerjaan__lowongan_kerja.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5392215/original/098106500_1761406292-c52c01eb-f08c-4585-ac84-c6d7a9114a51.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4820877/original/028795700_1714729252-Menkeu_Yakin_pertumbuhan_Ekonomi_Indonesia_Capai_5_17_persen-ANGGA_5.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5392214/original/028121900_1761406075-Harita_Diskusi.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5392202/original/095230900_1761405251-1bcf2b98-7b87-447a-bb8d-c38cc995324e.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1559574/original/040900500_1491540010-20170406-Bertemu-di-Florida_-Donald-Trump-dan-Xi-Jinping-Saling-Lempar-Senyum-AP-6.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5023866/original/067115100_1732613410-20241126-Diskon_LRT-ANG_2.jpg)










:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5316269/original/095179300_1755230967-1000073188.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3311269/original/075746000_1606732859-20201130-Bantuan-Subsidi-Upah-BPJS-Termin-2-Tahap-6-Cair-Pekan-Ini-5.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5271348/original/034098200_1751504773-Screenshot_20250703_075854_Chrome.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2053635/original/071518800_1522820303-20180404-BI-MER-AB2a.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4103059/original/076150000_1658923818-Harga_emas_menguat_tipis-ANGGA_4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4572281/original/057307700_1694504761-merve-sensoy-UEb7vAqYb4U-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3532289/original/028365400_1628161488-20210805-Harga-emas-alami-penurunan-ANGGA-4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1095897/original/096862700_1451317311-Gedung-PPATK-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5305552/original/006464400_1754356170-IMG-20250805-WA0000.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5252086/original/007300100_1749857885-Untitled.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5303419/original/005458100_1754102666-1000012531.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3431559/original/018558900_1618622607-Ilustrasi_bank_jago_3.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4592086/original/067091100_1695951584-WhatsApp_Image_2023-09-29_at_8.27.22_AM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3181749/original/007438500_1594892571-20200716-Rupiah-6.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5186932/original/075074000_1744629098-20250414-Harga_Emas_Batangan-AFP_5.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3447066/original/082980700_1620083934-AP21123757079280.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3617288/original/052829700_1635503921-20211029-Neraca-perdagangan-RI-alamai-surplus-ANGGA-4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5315930/original/011984600_1755179439-4a6f0e71-3a5a-4e3b-ab07-547e802acfa8.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5269249/original/078959900_1751343335-a3cf3d9c-06d6-470b-a613-25a8b57f0ecc.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5332516/original/077414500_1756509471-1000015044.jpg)