Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan pembuat pesawat Boeing dan maskapai penerbangan Qatar Airways menandatangni kesepakatan pembelian 210 pesawat. Ini merupakan rekor terbesar pemesanan pesawat berbadan lebar yang pernah dibuat oleh pembuat pesawat AS tersebut. Pesanan ini juga merupakan yang terbesar dalam sejarah Qatar Airways.
Dalam kesepakatan ini, Qatar Airways memesan 130 pesawat Boeing 787 Dreamliner dan 30 pesawat 777-9 yang telah lama tertunda, dengan opsi hingga 50 pesawat lagi.
Dikutip dari CNBC, Kamis (15/5/2025), selain dengan Boeing, Qatar Airways Airways juga menandatangani perjanjian dengan GE Aerospace untuk lebih dari 400 mesin guna menggerakkan pesawat Boeing. Pembelian mesin pesawat berbadan lebar tersebut merupakan yang terbesar dalam sejarah GE Aerospace.
Boeing dan Qatar Airways mencapai kesepakatan tersebut selama kunjungan kenegaraan Presiden Donald Trump dengan emir Qatar, bagian dari tur empat hari presiden tersebut di Timur Tengah.
CEO Boeing Kelly Ortberg hadir bersama Trump di Amiri Diwan di Doha untuk upacara penandatanganan.
“Ini adalah langkah penting berikutnya bagi Qatar Airways dalam perjalanan kami saat kami berinvestasi dalam armada terbersih, termuda, dan paling efisien dalam penerbangan global,” kata CEO Qatar Airways Badr Mohammed Al-Meer dalam keterangan tertulis.
Membuka Lapangan Kerja
CEO Boeing Commercial Airplanes Stephanie Pope mengatakan, pesanan yang memecahkan rekor dengan Qatar Airways ini memperkuat armada masa depan mereka dengan keluarga pesawat berbadan lebar terdepan.
Pesawat 777-9 bermesin ganda dengan 426 kursi itu adalah bagian dari seri 777X Boeing, yang belum melakukan pengiriman apa pun dan masih belum disertifikasi oleh Federal Aviation Administration.
Gedung Putih sebelumnya pada hari Rabu menilai kesepakatan pesawat tersebut senilai USD 96 miliar, dan mengatakan bahwa kesepakatan itu akan mendukung 154.000 pekerjaan di AS setiap tahunnya dan lebih dari satu juta pekerjaan di dalam negeri secara total.
Namun, Boeing dan Qatar Airways mengatakan bahwa kesepakatan itu akan menghasilkan sekitar 400.000 pekerjaan di AS.
Situs web Boeing mengatakan bahwa saat ini mereka mempekerjakan sekitar 170.000 orang di seluruh dunia.
"Ini adalah pesanan jet terbesar dalam sejarah Boeing," kata Trump setelah Ortberg menandatangani perjanjian di Amiri Diwan.
Membantu Kinerja Keuangan Boeing
Kesepakatan itu bisa menjadi keuntungan bagi Boeing, yang belum membukukan laba sejak 2018. Pembuat pesawat itu telah dirundung oleh masalah keselamatan utama, cacat produksi, pembengkakan biaya, dan pemogokan masinis selama hampir dua bulan tahun lalu.
Transaksi bisnis Boeing juga telah terganggu oleh perang dagang Trump. China berhenti menerima pengiriman pesawat Boeing ke maskapai penerbangannya sebagai tanggapan atas tarif AS, kata Ortberg bulan lalu.
Namun, perusahaan baru-baru ini mempersempit kerugiannya karena menangani tumpukan pesanan senilai lebih dari USD 500 miliar, kata Ortberg dalam laporan laba kuartal pertama Boeing.
"Ini berita bagus untuk South Carolina dan Boeing," kata Senator Lindsey Graham, R-S.C., yang menyebut kesepakatan itu sebagai "pengubah permainan."
Hadiah Pesawat untuk Trump
Kesepakatan yang diumumkan Rabu kemarin akan hampir menggandakan armada Qatar Airways yang berjumlah 233 pesawat.
Hal itu juga dapat menarik lebih banyak perhatian terhadap penerimaan Trump, dan pembelaan, atas tawaran Qatar untuk menghadiahkan AS sebuah jet mewah 747 yang akan bertindak sebagai Air Force One baru.
Partai Demokrat mengecam tindakan tersebut sebagai tindakan yang korup dan tidak konstitusional, dan beberapa sekutu Trump dari Partai Republik di pemerintahan dan media juga menyatakan kekhawatirannya.