Liputan6.com, Jakarta Isu tentang tingginya polusi udara di berbagai daerah, mendapat perhatian serius dari pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Wakil Ketua Komite Tetap KADIN Indonesia Bidang Motor Listrik Agung Pamungkas menilai tingginya polusi udara yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia punya efek yang luar biasa terhadap masa depan Indonesia, khususnya masa depan anak Indonesia.
"Kasus ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena ini menyangkut anak-anak kita kedepan. Artinya harus ada langkah konkret dari pemerintah untuk menekan tingginya polusi udara ini," kata Agung Pamungkas,
Selain itu, Don Papank yang juga aktif di Wakomtap Kadin Indonesia bidang motor listrik ini menyebut tingginya polusi udara di berbagai wilayah, diakibatkan oleh penggunaan karbon yang berlebihan.
Untuk itu, Don Papank mendorong agar pemerintah menggenjot kembali penggunaan kendaraan rendah korban dengan beralih ke motor dan mobil listrik.
"Solusinya adalah, mari pemerintah ini menseriusi penggunaan kendaraan motor atau mobil listrik. Agar kasus ini (polusi udara, red), tidak merembet kemana-mana," pungkas.
Transportasi Publik Bisa Kurangi Polusi Udara, Pejabat Harus Jadi Contoh
Sebelumnya, polusi udara kawasan perkotaan masih terus menjadi pekerjaan rumah (PR) yang tak kunjung terselesaikan. Salah satu solusinya bisa dilakukan melalui peralihan dari kendaraan pribadi ke tranaportasi publik.
Co-Founder Bicara Udara, Novita Natalia menekankan perlunya penanganan polusi dari kendaraan jadi prioritas pemerintah. Upaya antardaerah dalam kawasan aglomerasi pun bisa dilakukan.
"Selain itu transportasi lintas wilayah juga perlu dibuat memadai, aman dan nyaman. Tapi lebih dari itu, para pemimpin perlu mencontohkan dengan ikut menggunakan transportasi publik agar dapat merasakan kualitasnya secara langsung dan mendorong perbaikan berkelanjutan,” kata Novita dalam keterangan resmi, Selasa (30/9/2025).
Memanggapi itu, Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya Sugiarto mengaku sepakat. Kesadaran masyarakat atas transportasi publik perlu terus ditingkatkan. Hal ini sejalan dengan memperbaiki sistem transportasi umum agar semakin menarik.
“Bila terdapat gerakan masif masyarakat beralih ke transportasi publik, pemerintah akan semakin terdorong untuk terus memperbaiki layanan dan infrastrukturnya," katanya.
Bima menilai, kawasan aglomerasi seperti Jabodetabekpunjur menghadapi tantangan polusi udara yang kompleks dan saling terhubung. "Strategi pengendalian pencemaran udara pun dapat diterapkan dengan lebih presisi, sekaligus menginspirasi semakin banyak individu untuk menjadi advokat udara bersih,” tandas Bima.
Konektivitas Transportasi Umum Jadi Kendala
Gubernur Jakarta, Pramono Anung, memberikan contoh langsung penerapan kebijakan wajib menggunakan transportasi publik setiap hari Rabu. Pada kesempatan tersebut, ia menaiki TransJakarta dari rumah dinasnya di Taman Suropati menuju sebuah acara di Hotel Balairung, Matraman.
Usai menjajal trayek tersebut, Pramono melakukan transit dengan menggunakan dua bus. Dia mengamini, selama perjalanan masih ada hal-hal yang perlu dievaluasi. Salah satunya, konektivitas.
"Saya membuktikan sendiri ternyata dari satu halte ke halte lain yang dekat yang saya pikir jalan kaki lebih cepat bapaknya tadi naik mobil, jadi artinya sarana transportasi publik di Jakarta ini sudah dimanfaatkan banget hanya memang karena konektivitasnya belum maksimal sehingga secara keseluruhan masih perlu dilakukan perbaikan," kata Pramono di Matraman Jakarta, Rabu (30/4/2025).