Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menambah penyertaan modal senilai Rp 396 miliar ke anak usahanya, PT Pertamina Geothermal Energy Kotamobagu (PGEK). Langkah ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk memperkuat posisi di sektor panas bumi nasional.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (8/10/2025), penyertaan modal dilakukan setelah pemegang saham PGEK menyetujui peningkatan modal dasar perusahaan menjadi Rp 800 miliar. Modal disetor ditetapkan sebesar 50% dari total modal dasar, dengan PGEO sebagai pemegang saham mayoritas 99% akan menanggung porsi Rp 396 miliar.
Penyetoran modal dilakukan dalam tiga termin, yakni 50% paling lambat 10 Oktober 2025, 25% paling lambat 30 Maret 2026, dan 25% terakhir paling lambat 30 Juni 2026.
Manajemen PGEO menyebut, tambahan modal ini akan mempercepat tahap pengembangan proyek panas bumi di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Kotamobagu, yang memiliki potensi kapasitas listrik mencapai 280 megawatt (MW).
“Penyertaan modal Perseroan ke PGEK merupakan langkah strategis untuk memperkuat posisi Perseroan dalam rantai nilai energi panas bumi nasional,” tulis manajemen dalam keterbukaan tersebut.
Perseroan menegaskan investasi ini juga sejalan dengan visi PGEO menjadi pemain utama energi hijau nasional serta mendukung target transisi dan swasembada energi. PGEO menargetkan kapasitas terpasang mandiri mencapai 1 gigawatt (GW) dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Tambah 1,5 Juta Saham Baru
Sebelumnya, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) melakukan penambahan saham baru sebanyak 1,5 juta saham, hasil pelaksanaan opsi Management and Employee Stock Option Program (MESOP).
Total ada lebih dari 1,5 juta saham baru yang ditambahkan lewat pelaksanaan opsi MESOP I, II dan III.
"Sehubungan dengan adanya permohonan penerbitan saham baru hasil pelaksanaan opsi MESOP dari PT Pertamina Geothermal Energy Tbk per 29 September 2025, bersama ini kami sampaikan bahwa pada tanggal 30 September 2025 telah diterbitkan saham baru hasil pelaksanaan opsi MESOP sejumlah 1.560.999 saham," jelas PGEO dalam keterbukaan informasi, Rabu (1/10/2025).
Dengan adanya penambahan ini, total saham perseroan bertambah dari sebelumnya 41.806.525.597 saham menjadi 41.808.086.596 saham.
Penambahan 1,5 juta saham baru ini dilaksanakan lewat tiga tahap. Melalui pelaksanaan opsi MESOP tahap I sebanyak 43.000 saham, pelaksanaan opsi MESOP tahap II 1.032.253 saham, dan pelaksanaan opsi MESOP tahap III 485.746 saham.
Serap Panas Bumi di Ulubelu
Sebelumnya, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk juga telah melakukan groundbreaking pemanfaatan panas bumi untuk memproduksi energi hijau dalam bentuk hidrogen di Ulebelu, Lampung.
Dengan target produksi 100 kg hidrogen per hari pada November 2026, hasil produksi tidak hanya akan dimanfaatkan oleh Pertamina Group, tapi juga mitra eksternal seperti Toyota untuk pengembangan kendaraan berbahan bakar hidrogen.
Proyek pilot hidrogen hijau di Ulubelu bertujuan sebagai tempat uji kelayakan komersial. Mulai dari biaya, efisiensi teknologi, hingga model bisnis. Meskipun biayanya kini lebih tinggi ketimbang hidrogen fosil (grey hidrogen), upaya peningkatan skala dan kebijakan diharapkan menurunkan biaya hidrogen hijau agar lebih kompetitif.
Pemilihan Ulubelu bukan tanpa alasan. Infrastruktur panas bumi yang sudah mapan, pasokan listrik bersih yang stabil, ketersediaan cooling tower untuk kondensat, serta posisi yang dekat dengan jalur distribusi Sumatera-Jawa membuat lokasi ini cocok untuk menguji integrasi hidrogen ke jaringan energi dan pasar industri.
Tonggak Sejarah
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri melihat langkah ini sebagai tonggak sejarah bukan hanya bagi perusahaan, tapi juga untuk bangsa.
"Dari Ulubelu, kita menunjukkan kepada dunia bahwa transisi energi bisa diwujudkan dengan mengandalkan kekuatan energi bersih dari tanah air sendiri," kata Simon beberapa waktu lalu.
Harapannya, Ulubelu tidak lagi hanya dikenal sebagai penghasil listrik dari panas bumi, melainkan juga sebagai pionir energi hijau Indonesia. Dari perut bumi, lahir energi masa depan yang diharapkan mampu memperkuat arah transformasi portofolio energi bersih nasional.