Tak Cuma Andalkan AS-Eropa, Mendag Nego Perluas Pasar ke Afrika

1 day ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Budi Santoso menilik perluasan pasar ekspor ke kawasan Afrika dan Amerika Latin. Perundingan dengan beberapa negara ada yang sudah rampung dan sedang berjalan.

Budi menegaskan tak ingin bergantung pada pasar Eropa dan Amerika Serikat saja. Tapi, mencoba juga memperluas pasar ke kawasan lain.

"Kita tidak hanya mengandalkan negara-negara Eropa, Amerika, tapi kita juga negara-negara Amerika Latin. Nanti setelah itu kita mencoba masuk ke Afrika," ungkap Budi, ditemui di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (11/8/2025).

Dia mengatakan sudah menjajaki kerja sama ekonomi dengan Afrika. Meski mulanya Afrika meminta perjanjian dagang secara kawasan, dan itu akan membutuhkan waktu lebih lama.

Meski begitu, Budi mengakui telah mendapat lampu hijau untuk menjalin kerja sama perdagangan dengan Afrika Selatan. Hal ini memberi angin segar untuk memperluas jangkauan ekspor produk Tanah Air.

"Sebelumnya perundingan dengan Afrika sudah kita mulai, tapi Afrika itu maunya kawasan. Kawasan itu lama, ya, karena harus ada kesepakatan dari negara-negara anggota. Nah, kita ingin mencoba melakukan bilateral. Kemarin Afrika Selatan sudah menyatakan siap untuk melakukan perundingan bilateral. Jadi kita ingin mencoba pasar kita ke mana saja ya, karena potensi kita, industri kita besar," beber dia.

Perdagangan RI-Peru Bisa Naik 2 Kali Lipat

Diberitakan sebelumnya, Menteri Perdagangan Budi Santoso meyakini nilai perdagangan Indonesia dan Peru bisa meningkat dua kali lipat usai kesepakatan ekonomi komprehensif kedua negara. Menurutnya, ada sejumlah kemudahan yang bisa meningkatkan nilai dagang tersebut.

Adapun, pada 2024, nilai perdagangan Indonesia-Peru mencapai USD 480,7 juta. Targetnya, pelaksanaan kerangka Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP CEPA) bisa mendongkrak nilai ini dua kali lipat lebih tinggi.

"Ya, nanti setelah implementasi CEPA berjalan ya minimal 2 kali lipat total trade-nya," kata Budi, ditemui di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (12/8/2025).

Kemudahan Hadirnya IP-CEPA

Dia menjelaskan, dari total perdagangan USD 480,7 juta pada 2024 tadi mencatatkan surplus bagi Indonesia senilai USD 181 juta. Keuntungan perdagangan kedepannya terletak setelah ditandatanganinya IP-CEPA.

Pada tahap awal, baru akan dilaksanakan pada koridor perdagangan barang antara Indonesia dan Peru. Namun, Budi memastikan, perjanjian lainnya bisa dibahas selanjutnya dengan lebih mudah.

"Jadi ada kerangkanya kerjasama dagang. Jadi kedepan kalau mau nambah item-item kerjasama yang lain itu mudah. Kalau kita memulai dari total trade yang sudah besar, biasanya (perundingan) perjanjian CEPA-nya lama, kita hanya 14 bulan ya. Kita dengan EU (Uni Eropa) berapa? 10 tahun, ini dengan Peru cuma (kurang lebih) 10 bulan," ujar dia..

Target Perdagangan RI-Peru USD 5 Miliar

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan nilai ekspor Indonesia ke Peru bisa tembus USD 5 miliar atau setara Rp 81 triliun (asumsi kurs Rp 16.200) dalam beberapa tahun kedepan. Menyusul adanya komitmen dalam kerangka Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP-CEPA).

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono mengamini target itu jadi angka yang ambisius. Mengingat lagi jumlah perdagangan Indonesia-Peru di 2024 saja masih di bawah USD 500 juta.

"So far kita baru USD 500 juta atau setengah miliar, jadi itu yang USD 5 miliar itu angka-angka yang sangat-sangat ambisius. Enggak apa-apa kita taruh di situ, misalnya 5-10 tahun, it's okay. Kan CEPA ini akan berlangsung atau berjalan, ya harapannya selamanya ya," ungkap Djatmiko dalam Media Briefing di Kantor Kemendag, Jakarta, Selasa (12/8/2025).

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |