Rupiah Loyo Lawan Dolar AS, Sampai Kapan?

1 month ago 18

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah loyo pada pembukaan perdagangan hari ini Selasa 12 Agustus 2025. Rupiah melemah sebesar 9 poin atau 0,06 persen menjadi 16.289 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya 16.280 per dolar AS.

Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan nilai tukar atau kurs rupiah melemah seiring penundaan tarif Amerika Serikat (AS) terhadap China diperpanjang.

“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang rebound menyusul diperpanjangnya penundaan tarif pada China untuk 90 hari,” katanya dikutip dari Antara, Selasa (12/8/2025).

Mengutip Kyodo, Presiden AS Donald Trump pada Senin menandatangani perintah eksekutif yang memperpanjang gencatan perang tarif dengan China selama 90 hari. Tanpa perpanjangan tersebut, produk-produk buatan China yang masuk ke AS akan dikenakan tarif tambahan sebesar 24 persen mulai Selasa (12/8).

Para pejabat memastikan bahwa kedua negara berencana memperpanjang penundaan itu setelah melakukan pembicaraan tingkat tinggi di Stockholm, Swedia, akhir Juli lalu.

Pada pertengahan Mei, AS dan China sepakat untuk menahan tarif tinggi yang saling mereka terapkan selama perang dagang. Gencatan itu adalah hasil kesepakatan di Jenewa pada putaran pertama perundingan kedua negara.

Impor dari China

Saat ini, AS memberlakukan tarif 10 persen dari rencana kenaikan 34 persen untuk seluruh impor dari China. Tarif awal 10 persen itu diberlakukan sejak awal April di bawah skema tarif "timbal balik," sementara sisa kenaikannya masih akan dirundingkan.

China juga mempertahankan tarif 10 persen dari rencana kenaikan 34 persen untuk seluruh barang AS yang diimpor, sementara sisa 24 persen masih dalam tahap negosiasi.

“Dampak tarif lebih besar pada dolar AS (karena) dampaknya pada ekonomi AS lebih besar,” ucap Lukman.

Pelemahan kurs rupiah juga dipengaruhi sikap antisipasi investor atas angka inflasi AS yang diperkirakan akan menunjukkan kenaikan harga.

“Inflasi umum diperkirakan naik ke 2,8 persen dari 2,7 persen dan inflasi inti naik ke 3 persen dari 2,9 persen,” ungkap dia.

Rupiah Kemarin

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada pembukaan perdagangan di awal pekan ini. Penguatan rupiah ini dipengaruhi sentimen eksternal yaitu potensi pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed).

Pada Senin (11/8/2025), nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan di Jakarta menguat sebesar 42 poin atau 0,26 persen menjadi Rp 16.251 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.293 per dolar AS.

Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong menjelaskan, rupiah berpotensi menguat seiring pernyataan dovish pejabat Fed Michelle Bowman.

“Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS yang masih dalam tekanan dari prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed menyusul pernyataan dovish The Fed Bowman yang mendukung tiga kali pemangkasan hingga akhir tahun,” katanya dikutip dari Antara. 

Data ketenagakerjaan Nonfarm Payrolls (NFP) Amerika Serikat (AS) yang sangat melemah pada pekan lalu menjadi faktor utama Bowman memberikan dukungan pemotongan suku bunga Fed.

Tercatat, NFP AS mencapai 73 ribu lapangan kerja pada Juli 2025, jauh di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 106 ribu. Data pekerjaan dua bulan sebelumnya juga direvisi turun secara total menjadi lebih dari 250 ribu, yakni dari 147 ribu menjadi 14 ribu pada Juni dan 144 ribu menjadi 19 ribu pada Mei.

Menurut Lukman, revisi besar tersebut memicu keraguan atas data-data pekerjaan AS yang selama ini telah dipublikasikan.

Sentimen Dalam Negeri

Di sisi lain, penguatan rupiah turut dipengaruhi prediksi kenaikan data penjualan ritel Indonesia yang akan diumumkan siang nanti.

“Penjualan ritel Indonesia diperkirakan akan meningkat 1,7 persen pada bulan Juli,” kata Lukman.

Pada bulan lalu, Bank Indonesia memaparkan bahwa kinerja penjualan eceran diprakirakan meningkat pada Juni 2025. Indeks Penjualan Riil (IPR) Juni 2025 diprakirakan tumbuh sebesar 2,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya, sehingga mencapai level 233,7.

Peningkatan tersebut terutama bersumber dari Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Suku Cadang dan Aksesori, serta Subkelompok Sandang.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kurs rupiah diperkirakan berkisar Rp 16.200-Rp 16.300 per dolar AS.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |