Taylor Swift Kantongi Kekayaan Rp 34,83 Triliun, Ini Sumber Pundi-Pundi Hartanya

Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak miliarder dan bintang pop tetapi hanya ada satu Taylor Swift. Swift tidak hanya menjual album, timnya telah menciptakan seluruh ekosistem ekonomi yang mencakup penjualan album hingga pemesanan kamar hotel.

Mengutip CNN, Minggu (5/10/2025), Taylor Swift memiliki banyak peran. Ia adalah seorang penghibur global, produsen film dan berkat tunangannya dengan Travis Kelce, sosok yang tak terpisahkan dari NFL.

Pada 2023, Taylor Swift pun dinobatkan sebagai miliarder. Indeks miliarder Bloomberg memperkirakan kekayaan Taylor Swift tumbuh USD 1 miliar selama dua tahun terakhir.

Kini kekayaan Taylor Swift mencapai USD 2,1 miliar atau Rp 34,83 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.589). Hal ini karena perubahan pasar, uang dari Eras Tour yang memecahkan rekor dan film konsernya sendiri, serta pembelian hak cipta atas semua album awalnya.

Tidak seperti kebanyakan selebritas, Swift telah menjadikan urusan bisnis yang menguntungkan sebagai bagian dari persoananya, memposisikan dirinya di garda depan narasi panjang dalam bisnis musik kalau eksekutif yang tak terlihat menerima sebagian besar uang yang sebenarnya dihasilkan oleh artis.

“Taylor keluar dan berkata, saya tidak akan membiarkan itu terjadi, saya akan mengubah industri ini,” ujar Profesor Musik University of Oregon, Drew Nobile kepada CNN.

"Itulah mengapa seluruh Swiftonomics muncul,” ia menambahkan.

Rilis Film

Film konser terakhir Swift, “Taylor Swift: The Eras Tour” merupakan anugerah yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi box office pasca-COVID-19 yang lesu meraup USD 261,7 juta atau Rp 4,34 triliun di seluruh dunia, menurut data IMDB.

AMC, distributor film tersebut, mengatakan film tersebut "memecahkan rekor pendapatan penjualan tiket satu hari sebelumnya," memecahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh "Spider-Man: No Way Home," kurang dari tiga jam setelah tiket tersedia.

Swift juga memutuskan untuk bekerja sama langsung dengan jaringan bioskop AMC, menyingkirkan studio film tradisional, sehingga ia dapat memperoleh bagian laba kotor yang lebih besar.

Kini, Swift sedang mengerjakan film lain yang didistribusikan AMC, "Taylor Swift: The Official Release Party of a Showgirl," sebuah film konser yang dibingkai sebagai pesta perilisan album terbarunya yang diputar selama satu minggu. Deadline melaporkan film ini diperkirakan akan meraup pendapatan domestik antara USD 30 juta atau Rp 497,80 miliar hingga USD 35 juta atau Rp 580,77 miliar.

“Swift mendefinisikan ulang "bagaimana bioskop dapat digunakan untuk mempromosikan musik, karier, dan persona publiknya," ujar Kepala Tren Pasar di Comscore, Paul Dergarabedian kepada CNN.

Mendorong Bisnis Lokal

Tur Eras Taylor Swift yang masif bahkan menyebar ke 51 kota yang pernah ia kunjungi. Tur ini menjadi tur terlaris sepanjang masa dengan perkiraan keuntungan tak terduga sebesar USD 2,2 miliar atau Rp 36,5 triliun dari penjualan tiket di Amerika Utara saja.

Para penggemar Swift menghabiskan sekitar USD 5 miliar atau Rp 82,96 triliun di Amerika Serikat untuk tur Eras, menurut perusahaan survei Question Pro.

Asosiasi Perjalanan AS menemukan peserta Tur Eras menghabiskan rata-rata USD 1.300 atau Rp 21,57 juta untuk perjalanan, hotel, makanan, dan merchandise  hampir sama dengan penonton Super Bowl.

Kawasan pusat kota di kota-kota yang ia kunjungi melaporkan lonjakan lalu lintas dan hunian hotel, memecahkan rekor di kota-kota seperti Pittsburgh, Pennsylvania.

Meskipun perilisan album ini tentu tidak akan berdampak pada angka PDB seperti yang terjadi pada Eras Tour, profesor ekonomi Universitas Amerika, Kara Reynolds, mencatat album-album Swift cenderung menghabiskan lebih banyak uang secara lokal dibandingkan artis lain. Hal ini berdampak pada bisnis di bar-bar yang mengadakan pesta perilisan, pelanggan yang membeli pakaian baru untuk pesta tersebut, dan penjualan tiket di bioskop.

Bloomberg Billionaire's Index memperkirakan nilai musik yang dihasilkan Swift sejak 2019 mencapai USD 400 juta atau Rp 6,63 triliun.

Dengan Swift membeli kembali hak rekaman master album-album awalnya dari sebuah perusahaan ekuitas swasta, angka tersebut pasti akan meningkat karena ia kini memiliki kendali atas seluruh katalog musiknya, serta rekaman ulang "Taylor's Version".

Kini, Swift dapat mengandalkan kesuksesan historis dari karya-karya awalnya dan juga proyek-proyek baru sejak Eras Tour membawanya semakin terkenal.

Reynolds mengatakan ketika Swift merilis album, streaming karya-karyanya sebelumnya juga meningkat, dan itu pasti akan menghasilkan lebih banyak uang.

Swift telah menjadi artis global teratas Spotify selama dua tahun terakhir, dan album-albumnya telah meraih platinum – yang berarti terjual lebih dari satu juta kopi – lebih dari 100 kali. Itu belum termasuk single dan rilisan non-albumnya.

Maraknya layanan streaming berarti sudah jauh melewati masa di mana penjualan album menjadi model bisnis utama bagi para artis. Swift telah menjadi pelopor metode baru ini: memandang album baru sebagai pintu gerbang untuk mendorong "industri rumahan" seperti merchandise, edisi vinil dan kaset koleksi, tur, dan film.

"Ini bukan lagi sekadar penjualan album, atau sekadar tiket," kata Nobile. "Ini adalah keseluruhan perangkat ekonomi."