Siap-siap, Harga Emas Dunia Melambung Jika The Fed Pangkas Suku Bunga

8 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat ekonomi dan komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan, sinyal pemangkasan sebesar 25 basis poin menjadi salah satu katalis utama yang mendorong optimisme di pasar emas dunia.

Menurut Ibrahim, meskipun The Fed masih menunjukkan sikap hati-hati, investor mulai mengantisipasi kebijakan yang lebih longgar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang melambat.

"Yang menyebabkan harga emas dunia maupun logam mulia terjadi fluktuatif? Kemungkinan besar kalau secara teknikal mengindikasi karena akan naik. Salah satunya dampak dari kemarin pemangkasab suku bunga 25 basis point walaupun Bank Sentral saat itu masih ragu untuk menurunkan suku bunga," kata Ibrahim dalam keterangannya, Selasa (4/11/2025).

Ia menambahkan, berdasarkan data terakhir, harga emas dunia ditutup di USD 4.003 per troy ounce pada akhir pekan, dengan potensi kenaikan menuju level USD 4.292 hingga akhir November.

"Nah, dalam satu minggu kemungkinan supportnya itu di USD 3.863, kemudian resisten kedua itu di USD 4.145. Nah ada kemungkinan besar sampai di bulan November ada kemungkinan besar berdasarkan data hari ini di USD 4.292," ujarnya.

Kebijakan Moneter Longgar

Kebijakan moneter longgar dari bank sentral utama dunia, termasuk The Fed, diyakini akan memperkuat posisi emas sebagai aset lindung nilai (safe haven). Ibrahim menjelaskan, setiap kali bank sentral menurunkan suku bunga, arus investasi cenderung beralih dari dolar ke emas.

Ia juga menyoroti bahwa pelemahan indeks dolar AS, yang kini berada di level 99,746, menjadi faktor tambahan yang mendorong penguatan harga emas. Level psikologis dolar di bawah 100 menunjukkan tekanan yang signifikan, dan hal ini membuat emas lebih kompetitif bagi investor global yang memegang mata uang lain.

"Terus kalau kita lihat untuk indeks dolar sendiri ya saat ini ditransaksikan di 99,746. Support pertama itu adalah di 99,400. Support kedua di 98,900. Kemudian resisten pertama di 100,030. Kemudian resisten kedua di 100,500," ujarnya.

Data Ekonomi AS

Selain itu, menurut Ibrahim, data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan turut memperkuat alasan bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter.

Inflasi yang mulai terkendali serta risiko shutdown pemerintahan federal juga menjadi bahan pertimbangan bagi otoritas moneter.

"Mungkin bisa saja bahwa shutdown yang ada di Amerika akan kembali dibuka dan ini akan membuat data ekonomi Amerika semakin jelas tidak lagi tabu," pungkasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |