Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2025-2034 Disebut Jadi RUPTL Paling Hijau

2 weeks ago 17

Liputan6.com, Jakarta Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) akan menggelar Electricity Connect 2025 pada 19–21 November 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC). Acara ini merupakan rangkaian peringatan Hari Listrik Nasional (HLN) ke-80 yang penyelenggaraannya didukung penuh oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta PT PLN (Persero).

Ketua Panitia Pelaksana Electricity Connect 2025 sekaligus Sekretaris Jenderal MKI, Arsyadany G. Akmalaputri, mengatakan konferensi dan pameran di Electricity Connect 2025 akan mempertemukan pemangku kebijakan, pemimpin industri, dan inovator lintas sektor ketenagalistrikan untuk membentuk arah baru masa depan energi Indonesia.

Agenda ini searah dengan komitmen pemerintah untuk mendorong transisi energi hijau di tanah air.

“Kami mengapresiasi keseriusan pemerintah dalam transisi energi yang tercermin dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 yang boleh dibilang sebagai RUPTL paling hijau. Momentum positif ini harus dijaga agar ekosistem industri energi nasional semakin mandiri dan berdaya saing,” ujar Arsyadany, Selasa (10/7/2025).

Pihaknya berharap Electricity Connect 2025 akan membuka lebih banyak pintu kolaborasi dan inovasi dari para pelaku industri energi dalam negeri maupun kawasan regional. Ia optimis agenda tahun ini dapat mengikuti kesuksesan penyelenggaraan tahun lalu yang berhasil menjadi forum internasional ketenagalistrikan.

“Bagi para pelaku industri sektor energi di kawasan Asia, Electricity Connect 2025 menawarkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk saling berbagi wawasan, membangun kemitraan, dan memajukan inovasi bersama untuk memperkuat transisi energi baru dan terbarukan di kawasan Asia, ASEAN pada khususnya,” kata Arsyadany.

Ajang Pameran

Acara ini akan menempati area lebih dari 4.000 meter persegi dengan beragam agenda, mulai dari konferensi, pameran, penandatanganan nota kesepahaman, supplier gathering, hingga one-on-one meeting.

Sedangkan untuk pameran, akan menampilkan seluruh jenis pembangkit, dari konvensional hingga EBT seperti hidro, panas bumi, surya, angin, dan energi laut, serta teknologi pintar seperti smart grid, distributed power generation, digitalisasi energi, dan energy storage system.

“Acara ini akan diisi oleh pemaparan dari para ahli bidang ketenagalistrikan, para industriawan, pelaku usaha ketenagalistrikan para penentu kebijakan di bidang energi dan ketenagalistrikan,” tutup Arsyadany.

Program Cofiring Diperluas, Biomassa jadi Peluang Usaha Baru

Biomassa menjadi peluang usaha baru di tengah upaya pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Pasalnya kebutuhan energi tersebut terus meningkat seiring pengurangan konsumsi batu bara pada PLTU.

Direktur Biomassa PLN Energi Primer Indonesia (EPI), Hokkop Situngkir, program cofiring yang memanfaatkan biomassa untuk mengurangi konsumsi batu bara pada PLTU terus diperluas. Hal ini membuat kebutuhan biomassa terus meningkat.

PLN EPI mencatat realisasi pasokan biomassa untuk cofiring PLTU mencapai 1,6 juta ton pada 2024.

“Bioenergi itu tidak hanya bicara material yang dibakar, tetapi seluruh jejak karbon dari sumber bahan baku hingga pembakaran. Kami memastikan setiap tahun ada peningkatan signifikan pemanfaatan biomassa sesuai peta jalan nasional dalam Permen ESDM 12/2023 dan RUPTL 2025–2034,” ujar Hokkop, Jumat (12/9/2025).

Hokkop mengungkapkan, meningkat ya kebutuhan energi tersebut menunjukan biomassa bukan sekadar bahan bakar alternatif, tetapi juga ekosistem ekonomi kerakyatan. Pemanfaatan peluang usaha biomassa pun terbuka luas karena melibatkan UMKM, kelompok tani, dan mitra lokal.

“Yang dulunya limbah seperti serbuk gergaji, atau sekam hanya dibakar, sekarang bisa bernilai ekonomi. Ini bukan hanya energi bersih, tapi juga pemberdayaan masyarakat,” tuturnya.

Hokkop mengakui tantangan utama masih ada pada kestabilan pasokan, kesenjangan kapasitas pengolahan, hingga harmonisasi kebijakan.

“Industri bioenergi kita belum sepenuhnya terbentuk. Padahal banyak limbah industri yang belum dimanfaatkan. Ke depan, konsep sub-hub, hub, dan main hub bisa menjamin kualitas sekaligus memfasilitasi produksi biomassa secara berkelanjutan,” tutur Hokkop.

Pengembangan Biomassa

Kementerian ESDM mencatat, Sejalan dengan arah kebijakan nasional, pengembangan biomassa menjadi salah satu program prioritas menuju swasembada energi. Berbeda dengan energi terbarukan lain, bioenergi membutuhkan usaha berkelanjutan karena berbasis lahan dan sumber daya hayati.

Biomassa dapat dimanfaatkan untuk cofiring di pembangkit, pemakaian langsung, hingga bahan baku Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebagaimana praktik di sejumlah negara lain.

Potensi biomassa di Indonesia masih sangat besar, baik melalui jaringan PLN (on-grid) maupun untuk kebutuhan sendiri (off-grid/captive power) yang kontribusinya saat ini justru lebih dominan.

Tantangan utamanya ada pada skala keekonomian, biaya logistik pengumpulan dan distribusi, serta keberlanjutan pasokan. Pemanfaatan teknologi seperti AI dan IoT dinilai penting untuk melacak rantai pasok biomassa dari hulu ke hilir agar akuntabel dan traceable.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |