Rupiah Terkapar ke 16.749 per Dolar AS, Analis Ingatkan Risiko Utang dan Rendahnya Tax Ratio

1 month ago 31

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Kamis (25/9/2025). Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menilai pelemahan ini salah satunya dipengaruhi oleh disiplin fiskal pemerintah di tengah belanja negara yang ekspansif.

“Belanja ekspansif pemerintah akan dibiayai lebih dominan dengan utang di tengah minat asing terhadap obligasi negara yang turun,” ujarnya di Jakarta.

Pada penutupan perdagangan, rupiah melemah 65 poin atau 0,02 persen menjadi Rp 16.749 per dolar AS dibandingkan sebelumnya Rp 16.684 per dolar AS. Sementara itu, kurs JISDOR Bank Indonesia juga melemah ke level Rp16.752 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.680 per dolar AS.

Menurut Rully, kepemilikan asing terhadap obligasi negara kini turun drastis. Jika dulu sempat mendekati 40 persen, saat ini berada di bawah 20 persen. Kondisi ini membuat Bank Indonesia terpaksa melakukan burden sharing dengan menyerap obligasi negara, yang berisiko memicu inflasi lebih tinggi.

“Pembiayaan dari pajak juga melemah, terindikasi dari tax ratio di bawah 10 persen, karena penerimaan terbesar berasal dari pajak penghasilan industri pengolahan yang di dalamnya ada buruh sebagai pajak penghasilan per orang,” jelasnya.

Sisi Ekternal

Rully menyarankan pemerintah mempercepat proses industrialisasi untuk meningkatkan penerimaan pajak, baik dari perusahaan maupun dari sistem penggajian (payroll).

“Semaksimal mungkin (perlu) mengurangi ketergantungan pembiayaan belanja dari utang,” tegasnya.

Di sisi eksternal, rupiah turut tertekan oleh pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang dinilai kurang dovish terkait rencana pemangkasan suku bunga AS.

Powell menegaskan bahwa ruang penurunan suku bunga masih terbatas karena risiko inflasi akibat kebijakan tarif, sehingga memperbesar ketidakpastian arah kebijakan moneter global.

Waspada! Pelemahan Rupiah Menuju Level 16.900 per Dolar AS

Sebelumnya, pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi, mengatakan nilai tukar rupiah terus menunjukkan pelemahan signifikan dalam beberapa hari terakhir.

Kata Ibrahim tren ini bukanlah kejutan besar, sebab Menteri Keuangan sebelumnya Sri Mulyani sudah memproyeksikan rupiah berada di kisaran Rp 16.900 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam APBN 2025. Saat ini, arah pergerakan mata uang nasional seakan membenarkan ramalan tersebut.

“Jadi, jangan heran apa yang diperkirakan oleh Sri Mulyani di APBN 2025 bahwa rupiah ini di Rp 16.900 kemungkinan besar akan terjadi,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Senin (22/9/2025).

Ibrahim menegaskan bahwa pelemahan rupiah bukan hanya karena faktor eksternal, tetapi juga dipicu ketidakpastian di dalam negeri. Salah satu penyebab utamanya adalah pernyataan-pernyataan dari para pejabat di sektor ekonomi yang dinilai lebih sarat muatan politik ketimbang memberikan kepastian ekonomi.

Situasi ini menekan persepsi investor. Ketidakjelasan arah kebijakan membuat pasar meragukan kemampuan pemerintah menjaga stabilitas, sehingga modal asing memilih keluar. Tekanan terhadap rupiah pun semakin sulit ditahan.

“Banyak yang mengatakan bahwa Menteri Keuangan kebanyakan adalah memberikan bumbu-bumbu politik dibandingkan bumbu-bumbu ekonomi. Nah, ini yang sebenarnya membuat arus modal asing kembali lagi mengalami penarikan besar-besaran ke luar negeri,” ujarnya.

Maka dengan kondisi seperti ini, level Rp 16.900 per dolar AS yang dulu hanya sekadar proyeksi kini menjadi ancaman nyata. Bahkan, jika ketidakpastian berlanjut, bukan tidak mungkin Rupiah akan melewati angka tersebut.

Pasar Butuh Kepastian, Bukan Ketidakjelasan

Selain faktor domestik, kondisi global memang turut memberikan tekanan, mulai dari perang Rusia-Ukraina hingga ketidakpastian politik di Amerika Serikat. Namun, faktor eksternal ini seharusnya bisa diredam dengan komunikasi yang tepat dan strategi kebijakan yang konsisten.

Jika pemerintah gagal memberikan kepastian, maka potensi Rupiah menembus proyeksi Rp 16.900 per dolar AS sebagaimana diperkirakan dalam APBN 2025 bisa menjadi kenyataan lebih cepat. Bahkan, risiko pelemahan lebih dalam juga terbuka lebar.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |