Tarif Impor Tekan Industri Kulit Global, Harga Sepatu dan Tas Diprediksi Terus Mahal

3 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan tarif impor kembali memberi tekanan besar pada industri kulit global. Dampaknya kini mulai terasa langsung di pasar ritel, mulai dari sepatu bot, tas tangan, hingga aksesori berbahan kulit. Para pelaku industri memperkirakan harga tinggi ini tidak akan bersifat sementara, bahkan berpotensi bertahan hingga beberapa tahun ke depan.

Produsen sepatu bot asal Amerika Serikat, Twisted X, menjadi salah satu contoh nyata. Perusahaan yang dikenal lewat sepatu bergaya Western ini mengalami guncangan besar ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberlakukan tarif impor tinggi pada April lalu. Dalam hitungan hari, biaya impor melonjak, pengiriman tertahan, dan margin keuntungan berubah drastis.

"Kami sampai mengubah ruang rapat menjadi semacam ‘ruang perang tarif’," kata CEO Twisted X, Prasad Reddy, kepada CNBC, dikutip Senin (29/11/2025).

Ia menyebut fluktuasi biaya terjadi begitu cepat hingga tim keuangan harus menghitung ulang margin hampir setiap jam. “Itu masa yang sangat tidak pasti.”

Tekanan Serentak di Sepanjang Rantai Pasok

Twisted X bukan satu-satunya. Perusahaan kulit, baik skala besar maupun kecil, menghadapi tantangan serupa. Stok lama sebelum tarif diberlakukan kini mulai habis, sementara pesanan baru datang dengan biaya yang jauh lebih tinggi.

Produk kulit yang saat ini beredar di pasaran diproduksi dengan bahan baku yang lebih mahal, melalui proses pengelolahan di luar negeri dengan ongkos lebih tinggi, serta biaya pengiriman yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini membuat harga di tingkat konsumen sulit turun dalam waktu dekat.

Yale Budget Lab memperkirakan harga barang-barang kulit akan bertahan hampir 22% lebih tinggi setidaknya selama satu hingga dua tahun ke depan.

Penyebab Lonjakan Harga

Lonjakan ini dipicu kombinasi inflasi, gangguan rantai pasok, dan tingginya paparan tarif di negara-negara pemasok utama antara lain China, Vietnam, Italia, dan India.

"Industri kulit terpukul karena dua hal,” ujar John Ricco dari Yale Budget Lab.

"Tarif tinggi dikenakan pada negara-negara pemasok utama, dan di saat yang sama Amerika Serikat sangat bergantung pada impor produk kulit dibandingkan produksi domestik.”

Dampak ke Raksasa Ritel

Tekanan biaya juga mulai diakui perusahaan besar. Tapestry, induk merek tas Coach dan Kate Spade, menyebutkan beban biaya terkait tarif bisa mencapai USD 160 juta atau Rp 2,68 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.760) . Manajemen perusahaan bahkan memperingatkan potensi tekanan keuntungan yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya.

Konglomerat alas kaki Steve Madden juga menyampaikan nada serupa. CEO Steve Madden, Edward Rosenfeld, mengatakan kuartal ketiga menjadi periode yang menantang, terutama akibat dampak tarif baru atas barang impor ke Amerika Serikat.

Ketergantungan Global Jadi Bumerang

Sebagian besar produk kulit buatan AS berawal dari kulit sapi mentah yang berasal dari peternakan domestik. Namun, kulit tersebut biasanya dikirim ke Asia untuk disamak, lalu dilanjutkan ke negara lain seperti China, Vietnam, India, atau Meksiko untuk dipotong, dijahit, dan dirakit sebelum kembali ke AS sebagai produk jadi.

Sistem ini menjaga biaya tetap rendah. Namun saat tarif diberlakukan, ketergantungan pada produksi luar negeri justru menjadi titik lemah.

"Begitu tarif diberlakukan, semuanya langsung berhenti," kataPresiden Leather and Hide Council of America, Kerry Brozyna.

Dia menilai, banyak pemasok tidak berani menerima pengiriman karena harga jual menjadi tidak kompetitif setelah memperhitungkan tarif.

Data Biro Sensus AS menunjukkan defisit perdagangan kulit yang signifikan. Pada 2023, AS mengimpor produk kulit senilai USD 1,37 miliar, sementara ekspor hanya USD 92,7 juta dolar AS. China menyumbang sekitar sepertiga dari total impor barang kulit ke AS.Kenaikan Harga Tak TerhindarkanSejumlah perusahaan mencoba menahan kenaikan harga, namun ruangnya semakin sempit. Twisted X mengaku masih mampu membatasi kenaikan harga sekitar 1% hingga 3% tahun ini.

“Kami menganggap ini sebagai kesuksesan,” ujar Tricia Mahoney, Kepala Pemasaran Twisted X. Namun ia mengakui tahun depan bisa menjadi lebih sulit, meski perusahaan merasa lebih siap.

Kenaikan Harga

Kenaikan sudah terlihat jelas. Tas ikonik Chanel Classic Flap kini sekitar 5% lebih mahal dibandingkan tahun lalu, setelah beberapa kali penyesuaian harga.

Ricco memperkirakan tekanan terbesar justru akan terasa pada 2026. Harga alas kaki dan aksesori kulit diprediksi naik hingga 22% dalam satu hingga dua tahun ke depan, dan sekitar 7% dalam jangka panjang.

"Tahun 2026 bisa menjadi titik krusial," ujarnya.

"Perusahaan harus memilih antara menaikkan harga, mengurangi tenaga kerja, atau memangkas imbal hasil pemegang saham,"

Produksi Domestik yang Terus Menyusut

Kemerosotan industri penyamakan kulit domestik juga mempersempit pilihan perusahaan untuk kembali ke produksi dalam negeri. Pada era 1950an, industri ini mempekerjakan lebih dari 300 ribu orang di sekitar 1.000 pabrik. Kini, jumlahnya menyusut menjadi sekitar 50 ribu pekerja dengan hanya beberapa ratus pabrik aktif.

Memindahkan Produksi

Alih-alih memulihkan manufaktur dalam negeri, banyak merek justru memindahkan produksi ke negara lain untuk menekan biaya, meski tetap berada di luar AS.

Krisis Bahan Baku dan Alternatif Sintetis

Masalah lain datang dari berkurangnya populasi sapi di AS akibat kekeringan, mahalnya pakan, dan pengurangan ternak.

Karena kulit merupakan produk sampingan industri daging dan susu, penurunan jumlah sapi otomatis mengurangi pasokan kulit. Bagi konsumen yang berharap beralih ke bahan sintetis, kabar baik pun tak datang. Banyak bahan kulit imitasi berbasis petrokimia juga berasal dari Asia dan terkena tarif.

Akibatnya, tas dan sepatu sintetis pun mengalami kenaikan biaya hingga dua digit.Dengan tekanan biaya yang datang dari berbagai arah, pelaku industri sepakat harga barang kulit kemungkinan akan tetap tinggi dalam waktu lama dan konsumen perlu bersiap menghadapi era baru harga sepatu dan tas yang semakin mahal

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |