Tembus Rp 8 Triliun, OpenAI Jadi Startup Termahal di Dunia

2 weeks ago 28

Liputan6.com, Jakarta OpenAI, perusahaan pengembang ChatGPT, kini resmi menyandang predikat sebagai startup paling mahal di dunia.

Dikutip dari ABC News, Selasa (7/10/2025), nilai valuasinya melonjak hingga USD 500 miliar atau sekitar Rp 8 triliun, menggeser posisi SpaceX milik Elon Musk dan perusahaan induk TikTok, ByteDance.

Kenaikan fantastis ini terjadi setelah perusahaan menjual sebagian sahamnya dalam upaya mempertahankan para karyawan terbaiknya.

Menurut sumber yang tidak ingin diungkap identitasnya, karyawan aktif dan mantan pegawai OpenAI menjual saham senilai USD 6,6 miliar kepada sejumlah investor besar.

Langkah ini mendorong valuasi perusahaan AI itu naik pesat. Beberapa nama besar yang ikut membeli saham di antaranya Thrive Capital, Dragoneer Investment Group, T. Rowe Price, SoftBank, serta perusahaan asal Uni Emirat Arab, MGX, ungkap sumber tersebut pada Kamis, dilansir dari ABC News.

Nilai fantastis ini mencerminkan besarnya harapan investor terhadap masa depan teknologi AI ini.

OpenAI pun konsisten menunjukkan perkembangannya sejak berdiri sebagai lembaga riset nirlaba pada tahun 2015. Meskipun mengalami lonjakan nilai, perusahaan yang bermarkas di San Fransisco ini belum mencetak keuntungan.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan “AI bubble” jika produk seperti ChatGPT tidak mampu memenuhi harapan para investor yang telah menanamkan dana besar.  

Tantangan OpenAI

CEO OpenAI, Sam Altman, berusaha menepis kekhawatiran itu. Dalam kunjungan ke kompleks pusat data raksasa di Abilene, Texas, Altman menyebut bahwa perjalanan bisnis teknologi selalu diwarnai pasang surut.

“Selama sepuluh tahun kami beroperasi dan dalam puluhan tahun ke depan, akan selalu ada masa naik-turun. Ada yang berinvestasi berlebihan hingga merugi, dan ada yang kurang berinvestasi hingga kehilangan peluang besar,” ujarnya.

Altman menambahkan, perusahaan pasti akan membuat beberapa keputusan investasi yang kurang tepat dan mengalami fluktuasi jangka pendek.

Namun, ia optimistis bahwa dalam jangka panjang, AI akan mendorong pertumbuhan ekonomi baru yang belum pernah terjadi sebelumnya, sekaligus membawa kemajuan besar di bidang ilmu pengetahuan, kualitas hidup, dan kreativitas manusia.

Luncurkan 2 Bisnis Baru

Sejalan dengan semangat ekspansi tersebut, OpenAI juga meluncurkan dua lini bisnis baru.

Pertama, kerja sama dengan Etsy dan Shopify yang memungkinkan pengguna berbelanja daring langsung melalui ChatGPT. Kedua, kerja sama dengan aplikasi media sosial Sora, yang dirancang untuk membuat dan membagikan video berbasis AI. 

Walau terus berkembang cepat, OpenAI masih menghadapi tantangan untuk menyaingi kompensasi dan fasilitas yang diberikan perusahaan teknologi besar yang sudah tercatat di bursa.

Meta Platforms, induk perusahaan Facebook, misalnya, tengah gencar merekrut insinyur AI berpengalaman dan baru saja menginvestasikan USD 14,3 miliar di perusahaan AI Scale, yang berhasil merekrut CEO-nya, Alexandr Wang.

Kemitraan OpenAI

Meski bagian bisnis OpenAI bernilai hingga USD 500 miliar, kendali perusahaan tetap dipegang oleh lembaga induk yang berstatus nirlaba. Struktur ini membuat OpenAI tetap harus mengikuti misi sosial yang menjadi dasar pendiriannya.

Namun, perubahan struktur dan kemitraan besar OpenAI kini menarik perhatian regulator, termasuk jaksa agung dari California dan Delaware, yang mengawasi organisasi nirlaba di wilayah mereka. 

Dalam beberapa minggu terakhir, OpenAI juga menjalin kemitraan strategis dengan Oracle dan SoftBank untuk mengembangkan proyek pusat data bernama Stargate.

Selain itu, kemitraan lain juga dijalin dengan dengan Nvidia sebagai penyedia chip AI khusus yang dibutuhkan untuk pusat data tersebut. Perusahaan ini juga mulai mengurangi ketergantungannya pada Microsoft, yang selama ini menjadi pendukung utama.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |