Salip Jepang, California Catat Ekonomi Terbesar ke-4 di Dunia

13 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi California telah melampaui ekonomi Jepang. Dengan demikian, negara bagian Amerika Serikat (AS) itu sebagai kekuatan ekonomi global terbesar keempat.

Mengutip BBC, Minggu (27/4/2025), Gubernur Gavin Newsom memuji data baru dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Biro Analisis Ekonomi AS yang menunjukkan pertumbuhan California.

Data tersebut menunjukkan produk domestik bruto (PDB) California mencapaiUSD 4,10 triliun atau sekitar Rp 69.040 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.839) (£3,08 triliun) pada 2024, melampaui Jepang, yang tercatat sebesar USD 4,01 triliun atau sekitar Rp 67.525 triliun. Negara bagian itu kini hanya tertinggal dari Jerman, China, dan AS secara keseluruhan.

"California tidak hanya mengimbangi dunia, kami juga yang mengaturnya," kata Newsom seperti dikutip dari BBC.

Angka-angka baru itu muncul saat Newsom menentang tarif Presiden Donald Trump dan menyuarakan kekhawatiran tentang masa depan ekonomi negara bagian itu.

California memiliki pangsa produksi manufaktur dan pertanian terbesar di AS. Negara bagian itu juga merupakan rumah bagi inovasi teknologi terkemuka, pusat industri hiburan dunia, dan dua pelabuhan laut terbesar di negara itu.

Newsom, seorang Demokrat terkemuka dan calon presiden pada 2028, mengajukan gugatan hukum yang menantang kewenangan Trump untuk mengenakan pungutan, yang telah menyebabkan gangguan pada pasar dan perdagangan global.

Trump telah memberlakukan pungutan 10% pada hampir semua negara yang mengimpor ke AS, setelah mengumumkan jeda 90 hari pada tarif yang lebih tinggi.

Tarif 25% lainnya dikenakan pada Meksiko dan Kanada. Namun, pungutan pada China  telah menyebabkan perang dagang habis-habisan dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.

Trump mengenakan pajak impor hingga 145% pada barang-barang Tiongkok yang masuk ke AS dan Tiongkok membalas dengan pajak 125% pada produk-produk Amerika.

Dampak Tarif

Pemerintahnya mengatakan minggu lalu ketika tarif baru ditambahkan ke tarif yang sudah ada, pungutan pada beberapa barang Tiongkok dapat mencapai 245%. Newsom mencatat kekhawatirannya tentang masa depan ekonomi negara bagian.

"Sementara kami merayakan keberhasilan ini, kami menyadari bahwa kemajuan kami terancam oleh kebijakan tarif yang gegabah dari pemerintah federal saat ini," katanya.

"Ekonomi California menggerakkan negara, dan harus dilindungi,” ia menambahkan.

Trump berpendapat perang dagangnya hanya menyeimbangkan keadaan setelah bertahun-tahun AS dimanfaatkan. Tarif tersebut merupakan upaya untuk mendorong pabrik dan lapangan kerja kembali ke AS.

Tarif merupakan salah satu pilar utama agenda ekonominya, seperti halnya pemotongan suku bunga, yang bertujuan untuk mengurangi biaya pinjaman bagi warga Amerika. Data baru menunjukkan PDB California berada di belakang AS sebesar USD 29,18 triliun, Tiongkok sebesar USD 18,74 triliun, dan Jerman sebesar USD 4,65 triliun. Data tersebut juga menunjukkan California merupakan negara dengan pertumbuhan tercepat di antara negara-n

egara tersebut. Ekonomi Jepang berada di bawah tekanan karena populasinya yang menurun dan menua, yang berarti tenaga kerjanya menyusut dan biaya perawatan sosial membengkak. Minggu ini, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk Jepang dan memproyeksikan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya karena dampak tarif yang lebih tinggi.

"Dampak tarif yang diumumkan pada tanggal 2 April dan ketidakpastian terkait mengimbangi penguatan konsumsi swasta yang diharapkan dengan pertumbuhan upah di atas inflasi yang meningkatkan pendapatan rumah tangga yang dapat dibelanjakan," kata laporan World Economic Outlook.

Bos JPMorgan: Tarif Dagang Berisiko Perlemah Ekonomi AS

Sebelumnya, CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon mengingatkan bahwa serangkaian tarif impor baru yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump berisiko mendongkrak harga barang domestik dan impor sehingga membebani ekonomi AS yang telah melambat.

Dalam surat tahunannya kepada pemegang saham, Dimon membahas dampak dari tarif impor yang diumumkan Trump pada 2 April lalu.

"Apa pun pendapat Anda tentang alasan yang sah untuk tarif yang baru diumumkan, dan, tentu saja, ada beberapa atau efek jangka panjang, baik atau buruk, kemungkinan besar akan ada efek jangka pendek yang penting," kata Dimon, dikutip dari CNBC International, Selasa (8/4/2025).

"Kita mungkin akan melihat hasil inflasi, tidak hanya pada barang impor tetapi juga pada harga domestik, karena biaya input meningkat dan permintaan meningkat pada produk domestik," ungkapnya.

"Apakah daftar tarif menyebabkan resesi atau tidak masih menjadi pertanyaan, tetapi itu akan memperlambat pertumbuhan," lanjutnya.

Dimon menjadi CEO pertama dari bank besar Wall Street yang secara terbuka membahas kebijakan tarif Trump yang luas saat pasar global jatuh.

Meskipun bos raksasa perbankan itu sering menggunakan platformnya untuk menyoroti risiko geopolitik dan keuangan global, surat tahun ini datang pada momen pasar keuangan yang bergejolak.

Saham telah jatuh bebas sejak pengumuman tarif impor Trump, menyebabkan minggu terburuk bagi ekuitas AS sejak pandemi Covid-19 pada 2020.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |